Antara 35: Luka di balik senja

339 83 0
                                    

Antara 35: Luka di Balik Senja

Semburat jingga itu indah, ya? Tetapi kenapa selalu menegaskan akan perpisahan?

🌅🌅🌅

Seminggu lamanya Jagat sama sekali tak bertemu dengan Raya. Entah bagaimana bisa, yang pasti gadis itu bilang, ia ingin fokus dulu untuk olimpiade kimianya akhir bulan lalu.

Tak apa. Sudah biasa. Jagat masih bisa menahan keinginan untuk bertemu dengan Raya.

Di sini, di bekas pasar malam yang sepi, di balik langit jingga yang sebentar lagi tenggelam. Pada akhirnya senja kembali mempertemukan dirinya dengan Raya.

Jagat tersenyum lepas memandangi Raya yang kini menatap lurus ke depan seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Ternyata capek juga, ya."

"Selamat, ya, Raya."

Raya menoleh. Jadi tersenyum tipis sambil mengangguk saja. Ia menatap Jagat penuh arti. Tatapannya kemudian beralih pada senja yang sebentar lagi akan datang.

"Makasih, Jagat."

Jagat mengangguk, mulai mengikuti arah pandang Raya menatap senja.

"Makasih untuk semuanya."

Jagat mengangkat alisnya bingung.

"Makasih untuk apa?"

"Semuanya."

"Semuanya?"

Raya mengangguk. Gadis itu mulai menekuk lututnya. Memeluknya kemudian menopang dagu di sana. Ia menghela napas panjang menatap ke depan.

Masih sesak.

"Iya, semuanya. Makasih karena udah nemenin gue di titik terendah gue. Makasih karena udah mau repot-repot jagain gue selama ini. Makasih banyak, ya," ucap Raya masih belum dimengerti oleh Jagat.

"Mungkin selama ini gue selalu merepotkan, ya?" tebak gadis itu mendapat gelengan kuat dari Jagat.

Raya terkekeh pelan.

"Apa gue boleh minta waktu beberapa menit?"

Jagat semakin tak paham dengan apa yang Raya katakan. Meminta waktu? Maksudnya apa? Meski begitu Jagat hanya mengangguk saja.

"Gue pengen cerita banyak hal hari ini. Apa lo keberatan menjadi pendengarnya?"

Lagi-lagi Jagat menggeleng. "Raya bahkan boleh cerita kapanpun Raya mau. Tanpa minta waktu luang saya sekalipun," jawab Jagat menggeleng kecil.

Raya semakin menghela napas panjang. Ia menatap ke depan. Memandangi sang matahari yang kian turun ke persinggahan.

"Dulu, Mama pernah bilang. Akan ada satu hari di mana gue berada di titik yang nggak pernah gue duga. Akan ada satu hari di mana gue akan keluar dari zona nyaman yang selama ini tercipta. Akan ada satu hari di mana gue akan kehilangan segalanya termasuk kebahagiaan. Dan, akan ada satu hari di mana akan ada seseorang yang datang ke gue, membawa gue keluar dari hari itu.

"Pada saat itu, gue pikir Mama cuma ngomong omong kosong doang. Gue pikir, Mama bilang seperti itu hanyalah untuk menghibur gue di saat gue sedih. Gue pikir, Mama cuma bercanda supaya gue nggak terlalu khawatir akan penyakit gue," kata Raya masih dengan posisi yang sama.

Jagat mendongak. Mulai menatap langit yang mulai gelap. Membawa atmosfer hening dalam kesepian.

"Tetapi. Gue benar-benar bertemu dengan seseorang itu."

Sebuah Antara ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz