Promise | 16

5.5K 593 52
                                    

"ELISA!" teriak seseorang dengan lantangnya membuat sang empu nama spontan melihat ke arah sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ELISA!" teriak seseorang dengan lantangnya membuat sang empu nama spontan melihat ke arah sumber suara. Dalam hitungan detik, alisnya bertaut, memperlihatkan wajah tidak senang.

Pria tinggi itu tersenyum lebar lalu berdiri tepat di hadapan Elisa. Rando sepertinya memang tidak akan menyerah terhadap Elisa.

"Apa kau mau pulang? Biarkan aku mengantarmu," Rando melirik jam tangan mahalnya lalu kembali menatap Elisa intens. Elisa jelas merasa risih dengan tatapan yang aneh.

Elisa tersenyum tipis, "Maaf, aku pulang bersama Ayahku," jawabnya lembut. Dia berusaha tetap terlihat ramah karena dia tidak ingin membuat Ayahnya malu dengan tingkahnya. Bisa saja si manja Rando itu akan melaporkan apa yang dilakukannya kepada Ayahnya.

"Biarkan aku mengantarmu. Masalah Ayahmu bisa diatur oleh Ayahku," jawab Rando percaya diri.

Elisa tersenyum miring, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Rando. Dia tidak peduli pandangan orang-orang yang kini menatap mereka, "Rando, dengar. Jika kau memang menyukaiku, bertingkahlah seperti seorang pria sejati. Jangan hanya bergantung pada Ayahmu karena Ayahmu sudah terlalu tua untuk mengurus percintaan putranya ini," bisiknya lalu berbalik pergi.

Semua orang menatap mereka penuh rasa penasaran. Siapa yang tidak penasaran melihat Rando mematung sedangkan Elisa berjalan dengan senyum penuh kemenangan.

***

Setelah menunggu cukup lama di dalam mobil, Arka akhirnya datang. Elisa bersemangat karena dia sudah bosan menunggu. Tetapi, dibandingkan diganggu oleh Rando jauh lebih baik duduk di dalam mobil.

"Kenapa lama, Yah? Lisa bosan," tanya Elisa manja begitu Arka masuk ke dalam mobil.

Arka mengacak rambut lurus putrinya itu, "Maafkan Ayah, Sayang. Tadi Ayah harus rapat dulu."

Elisa mengangguk mengerti. Dia tidak boleh egois karena Ayahnya itu memang sangat sibuk sehingga kadang untuk makan siang saja Ayahnya itu harus diingatkan Bundanya via telepon.

"Ya udah, Yah. Nanti kita singgah bentar di kafe yang kemaren, ya. Aku mau beli cake lagi," tukas Elisa dengan cengiran khasnya.

"Siap tuan Putri."

***

Seperti biasa, kafe yang dimaksud Elisa adalah kafe milik Kakak perempuannya Frans, yaitu Kak Andin. Perempuan yang sedang mengandung itu langsung menyapa Elisa ramah ketika melihat Elisa dan Arka melangkah masuk. Arka langsung memperkenalkan diri karena mengira Andin adalah temannya Elisa, tetapi akhirnya dia cukup terkejut begitu tahu jika Andin adalah Kakaknya Frans. Arka menjadi malu sendiri. Elisa hanya terkekeh karena di otak Ayahnya itu hanya ada Bundanya serta pekerjaan.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang