13. Atilla Vs Butterflies

Start from the beginning
                                    

Atilla tak tahu bahwa pipinya seketika merona merah. "Apaan, sih." Setelah melihat tawa Duta meledak, Atilla merasa tak bisa berbuat apa-apa selain berlari masuk ke pekarangan rumahnya. Duta terlalu memaksa jantungnya terpacu lebih cepat dari biasanya.

Saat hampir sampai di teras rumahnya, Atilla memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan benar, Duta masih berdiri di sana dengan tangannya melambai ke arahnya.

Beberapa menit setelah itu, bisa ia dengar deru mobil Duta yang melaju meninggalkan rumahnya. Merasa aman dengan posisinya yang sudah berada di dalam rumah, Atilla mengembuskan napas lega, baru setelah itu mengayunkan tungkainya mengarah ke kamar tidur, untuk membuktikan bahwa mimpinya akan benar-benar indah malam ini.

• • •

Kedua alis Atilla tertaut ketika cahaya matahari pagi menelisik masuk dari celah jendela. Perlahan, dia mulai membuka matanya yang langsung diserang terangnya cahaya. Setelah retinanya berhasil menyesuaikam dengan cahaya yang masuk, Atilla berusaha mengumpulkan kesadarannya untuk segera mandi.

Tak perlu waktu lama bagi seorang Atilla Solana untuk membersihkan diri. Setelah merasa benar-benar bersih, Atilla keluar dari kakar mandi dengan tubuh serta rambutnya dibalut handuk.

Dia baru saja mengancingkan kancing terakhir di seragam sekolahnya dan berniat untuk mengalungkan headphone di lehernya, sebelum akhirnya pintu kamarnya diketuk.

"Itu penjemput kamu udah ada di bawah, cepetan turun. Mama nggak bisa nahan diri lama-lama untuk tidak mengusirnya,"

Atilla menatap lurus ke arah ibunya. "Berani lo apa-apain dia, gue nggak bakalan segan buat hancurin lo."

"Atilla, kamu kenapa?!" bentak Aline. "Kamu lebih pilih cowok yang baru kamu kenal daripada Mama?" Lalu, ia menggeleng tak percaya.

"Gue punya hak untuk itu. Gue punya hak buat kenal sama siapapun. Seperti lo yang punya hak buat ngerusak keluarga manapun. Tenang aja, kedektan gue sama Derrel nggak bakal bersinggungan dengan hubungan lo sama bokapnya."

Aline berusaha menahan keinginannya untuk menampar Atilla sekarang. "Terserah kamu saja! Yang penting Mama sudah peringatin kamu. Jangan pernah salahkan Mama kalau dikemudian hari kamu jadi korban di sini."

Sejurus kemudian, Aline sudah melangkah menjauh dari hadapan Atilla. Lagi, dia merasa gagal menjadi seorang Ibu.

• • •

"Lo semalam kemana aja, sih? Gue telpon nggak diangkat, gue chat juga nggak dibaca." sembur Derrel ketika Atilla sudah muncul di hadapannya.

"Bawel. Gue tidur. Lo kan tau sendiri kalo gue tidur kayak gimana," ujar Atilla sambil berusaha naik di jok penumpang motor.

Kemudian motor Derrel melesat pergi meninggalkan rumah Atilla.

Di parkiran sekolah...

"Hai, Til." sapa Duta yang tak sengaja berpapasan dengan Derrel-Atilla di parkiran sekolah.

Atilla tersenyum kecil. "Hai,"

Sedangkan Derrel mengumpat dalam hati. Setelah Duta sudah mulai menjauh, Derrel menarik tangan Atilla kasar. "Lo ada apaan sama dia? Kok dia nyapa lo gitu?"

CephalotusWhere stories live. Discover now