Promise | 4

9.7K 962 26
                                    

MALAM, di bulan Februari, tepat setahun sudah Elisa tidak kembali ke tanah air dan hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di Indonesia setelah kejadian yang masih membekas jelas di pikirannya setahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM, di bulan Februari, tepat setahun sudah Elisa tidak kembali ke tanah air dan hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di Indonesia setelah kejadian yang masih membekas jelas di pikirannya setahun yang lalu. Maksud kepulangan Elisa kali ini karena keterpaksaan dari Karin-Bundanya yang memaksa dirinya untuk kembali dan juga mengancamnya dengan kalimat 'Bunda akan mengirim suruhan Ayahmu untuk menyeretmu pulang'.

Namun terlepas dari alasan itu, kepulangan Elisa juga karena ingin menemui Reza yang sudah setahun tidak ditemuinya. Perasaan rindu begitu dalam untuk menyapa kekasihnya yang raganya sudah tidak bisa mengiringinya lagi.

Sesungguhnya, Elisa sangat penasaran dengan maksud Karin yang memaksanya pulang, padahal nyatanya Karin maupun Arka tidak pernah keberatan dia tidak kembali ke Indonesia karena biasanya merekalah yang mengunjungi Elisa ke London. Tetapi kali ini firasat Elisa sedikit buruk sebab melihat gelagat Karin yang sangat memaksa pastinya ada maksud yang tersembunyi. Dari semua kemungkinan yang mampu Elisa simpulnya, kesimpulan yang terburuk adalah perjodohan. Elisa takut ayah dan ibunya akan menjodohkannya dengan seseorang karena alasan bisnis seperti yang terjadi pada Karin dan Arka sendiri tapi sungguh Elisa tidak suka dijodohkan, mungkin benar jika dia belum bisa melupakan Reza namun untuk kelanjutan hubungan percintaannya itu akan tetap dia perhitungkan, meski mungkin tidak dalam waktu yang dekat.

Kini Elisa sudah berdiri tepat di depan gerbang kediaman Hardikusuma. Jantungnya berdetak cepat kala kakinya mulai melangkah masuk ke dalam pekarangan rumah itu. Ia sengaja tidak memberitahu waktu kepulangannya pada Karin maupun Arka dan memilih menggunakan taksi dari bandara karena dia ingin sekalian memantau sebab jika ada tanda-tanda mencurigakan yang akan dilakukan Karin maupun Arka terhadapnya, dia bisa dengan cepat kabur tanpa ada pengawasan dari suruhan ayahnya.

Langkahnya terhenti saat Parman-satpam yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun untuk Arka- menatapnya dengan tatapan kaget. Parman langsung menghampiri Elisa dan mengambil alih koper kecil yang dibawa Elisa, "Aduh... Nona Lisa kok enggak mengabari kita buat menjemput Nona?" ucap Parman terlihat cemas, "Nona tidak kenapa-kenapa, kan?" tanyanya lagi memastikan.

Elisa terkekeh kecil. Melihat Parman yang sudah berusia hampir 60 tahun namun masih terlihat sehat membuatnya senang karena Elisa teringat bagaimana Parman sering menemaninya dari kecil hingga SMA dulu saat ayah dan ibunya pergi atau Arka entahpun Karin memarahinya, Elisa akan pergi menemui Parman lalu mengajaknya bermain di taman belakang. Elisa sudah menganggap Parman sebagai ayah keduanya. Karena itu melihat Parman masih sehat membuatnya senang karena ayahnya kemarin mengabarinya jika Parman akan pensiun dan kembali ke kampung halamannya.

"Elisa baik kok Pak. Bapak sehat kan?" Elisa memeluk Parman sesaat kemudian mengelus permukaan tangan Parman yang terasa sudah sangat kasar. "Elisa rindu Bapak," cengir Elisa membuat Parman ikut tersenyum.

"Nona Elisa bisa saja... Diluar dingin Non, masuk yuk, Bapak pasti sudah menunggu."

Elisa mengangguk lantas berjalan berdampingan dengan Parman. Kali ini Elisa terlintas kebiasaan buruknya saat SMA, membunyikan bel rumah seolah menjadi tamu, lalu saat Karin keluar dia akan berteriak sehingga ibunya itu akan terkejut. Parman hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah putri majikannya itu.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang