Promise | 20

2.6K 382 74
                                    

LANGKAH itu terlihat ragu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LANGKAH itu terlihat ragu. Kadang melambat namun kadang menjadi sangat cepat, menyesuaikan dengan langkah kaki di hadapannya. Kini langkah itu ikut terhenti kala langkah kaki yang hanya terpaut tidak lebih dari semeter itu juga terhenti. Tidak lama tubuh kekar di hadapannya berbalik, hingga sekarang mereka berhadapan. Mata indah itu menatap lekat, seolah sedang menyelidiki sesuatu. Suara desisan akhirnya terdengar menyapa telinganya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Frans ragu, alisnya bertaut, keheranan.

Jemari Elisa saling bertautan, "Ah, tidak ada apa-apa," sanggahnya tidak berani membalas tatapan intens dari pria di hadapannya. Jantungnya berdetak cepat seakan dia baru saja berlari ratusan meter jauhnya.

Desisan kembali terdengar dari bibir Frans. Ia maju beberapa langkah hingga dia cukup dekat dengan perempuan yang menurutnya tampak mencurigakan itu. Dia berusaha mencari apa alasan Elisa terlihat gugup dan canggung, bahkan perempuan itu tidak berani menatap matanya secara langsung. Sungguh dia seakan sedang berhadapan dengan hitungan uang puluhan digit, rumit sekali.

"Sepertinya kau tidak baik-baik saja," decak Frans dengan kedua tangan masih di dalam kantung celana bahannya, terlihat sangat santai namun tatapannya tidak santai sedikitpun, sangat mengintimidasi. "Wajahmu merah. Apa kau demam?"

Elisa tertawa hambar lalu mendorong tubuh besar Frans, memaksa pria itu untuk kembali melangkah. "Sudahlah, aku baik-baik saja. Kau berlebihan. Cepatlah, Ibumu sudah menunggu."

Tidak berucap apa-apa, Frans akhirnya kembali melangkah membuat Elisa menghela napas lega. Setidaknya Frans tidak menanyainya lagi dengan tatapan dan pertanyaan yang membuatnya tertekan. Dia heran bagaimana bisa pria itu terlihat sangat santai dan tenang, padahal dialah penyebab Elisa tidak bisa bertingkah biasa saja. Ucapan Frans saat mereka di taman tadi menyita semua pikirannya. Dia bahkan tidak bisa menentukan apakah pria itu hanya bercanda atau ada makna lain. Jika Frans tidak bercanda, maka itu artinya pria itu memintanya membuka hati, yang menurut Elisa terdengar sepertinya pernyataan perasaan. Bukannya terlalu percaya diri, tapi Elisa bukanlah perempuan polos seperti Bundanya—kata Ayahnya— dia bisa membedakan mana hanya godaan dengan ajakan berpacaran. Sudah tidak terhitung pria dari belahan dunia manapun yang menyatakan perasaannya, baik secara langsung ataupun dari pesan—baik berupa kiriman bunga atau barang mewah, Elisa sudah melewati itu semua. Karena pengalamannya itulah, dia yakin jika Frans baru saja menyatakan perasaan padanya.

Tapi pertanyaannya, kenapa Frans bisa menyukainya? Apa karena fisiknya? Ataukah kekayaan Ayahnya? Inilah yang tidak bisa ditentukan oleh Elisa. Dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria yang mengharapkan materi darinya, jika perihal fisik, dia masih memberi toleransi karena meskipun banyak orang yang 'fisik tidak penting, yang utama hatinya' nyatanya mata tidak bisa berbohong, jika melihat yang indah dan menarik, otak otomatis berpikir untuk memilikinya, sama halnya dengan pria yang suka melihat wanita cantik dan seksi serta wanita yang suka pria tampan dan berotot— spontan berharap ingin memiliki pasangan yang enak dilihat mata. Dunia memang tentang yang terlihat. Namun di luar semua itu, jika hanya melihat fisik, maka bersiaplah tertipu karena apa yang kelihatan tidak memberitahu yang tidak terlihat.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang