𝗧𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆。

1.8K 306 82
                                    

"Pacar?" ulangnya lagi. Hana terkesiap beberapa detik lantas netranya menyawang Sakura.

"Pacar lo, Ra?" Hana bertanya sembari menunjuk turuna tampan di sampingnya.

Sakura ragu-ragu ingin menjawab. Harus 'kah ia menjawab iya atau tidak? Tapi jika menjawab iya itu berarti dirinya berbohong.

Sakura tidak suka berbohong. Sakura suci, kalian penuh dosa :)

"Sakura memang pacar gue."

Memasukan tangan di dalam saku celana, bibirnya kembali terbuka. "Tadi gue denger masalahnya karna pacar gue terlalu deket sama pacar lo, ya 'kan?

Jangan salahin Sakura. Ini salah gue, gue sibuk akhir-akhir ini. Saking sibuknya sampe gak bisa anter-jemput Sakura sekolah.

Seharusnya gue yang minta maap."

Satu tangannya dikeluarkan dari saku. Lalu mengambil tangan kanan Sakura. Menautkan jemarinya dengan jemari sang puan.

"Masalahnya udah selesai 'kan? Kalo gitu gue pergi dulu."

Sakura yang masih mencerna sekitar tau-tau ditarik oleh pemuda itu. Menjauh dari eksistansi Hana dan teman-temannya yang membisu.

Hulunya mendongak hingga wajah tampan yang diterpang angin memenuhi netranya. Kemudian beralih pada tangannya yang digenggam kian menguat.

Sekiranya sudah jauh. Tautan tersebut dilepasnya.

"Makasih udah nolongin tadi."

Ukiran senyum kian tergambar di wajah tampan nan menawannya. Sakura memandangnya bagai senyum candu.

Tangan pemuda itu menggeruk tengkuknya sendiri. "Gak papa sans aja. Gue juga mau minta maap karna ngaku-ngaku jadi pacar lo."

Sakura tertawa renyah. "Kaget sih awalnya. Tapi gue sadar lo bilang gitu mau bantuin gue."

Berdeham pelan lalu mengutarakan apa yang ingin diujarkan pada Sakura. "Lain kali jangan deket-deket sama Sasori."

"Ya... gimana sih gue sering gabut di rumah jadi main deh tempat bang Sasori. Cuma rumah bang Sasori yang deket," jelas Sakura tanpa adanya dusta.

"Kenapa gak main ke rumah gue? Kan kita tetengga."

Sakura mengulum bibir. Perkataan pemuda di depannya sulit untuk di balas.

"Ra, jangan terlalu deket sama Sasori. Bukan pacarnya aja yang gak suka tapi gue juga gak suka."

Maksudnya?

Tawa memasuki pendengarannya. Sakura terfokus pada pemuda bernama lengkap Sasuke Uchiha itu.

Catat satu hal lagi. Bukan hanya senyumnya, tawanya pun membuat candu. Seperti banyak glukosa di dalamnya.

Sasuke menatap lekat netra indah Sakura. "Udah lupain. Nanti sore sibuk gak kira-kira?"

Tanpa perlu dipikir Sakura menjawab, "Nggak, kan gue udah bilang. Gue ini orangnya gabutan."

"Mau ke kafe?"

"Hah?"

Tersenyum lagi Sasuke memperjelas maksudnya. "Nanti sore mau ke kafe? Yang gak jauh dari sekolah."

"Boleh..."

"Kalo gitu gue dateng ya. Ada yang mau gue omongin, penting ini. Jangan sampe gak dateng."

"Iya-iya, tenang aja. Gue pasti dateng kok."

Sasuke memasukan kembali tangannya ke dalam saku. Mengukir senyum manis sampai matanya pun ikut tersenyum, pemuda itu mulai melangkah.

Ada rasa ingin tahu di dalam pikirannya. Pasalnya mereka tetangga, pasti akan satu arah. Namun Sasuke justru memilih jalan yang berlawanan.

✉ ✉ ✉

Netra hijau meneduhkan menyawang pada arjoli yang melingkar dipergelangan tangan. Sangkala pukul tiga.

Sakura tak tahu pasti kapan Sasuke akan datang. Taruna itu tak memberi waktu yang jelas. Jadi atas dekritnya sendiri Sakura datang lebih awal.

Diedarkannya pandangan menatap sekeliling. Ia merasa dingin, sepertinya salah memilih tempat. Raganya terlalu dekat dengan AC.

Suara dentingan terdengar mengalihkan atensi. Seulas senyum tampak di wajahnya. Darahnya berdesir ketika senyumnya dibalas.

Oh Tuhan kenapa dirinya begitu tampan ?

Menarik kursi lalu mendudukan diri di depan Sakura. Tentu masih dengan senyum yang sepertinya enggan luntur.

Sakura terkesiap sampai lambaian tangan menyadarkannya.

"Kok malah bengong sih."

"Oh i-itu mikir aja ada tugas sekolah apa nggak hahaha," jawabnya disertai tawa canggung di akhir. Sungguh itu hanya distraksi.

Hening menyapa mereka. Taruna itu sibuk merangkai kata untuk diutarakan, dan taruni itu menunggu kata demi kata terucap.

Sakura menopang hulu pada tangan yang tertumpu pada meja. Ia menatap wajah Sasuke kian intens.

Berbagai macam ekspresi yang ditampilkan selalu terlihat tampan.

Terhitung berapa kali ia mengatakannya?

Faktanya memang sepeti itu.

Sasuke Uchiha, taruna tampan dengan senyum menawan.

"Susah banget gue pengen basa-basi doang."

Sasuke membuka suara, Sakura menunggu kata selanjutnya terucap.

"Gue cuma mau jujur..."

Jantung Sakura berpacu cepat. Ia menduka apa yang dimaksud. Walau terkesan percaya diri, ia sudah yakin.

"Yang sering ngirim lo sticky notes itu gue." Sasuke berucap lembut, netranya menatap lain. Sepeti malu menatap netra Sakura. Ekspresinya sungguh menggemaskan.

Sakura menipiskan bibir. "Iya, gue udah tau."

Baru Sasuke menatap Sakura setelah mendengar sahutannya. Cengiran canggung tercipta di wajahnya.

"Oh iya juga, seharusnya gue udah sadar sejak pertama kali saling tatap di deket loker lo."

Sakura menggeleng pelan lantas menerbitkan senyum manis. "Bukan, bukan waktu itu. Sejujurnya gue mikir, gak mungkin cowok ganteng kayak lo suka gue.

Tapi Hinata, temen gue itu nunjuk lo yang katanya secret admirer gue. Sempet ngarep sih, eh lo malah bilang nggak. Sumpah malu banget rasanya.

Nah pas Hinata gak masuk gue ke kelas lo. Inget 'kan? Sampe lo risih gue liatin, haha lucu banget ekspresinya.

Lo pergi nyusul Naruto yang keluar kelas. Gue lancang buka tas lo trus ngeliat tulisan lo. Dan, yaampun sumpah gue gak nyangka ternyata bener lo orangnya."

Selesai menjelaskan wajah Sakura disembunyikannya pada limpatan tangan. Degup jantungnya kian menjadi-jadi. Sepertinya wajah dirinya memerah.

Lain halnya dengan Sasuke yang bingung harus bereaksi seperti apa. Rasa senang dan malunya bercampur.

"Ra, yang barusan lo ceritain ada yang salah."

Sakura bergeming, malunya semakin menjadi.

"Gue bukan risih waktu lo liatin, tapi gue salting."

Untuk kedua kalinya Sakura lupa caranya bernapas.

✉ ✉ ✉

woee sumpah ampas banget story ini😭
terlalu cepet ya alurnya
maapin aku gak pinter bikin cerita :'>
kalo mau hujat silakan

sticky notes ✓ | sasusakuWhere stories live. Discover now