Antara 32: Jadi Aku Sebentar Saja

298 85 0
                                    

Antara 32: Jadi Aku Sebentar Saja

Percayalah. Selepas hari ini. Semuanya tidak pernah baik-baik saja.

🌅🌅🌅


Bintang bersinar di hamparan langit malam, memancarkan cahayanya yang begitu terang.

Bulan melengkung indah membuat sang bintang tak lagi kesepian.

Semesta punya teman untuk menikmati malam yang sebelumnya hampa tanpa warna.

Lalu, kenapa senyum mengembang masih belum menemukan titik bahagianya?

Lalu, kenapa mata teduh yang harusnya sayu kini justru menjadi layu?

Lalu, kenapa Tuhan masih belum mau mendatangkan jawab dari tanya yang masih tetap beku?

Di saat seperti ini, kehadiran sang penerang lah yang ia harapkan datang. Sebab, sampai detik ini hanya pancaran lampu tamanlah yang menemani kesunyian.

"Maaf. Semuanya gara-gara gue," ucapnya lirih seraya meremas kuat jari-jari.

"Seandainya gue nggak hadir di kehidupan lo. Mungkin Shakira nggak akan seperti ini." Tatapan mata itu semakin sendu. Hanyalah angan-angan berharap semua hal semembahagiakan dulu. Hanyalah terkaan semata berharap semesta mengembalikan segalanya.

Argo masih tetap diam. Gemuruh hebat kini sedang terjadi di dadanya. Sesak bercampur sakit semuanya menjadi satu paket luka yang bahkan enggan ia rasakan.

"Maaf ..." Suara Raya semakin bergetar. Ia sama sekali tak berani menatap manik mata tajam Argo. Terlalu pilu dan menyimpan berbagai luka.

"G-gue minta maaf ... maaf ..."

Raya mengelap air matanya kasar. Ia memberanikan diri menatap mata itu begitu lekat. Meski, sang pemilik netra terlihat enggan melihatnya.

"Untuk semua yang terjadi sama Shakira. Gue minta maaf." Dengan gemetar Raya meraih telapak tangan Argo. Menggenggamnya begitu kuat, seakan tak mau lagi melepasnya.

Tuhan. Apakah ini akhir dari perasaannya?

Apakah ini yang disebut luka setelah derita?

Bahkan Raya masih belum bisa melepas perasaannya untuk Jagat sepenuhnya.

Sakit.

Raya meringis. Memegangi dadanya yang kian terasa nyeri.

"Maaf ..."

"Bukan salah lo."

Sesungguhnya, Raya teramat takut mendengar nada suara Argo yang datar seperti ini. Terlalu mengerikan hingga membuat bulu kuduknya meremang seketika.

"Jangan pakai nada itu, Argo," tegur Raya masih memberanikan diri.

Argo semakin diam. Rahangnya bahkan sudah saling menggertak membuat Raya memejam sesaat.

Raya berusaha menguasai dirinya sendiri. Kepalanya bertambah sakit mendengar Argo bersikap dingin padanya. Padahal, beberapa waktu lalu sikap hangatlah yang ia terima.

Sebuah Antara ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن