"Oh, iya Om, ini kue buat Om, Tante sama Sylvia," ucap Hyunjin sembari meletakan kue yang dibawanya ke meja.

"Waduh, repot-repot segala, tapi makasih loh," kata ayah Sylvi, yang Hyunjin balas dengan senyuman.

Sylvia tak lama kembali, sembari membawa dua piring berisi nasi yang masih hangat, di bagian sisi piring, juga diletakan satu sendok makan. Ia kemudian menyerahkan salah satu piring pada Hyunjin.

Hyunjin segera menerimanya sambil bergumam terimakasih, pas sekali malam ini ia belum makan, dan bingung mau makan apa. Biasanya makan malam sudah selalu terhidang di meja makannya, jadi ia tinggal makan, tanpa perlu repot memikirkan mau makan apa, mau masak sendiri atau beli.

Matanya kemudian melirik piring berisi telur balado yang ada di atas meja. Kalau dilihat dari penampilan, sepertinya enak, pikir Hyunjin.

Sylvia duduk di sebelah ayahnya, kemudian mengambil sendok yang ada di piring berisi telur balado.

"Saya tuangin buat bapak saya dulu ya, Mas Hyunjin," ucap Sylvia pada Hyunjin.

'Kalau di depan bapaknya aja, gak manggil gue om, pake saya lagi, cih,' sungut Hyunjin di dalam hati.

Setelah menuangkan telur baladonya ke piring ayahnya, Sylvia pun hendak menuangkannya pada piring Hyunjin.

"Mau berapa telurnya?" tanya Sylvia.

"Terserah," balas Hyunjin.

Sylvia akhirnya memberikan dua buah telur, dan sambalnya sedang. Ia sendiri hanya mengambil satu, dan sisanya untuk ibunya nanti.

"Nak Hyunjin tinggal sendiri di sini?" tanya ayah di sela makan.

"Iya, Om. Saya baru dapet kerjaan di sekitar sini, makanya saya ngontrak di sini," balas Hyunjin.

"Ohh, gituu... belum punya istri atau pacar?"

Hyunjin menggeleng.

"Heumm, pasti repot bujangan tinggal sendirian,"

"Haha, enggak kok Om, saya bisa urus diri saya sendiri,"

"Wah, bagus itu!" puji ayah, "Tapi jangan main ke rumah kalau cuman ada Sylvia ya? Jangan biarin juga Sylvia main ke rumah kamu, kecuali ada orang lain. Kalau kalian mau ngobrol di luar rumah, ya?"

Sylvia dan Hyunjin mengerjap, kemudian saling lirik sejenak, sebelum mengangguk kikuk sebagai jawaban dari titah ayah Sylvia.

"Oh, iya, ngomong-ngomong panggilnya bapak aja, jangan om," ucap ayah.

"Iya, Pak," balas Hyunjin.

"Orang tua kamu tinggal di mana?" tanya ayah lagi.

"Di taman golf hijau, Pak," balas Hyunjin.

"Wah, perumahan elit itu,"

Hyunjin hanya membalas dengan senyuman kikuk.

Hyunjin mulai menyuap nasi serta lauknya, Sylvia melirik gugup. Takut masakannya tidak enak, namun saat satu suapan sudah masuk ke mulutnya, Hyunjin tidak menunjukkan reaksi yang mengatakan masakannya tidak enak.

Ia kemudian beralih melirik ayahnya, ayahnya pun tampak tidak masalah dengan masakannya.

"Enak, Pak?" tanya Sylvia.

Ayah terdiam sejenak, sebelum mengangguk-angguk, "Enak, tapi kayak biasa, masakanmu sering kebanyakan penyedap,"

"Itu pake penyedap jamur, kok, bukan msg,"

"Loh? Kamu pake itu?! Itu kan mahal! Kalau ibu tau dimarahin kamu, loh,"

"Makanya Bapak jangan bilang-bilang,"

Perfect | Hhj ✔Where stories live. Discover now