Promise | 23

2.2K 350 88
                                    

FRANS menatap pantulan tubuhnya di cermin di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FRANS menatap pantulan tubuhnya di cermin di hadapannya. Dia merapikan posisi dasinya lalu mengenakan jasnya. Setelah yakin penampilannya cukup rapi, dengan cepat ia mengambil ponselnya beserta kunci mobil kemudian meninggalkan apartemennya. Seperti biasa dia berangkat sekitar pukul 07.15 pagi dan berniat mampir di coffee shop untuk membeli kopi untuk menyegarkan tubuhnya. Biasanya dia akan pergi ke kafe Andin, tapi berhubung kakaknya itu jatuh sakit, sepertinya kafe-nya tutup atau mungkin tetap buka namun hanya ada karyawannya di sana, dia akhirnya mengurungkan diri karena alasannya sering mampir adalah untuk memastikan apakah kakaknya itu baik-baik saja atau tidak, sebab selain Andin, dia tidak punya seorangpun yang bisa dipercayai lagi.

Sesampainya di kafe yang ada di dekat apartemennya, Frans memilih memesan dua, setelah dia tiba-tiba teringat dengan Elisa. Perempuan itu sudah sering berbuat baik padanya, setidaknya dia harus membalas kebaikan Elisa meskipun hanya dengan kopi. Setelah selesai membeli kopi dan beberapa sandwich, Frans kembali melajukan mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Hardikusuma, tempatnya bekerja itu.

Setibanya di sana, dia banyak di sapa karyawannya yang mengucapkan kata berbelasungkawa dan dia hanya menjawabnya seadanya. Dia tidak biasa menjadi pusat perhatian seperti itu. Sembari menunggu lift, Frans melihat Arka berjalan ke arahnya. Dia spontan menghampirinya lalu menyapanya.

"Kenapa kau masuk kerja? Harusnya kau mengambil cuti beberapa hari," kata Arka seraya menepuk bahunya beberapa kali.

"Tidak apa-apa, Pak." Frans tersenyum tipis. Dia selalu memanggil Arka dengan kata Pak saat di tempat kerja dan menggunakan Om saat mereka di luar pekerjaan. Frans sangat menghormati Arka karena sudah memperlakukannya dengan sangat baik selama ini dan sudah menganggapnya sebagai keluarga. Itu lah alasannya mengapa dia tidak ingin mengecewakan pria yang menurutnya hebat itu. Dia sangat mengagumi Arka karena meskipun dia orang terpandang, dia tetap ramah pada bawahan, meskipun dia sibuk, Arka tetap bisa mengatur waktu dengan keluarganya. Sungguh sosok yang sangat dia kagumi.

"Apa Elisa bekerja dengan baik?" tanya Arka.

Frans mengangguk, "Sangat baik, Pak. Dia cepat beradaptasi."

"Kau tahu, dia terus mengeluh karena kalian memberinya pekerjaan yang mudah," kekeh Arka, "perlakukan dia seperti yang lain, Frans. Dia tidak suka diperlakukan spesial."

"Baik, Pak."

Arka melirik dua kopi yang ada di pegangan Frans, "Apa kau meminum dua kopi itu?"

"Ah, ini untuk Elisa." Frans langsung mematung saat menyadari ucapannya. Diliriknya Arka yang sudah tersenyum penuh arti, namun sedikit mengejek.

"Sepertinya kau sudah menyukai putriku," kekeh Arka.

Frans terdiam, tidak tahu harus merespon apa. Tersenyum semanis mungkin hanyalah cara terbaik yang bisa dia lakukan. Dia mulai merutuki kebodohannya karena sejujur itu di depan ayah dari orang yang dia maksud.
Namun perihal dia menyukai Elisa atau tidak, jujur dia masih bingung.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang