Promise | 3

10.3K 974 42
                                    

A year later

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A year later

"Halo, Bunda?" gumam Elisa pelan. Suaranya terdengar serak khas orang baru bangun tidur. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Elisa duduk di sisi ranjangnya, mencoba mengumpulkan seluruh kesadarannya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Karin-bundanya dengan ceria, seperti biasanya. Elisa hanya bisa mendecak kagum mendengar suara antusias bundaanya itu.

"Bunda, Bunda tahu 'kan ini masih jam berapa?" tanya Elisa mendencak kesal. Sebenarnya dia tidak kesal sama sekali, hanya saja kebiasaan Karin menelponnya saat dini hari itu sedikit mengesalkan. Ia hanya beranggapan jika mamanya itu tidak tahu tentang perbedaan waktu antara London dan Jakarta.

"Bunda Sayang, ini masih jam 2 pagi, padahal aku baru tidur sejam yang lalu dan Bunda sudah menganggu tidurku." Elisa menjelaskan kekesalannya terhadap Karin, "Bun, nanti pagi aku harus melakukan penerbangan lagi dan Bunda terus mengangguku," jerit Elisa sembari menghempaskan tubuhnya lagi ke atas ranjang. Tak lama ia berakting seolah sedang menangis. Victoria yang kebetulan kemarin malam menginap di apartemennya merasa terganggu dengan keributan yang dibuatnya sehingga perempuan itu menutup telinganya dengan bantal.

"Siapa sih Sa?" tanya Victoria samar-samar dibalik bantal.

"Bundaku," jawab Elisa dengan suara kecil. Victoria mengerti dan langsung melanjutkan tidurnya.

"Intinya Bunda kangen kamu. Ayah kamu sering pulang malam jadi Bunda sama Alex kesepian. Kamu lagi apa?" Elisa menghela nafas panjang. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi mamanya yang lambat itu. Padahal sudah jelas Elisa mengatakan jika di sini masih dini hari dan tentunya orang pada jam itu rata-rata sedang tidur.

"Bun, di Jakarta emang sudah pagi tapi disini masih jam 2 dini hari, terus aku kerja jam 8 Bun," jawab Elisa sedikit ketus. "Ayah palingan sibuk, kan Bunda tahu kalau perekonomian sedang mengalami penurunan terutama di negara-negara yang ada di Asia. Jadi Bunda bersabar saja. Dan lagi Bunda selalu menelponku, bagaimana bisa Bunda selalu merindukanku?" Elisa kembali bangkit dari tidurnya, berlalu menuji balkon apartemennya. Menatap langit yanh masih terlihat gelap. Tiba-tiba dia mengingat Reza kala udara sedang dingin seperti sekarang ini. Biasanya laki-laki itu akan menghiburnya dan menceritakan banyak hal jika sedang bosan di pagi hari. Namun, semuanya tinggal kenangan. Reza pergi dan tidak akan pernah kembali. Sesungguhmya Elisa tahu alasan Karin selalu menelponnya, bundanya itu ingin memastikan jika dia baik-baik saja dan tidak terlalu mengingat Reza. Elisa sadar itu namun terkadang Karin menjadi sangat menjengkelkan.

"Baiklah, Bunda akan langsung ke topik pembicaraan. Sebenarnya Ayahmu menyuruhmu untuk pulang secepatnya ke Jakarta. Kami tunggu kepulangan dalam dua minggu, mengerti?" ucap Karin tiba-tiba serius.

Elisa menggaruk kepalanya bingung. Dia heran mengapa ayahnya memaksanya pulang. Ia berlalu dari balkon menuju dapur untuk mengambil air dingin di kulkas untuk menjernihkan kerja indranya takut salah ia salah mendengar.

"Untuk apa, Bun?" Tanyanya bingung, mencoba meyakinkan.

Terdengar bunda mendehem pelan, "Pokoknya pulanglah secepatnya dalam dua minggu sebelum ayahmu menyuruh suruhannya menjemputmu ke London. Kamu akan tahu setibanya kamu di Jakarta. Selamat menikmati tidurmu kembali," jawab Karin singkat lalu memutuskan sambungan.

Elisa masih bingung dengan maksud Karin. Ia menyelusuri apartemennya. Dia sulit tidur kembali jika sudah terbangun. Langkahnya berhenti di depan sebuah kalender, di sana terlihat sebuah tanggal yang diberi lingkaran merah, ia tersenyum kecil, "Ternyata sudah setahun kamu meninggalkanku, Reza. Minggu depan peringatan kematianmu."

Selama setahun kepergian Reza, Elisa tak sekalipun pernah menjalin hubungan khusus dengan pria. Padahal banyak pramugara, dokter, pejabat sampai penumpang setia di maskapainya yang berkali-kali menanyainya tentang statusnya. Selama itu pula, ia mengatakan jika ia sedang berpacaran dengan orang yang jauh di sana. Itu benar bukan? Elisa dan Reza hanya LDR beda dunia. Suatu saat Elisa akan bertemu dengan Reza di sana, mungkin dalam 50 tahun ke depan.

"Victoria, aku akan pulang ke Jakarta minggu depan, aku akan membatalkan 72 penerbanganku bulan ini." ucapnya pada Victoria yang entah sedang sadar atau terlelap. Elisa melakukan 100 penerbangan setiap bulannya. Karena hal itu juga, dia bisa melupakan Reza saat bekerja meski di sela-sela waktu, wajah Reza yang tersenyum padanya kadang terlintas.

"Pagi Reza.." sapa Elisa pada foto saat mereka berdua mengenakan seragam kebesaran mereka dan saling berpelukan di bandara. Foto yang diambil saat peringatan setahun hari jadi mereka.

Reza, apa kau bahagia di sana? Apakah menyenangkan di sana?

***

Pagi ini Elisa harus ikut dalam penerbangan jurusan London-Berlin. Ditambah 10 pramugari lainnya, Elisa mulai melaksanakan tugasnya.

"Elisa, tolong sambut penumpang VVIP di depan pintu bandara." Perintah manager pada Elisa.

"Baik." Elisa menjawab dengan serous. Dengan langkah lebarnya, Elisa berjalan anggun. Kadang pria asing menggodanya tapi ia tak merespon karena hatinya masih tertuju pada satu orang, yaitu Reza.

"Aish- fvck man,,shit." Ringis seseorang yang seketika membuyarkan lamunan Elisa.

"Oh my Ghost..I'm sorry sir. " Elisa langsung berjongkok setelah sadar jika Ia menabrak koper seseorang sehingga koper itu terpental beberapa meter ke depan.

"Lepaskan!" perintah orang itu seperti marah saat Elisa menyentuh kopernya. Elisa langsung melepaskan koper itu kemudian mundur beberapa langkah. Dia tidak bisa melihat wajah orang itu, namun ia yakin jika orang itu pria dilihat dari suaranya dan cara berpakaiannya, sayangnya wajah orang itu tertutup dengan topi yang dikenakannya.

"Maafkan saya, Tuan." Elisa kembali meminta maaf sembari membungkukkan tubuhnya berulang kali namun orang itu tidak menjawabnya dan hanya berlalu pergi.

"Ada apa dengannya?" gumam Elisa heran menatap punggung orang itu yang kian menjauh.

***

Jangan lupa vote dan comment teman-teman.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang