Antara 14: Mencoba Profesional

301 92 1
                                    

Antara 14: Mencoba Profesional

Sebab, kata kita tak lagi tentang kita. Dan melepas adalah satu cara yang akhirnya kupilih untuk perlahan melupa.

🌅🌅🌅

Satu butir, dua butir, tiga butir. Hingga kini sudah lima pil obat yang terteguk bersama segelas air. Lolos bersamaan dengan erangan kesakitan dari gadis itu. Hujan deras yang mendukung suasana menjadi kelam. Membuat dirinya benar-benar merasakan betapa menderitanya takdir yang ia alami.

"GUE NGGAK BISA SEPERTI INI TERUS!"

Ia menggeleng kuat. Kini sudah menjambak rambutnya sekuat tenaga. Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Sesuatu yang sudah ia anggap miliknya tidak boleh dimiliki oleh orang lain.

Jika dia tidak bisa mendapatkan apa yang harusnya ia dapat. Maka orang lainpun tidak ia relakan memperoleh itu. Tidak! Sama sekali tidak ada toleransi.

Atau. Jika dirinya tidak bisa mendapatkan itu. Lebih baik sesuatu itu sendiri yang ia hancurkan. Dengan begitu semua akan adil.

Adil seadil-adilnya.

"GUE BENCI LO ... RAYA!"

🌅🌅🌅

Payung berwarna biru itu senantiasa melindungi sosok pemuda yang berusaha melindungi dirinya agar tidak sampai terkena air hujan.

Setelah sampai ke tempat tujuan. Ia langsung saja menerobos dengan sebuah payung itu ke teras rumah seseorang.

Plastik berisi makanan yang ia beli di sebuah rumah makan sehat langganannya itu ia tenteng hingga kini pemuda itu sudah berdiri tegap di depan pintu rumah.

Tok

Ia mengetuk pintu itu sampai beberapa kali. Menunggu seseorang, siapapun itu segera membuka pintunya.

Lumayan lama hingga pintu itu dibuka oleh seseorang.

"Malam, Tante," ucapnya seraya tersenyum sopan.

Wanita berumur 39 tahun itu lantas mulai berpikir. Namun tak lama langsung mengangguk mengerti siapa pemuda ini.

"Jagat, kan?"

Jagat mengangguk sopan seraya mulai menyalami tangan wanita itu.

"Kenapa baru muncul sekarang? Ke mana aja? Mau ketemu Raya, ya?" tanya wanita itu beruntun.

Jagat hanya meringis saja.

"Raya ada di kamarnya. Mending kamu langsung ke kamarnya aja, ya. Masih inget kamar Raya, kan?"

Jagat lagi-lagi hanya mengangguk. Seolah tak diberikan kesempatan berbicara. Wanita itu segera menyeret Jagat hingga masuk lebih dalam. Meninggalkannya karena ingin membuatkan minum untuknya.

Jagat diam-diam mengulas senyum tipis. Meski merasa sedikit asing dengan suasana di rumah ini. Namun ia masih bisa merasakan dengan jelas nuansa happy family.

Tak mau membuang waktu lebih lama. Ia segera menuju kamar gadis yang sebenarnya cukup mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

Sebuah Antara ✔Where stories live. Discover now