Promise | 11

7.9K 884 87
                                    

"Rando, kamu sudah bisa menikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rando, kamu sudah bisa menikah. Bagaimana bisa kamu malah didahului menikah sama Adikmu," nasihat Deri - pria tua itu kepada putranya yang bahkan tidak begitu menghiraukan ucapannya.

"Aku takutnya Kakak ini guy Pa," timpal Dhea - adik perempuan Rando yang baru menikah dua minggu lalu.

Mendengar ucapan adiknya, Rando langsung menatap Dhea itu tajam. "Belum ada yang pas aja buat Rando, Pa."

Cahaya - Mama Rando yang awalnya terdiam akhirnya ikut bicara, "Kayaknya kamu harus dijodohin Rando."

Rando meletakkan sendok dan garpunya lalu meneguk air putih di gelasnya hingga kandas. "Aku bisa cari istri aku sendiri Pa, Ma."

"Apa enggak ada perempuan yang menarik perhatian kamu? Tanya Deri.

Tanpa sengaja Rando tiba-tiba mengingat Elisa, gadis yang cukup menarik perhatiannya akhir-akhir ini.
Dia menatap Papa dan Mamanya lalu tersenyum lebar, "Aku mau dijodohin kalau itu dengan putri keluarga Hardikusuma."

***

Seperti biasa, jika ada waktu Elisa dan keluarga akan sarapan bersama, kebetulan Alex tidak masuk kuliah hari ini dan Arka — Ayahnya tidak memiliki pekerjaan yang sangat mendesak di kantor. Hari ini Bundanya — Karin ada pertemuan dengan dokter spesialis saraf lainnya di acara perhimpunan dokter saraf tetapi acaranya akan berlangsung pukul 10 pagi sehingga semuanya masih bisa sarapan bersama.

Selama sarapan, mereka membahas banyak hal, mulai dari perekonomian, politik, bahkan kesehatan masyarakat. Mereka membahas semuanya berdasarkan sudut pandang yang berbeda sehingga sering timbul perdebatan kecil di sana.

"Elisa, Alex, jika tidak ada pekerjaan hari ini. Ikutlah dengan Ayah ke perusahaan agar kalian merasa tidak asing jika kelak harus terjun ke duni itu," ucap Arka begitu menyantap gigitan pertama dari apel di tangannya.

"Kebetulan aku juga mau ketemu Kak Frans Yah," balas Alex setuju. Ia lalu melirik Kakaknya yang sejak tadi banyak melamun, "Kakak?"

Elisa tersadar dari lamunannya lalu menatap Alex dan Arka bergantian, "Boleh."

"Ya sudah, kalian siap-siap. Ayah tunggu di bawah," kata Arka. Elisa dan Alex bergegas kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap. Mereka tahu Arka bukan tipe orang yang suka menunggu lama jika itu berhubungan dengan pekerjaan.

Tak lama kemudian, Elisa dan Alex sudah turun dari kamar masing-masing dengan penampilan rapi. Arka bahkan kaget melihat tingkah kedua anaknya yang menurutnya terlalu berlebihan itu.

"Kalian mau melamar kerja, ya? Formal banget," ejek Arka seraya terkekeh kecil.

Karin yang mengintip dari dapur ikut tertawa, "Kalian bisa melamar kerja di klinik Bunda," teriaknya dengan nada mengejek.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang