𝗧𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆 𝗦𝗲𝘃𝗲𝗻。

1.3K 214 13
                                    

✉ ✉ ✉

Kalian ingin tahu pilihan yang diambil Sakura kemarin?

Tentu saja yang kedua, yaitu mengajak Sasuke untuk menonton film bersama.

Tapi entah semesta mendukungnya atau bagaimana, yang pasti saat tiba ditemui Naruto sudah tidak ada bersama Sasuke.

Sebenarnya Sakura ingin menceritakan kembali kisah manis kemarin. Atau bisa dibilang juga kencan.

Rasa malu, canggung, dan mungkin juga bahagia menjadi satu. Sulit dijelaskan, namun jujur saja rasa senang lebih mendominasi.

(•///•)

Sakura tak akan menceritakan kisah kemarin. Cukup ia dan Sasuke saja.

Sekarang membahas perihal rasa. Iya, rasa. Tidak dipastikan apa maksud rasa. Sakura hanya merasa senang, belum dipastikan itu suka.

Si pembuat rasa senang sampai enggan melebur yaitu kertas. Dengan goresan tinta menjadi huruf dibatasi spasi, memiliki isi :

Teruntuk puan yang cantik
Yang setia disuka tiap detik

Aneh memang. Kertas kecil yang kusut terjatuh dari saku Sasuke, yang isinya belum tentu dirinya yang dimaksud.

Tapi spekulasinya bilang untuk dirinya sendiri.

"Sakura."

"Eh?"

"Udah lama nunggu?"

Sakura memberi gelengan pelan. "Baru sebentar doang, sans."

"Yaudah ayo."

Berjalan berdampingan dengan diberi jarak. Senyum keduanya menyeruak.

Sakura terheran, ia selalu memerhatikan Sasuke selalu melangkah lebar karena kakinya yang panjang. Tapi Sasuke menyamakan langkah dengan Sakura sekarang.

"Mampir toko bunga sebentar ya? Gak jauh kok dari sini."

"Iya."

Hanya satu kata dengan nada ucapan lembut, hatinya menghangat terlupa akan apa yang akan terjadi ke depannya.

Tak lama, mereka sampai di toko bunga yang dimaksud. Sakura menatap Sasuke diawali dengan membasahi bibirnya.

"Bunga apa ibu lo suka?"

"Bunga lily," jawabnya tanpa perlu berpikir.

Sakura mengangguk lalu segera mencari bunga lily dan segera dibayarnya. Sesuai tebakannya, ia pasti akan diberi cuma-cuma.

Selain toko bunga ini adalah milik sahabat baiknya yaitu Ino, Sakura juga sering membantu menunggu toko disaat tak ada penjaga. Lebih baik dari pada di rumah sendiri baginya.

Sakura keluar dari toko diikuti Sasuke dibelakangnya. Dalam sekejab Sasuke bisa menyamakan langkah Sakura.

Sekarang mereka lanjut lagi berjalan menuju halte bis, agar sampai di rumah sakit segera.

✉ ✉ ✉

Mereka tengah berjalan di lorong rumah sakit. Dengan langkahan yang tak bisa dibilang pelan.

Fyi, kemarin setelah selesai menonton Sakura mencoba berbasa-basi untuk memulai obrolan :

"Besok abis pulang sekolah semoga dapet pr banyak." Sakura berucap sedikit keras berharap direspon lelaki disamping.

Sasuke mengernyit lalu bertanya, "Kamu suka pr?"

"Nggak sih, tapi tiap ngerjain pr gue lupa sama kesedihan."

Sasuke tampak berpikir dan ragu untuk berucap selanjutnya.

"Kalau besok gak dikasih pr banyak atau malah gak dapet pr, mau temenin aku ga?"

"Kemana?"

"Ke rumah sakit, ngeliat ibuku. Biasanya aku sama bocah cewek itu, tapi dia lagi sibuk katanya. Mau ga?"

"Kalo—"

"Kalo gak mau gak papa kok, aku gak maksa."

Serius. Sakura sangat gemas. Segitu takutnya Sasuke jika ia menolak ajakannya.

Sakura tak membayang akan diajak bertemu ibu Sasuke. Entah kenapa perasaannya sekarang sulit ditebak. Bahkan wajahnya bingung bagaimana harus berekspresi.

"Ihh gue mau bilang mau, jangan dipotong dong ucapan gue."

"Hehe maap. Makasih juga."
















Tanpa terasa sekarang mereka sudah sampai di depan pintu kamar rawat ibu Sasuke.

Sakura tiba-tiba gugup :'3

Pintu dibuka oleh Sasuke. Hingga seorang wanita yang terduduk di atas ranjang memenuhi netra. Dari sini Sakura dapat melihat jika wanita tersebut sangat cantik. Pantas saja anaknya tampan.

Mereka saling bertatap, namun sebelumnya wanita itu bertatap dengan putranya dahulu.

Sasuke dan Sakura melangkah masuk. Ibu dan anak itu saling berpeluk sebentar. Sebelum kembali lagi menatap Sakura.

Dengan sigap ia memperkenalkan diri. Sakura menunduk sejenak.

"Saya Sakura Haruno temennya Sasuke, tante."

Wanita itu tersenyum, sangat manis dilihat. "Owalah temen."

"Aku ngajakin temen karna bunda bilang bosen dijengguk aku terus," ujar Sasuke akhirnya.

Sakura bingung, kenapa memanggil bunda? Ia kira ibu. Tak usah diambil pusing, intinya sama saja.

"Kirain bunda kamu bawa pacar," goda Mikoto, nama wanita yang telah membesarkan Sasuke.

Sasuke melirik Sakura ragu-ragu. Lalu mengerucutkan bibir dan menatap sebal ibunya.

"Oiyah tante. Mau aku ramal gak?"

Mikoto tertawa sebentar. "Ramal gimana?"

Sakura menunjukan bunga yang sedari tadi ia sembunyikan dibelakang tubuh. "Tadi aku abis ngeramal. Nah ramalan itu bilang kalo bunga kesukaan tante yaitu bunga lily. Bener 'kan?"

Mikoto menerima bunga tersebut seraya mengangguk antusias. "Wah hebat, bener kok. Tante suka banget bunga lily."

"Heh apaan ramalan-ramalan, Sakura tadi nanya — aww!"

Sakura menyubit pinggang Sasuke pelan. Membuat ringisan keluar langsung. Mikoto yang menyaksikan interaksi keduanya merasa senang.

Ruang itu perlahan dipenuhi tawa. Sepertinya pilihan Sasuke untuk mengajak Sakura tidak salah.

Kalau sudah begini Sasuke harus segera bersiap untuk menyatakan rasa suka yang lama hinggap di dalam, pada puan jelita yang diberi nama Sakura Haruno.

✉ ✉ ✉

sticky notes ✓ | sasusakuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon