Antara 2: Seperti Magnet

945 151 26
                                    

Antara 2: Seperti Magnet 

Saya dan kamu itu seperti magnet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saya dan kamu itu seperti magnet. Berbeda, tapi bisa menyatu. Dan semoga memang begitu.

🌅🌅🌅

Tidak ada suara lagi yang terdengar di sana selepas Bu Nila berhenti berbicara. Sementara Raya yang tidak tahu harus menjawab apa juga hanya memilih diam saja. Membiarkan Bu Nila sekali lagi mengatakan kalimatnya. Setidaknya, sekali saja Raya ingin mendengarnya.

"Kamu mau, kan, jadi ketuanya?"

Padahal, Raya tidak pernah berharap apa-apa saat ia kembali memenangkan olimpiade kimia beberapa minggu lalu. Tidak berharap namanya semakin dikenal. Tidak berharap semua guru memberi hak istimewa yang tidak Raya inginkan. Karena sejatinya Raya hanya ingin jadi yang sederhana. Yang tidak terlalu terlihat keberadaannya. Dan tidak di temukan di mana-mana selain di tempat yang semestinya. Sederhananya, Raya hanya ingin jadi murid biasa seperti kebanyakan murid lainnya sekalipun dirinya berkali-kali memenangkan lomba. Sumpah, Raya tidak pernah mengharapkan imbalan apapun atas itu semua.

Bagi Raya, jika dia bisa, kenapa tidak? Raya punya otak yang cerdas, sementara sekolahnya memang membutuhkan dirinya untuk berpartisipasi.

"Bu ..."

Di depan sana Bu Nila tampak menunggu jawaban dari Raya. Cukup lama guru itu membiarkan Raya kembali tenggelam dalam pikirannya.

"Tapi saya nggak bisa biologi, Bu."

Raya mengerjap pelan sedetik sebelum gadis itu membuang wajah ke kanan. Tidak mau lagi menatap mata Bu Nila yang sudah kehilangan terangnya. Dan Raya pastikan sebentar lagi amarah guru itu akan buyar.

"Kamu bisa kimia, fisika, dan matematika. Itu udah lebih dari cukup, Raya."

"Syarat utama buat bisa jadi anggota Bibliotek aja harus bisa biologi dasar. Lah, saya ini malah nggak tahu semuanya. Menurut ibu, saya masih layak?" Nada suara Raya mulai tidak enak didengar. Bu Nila sangat yakin jika muridnya itu kini merasa tertekan atas permintaannya.

"Apa yang kamu nggak bisa dari pelajaran biologi?"

Raya menoleh cepat. Menarik kursinya mendekat. Pokoknya kali ini dia harus bisa meyakinkan Bu Nila kalau dirinya itu memang tidak akan pernah bisa menembus circle Bibliotek bahkan ketika dia berusaha semaksimal mungkin.

Raya menarik napasnya sekali lagi sebelum mulai berbicara. Sementara kini pandangan Bu Nila justru tertuju pada objek yang lainnya, yang Raya sendiri tidak tahu itu apa.

"Dulu, waktu saya masih kelas lima SD, nilai biologi saya jomplang, Bu. Sampai-sampai, nih, Mama saya dipanggil ke sekolah cuma buat dengerin omelan guru saya. Lagi, pas SMP saya pernah hampir nggak naik kelas gara-gara saya gagal dalam praktek tugas biologi. Dan sekarang, Ibu merekomendasikan saya di sebuah organisasi yang mewajibkan seluruh anggotanya bisa biologi?" Raya sudah meledak-ledak di tempatnya. Tolong, sekali ini saja buat Bu Nila yakin. "Saya nggak bisa, Bu," lanjut Raya kembali duduk tenang seperti sebelumnya.

Sebuah Antara ✔Where stories live. Discover now