𓋜

1.7K 221 15
                                    

"Kenapa kamu ngehindar terus?"

Sakura diam, bingung pasang ekspresi apa. Seharusnya juga laki-laki tinggi dihadapannya sadar. Ia malu. Makanya ia repot-repot bangun pagi-pagi sekali, supaya tidak bertemu dengan Sasuke.

Duh, malahan ia dicari-cari terus oleh Sasuke. Sakura sadar sedari tadi diikuti, cuma pura-pura tidak tahu. Berhubung juga Sasuke hanya memperhatikannya, tidak mau ucap kata padanya.

Tidak disangka ditempat sepi yaitu halaman belakang sekolah, Sasuke kasih tanya padanya. Sakura tidak mengerti kenapa kakinya melangkah kemari, tahu-tahu dibuat sadar cuma ada ia dan Sasuke yang muncul dari balik dinding.

Tadi, Sasuke ragu-ragu ucap kata. Sakura yang melihatnya jadi gemas. Apalagi sekarang, laki-laki itu tampil kurva lengkung ke atas perlahan.

Rasa-rasanya Sakura mau pingsan.

"Enggak maksud ngehindar, cuma... ya, gitu..."

Sasuke mengernyit bingung. Senyumnya mulai memudar, tapi ditahan bersamaan dengan kembali berkata.

"Masalah kemaren, ya? Kamu malu?"

Entah tanya begitu untuk mengejeknya, atau sekedar tanya saja. Dilihat dari sudut manapun, tampak jelas Sakura malu. Dari segala reaksi yang ditunjukan, jelas-jelas, ia malu teramat sangat.

Banyak kejadian memalukan yang pernah Sakura lakukan, sepertinya yang satu ini peringkat pertama.

Lama belum dijawab, Sakura kasih angguk samar-samar. Harap Sasuke paham tanpa perlu penjelasan.

"Jangan malu. Aku malah seneng kamu enggak pindah jauh-jauh."

Jujur, Sakura juga senang tapi dominan lebih malu. Ah, sudahlah ia ikuti saja alur hidupnya. Lagi-lagi bingung mau ucap apa, Sakura mengembang senyum manis.

Tak lama, dapat ia lihat dengan kedua netra, pipi Sasuke memerah. Ia tidak mau percaya diri sebab ulahnya, bisa jadi sebab matahari yang terlampau panas dari biasanya.

Sakura tanpa malu lagi pandang Sasuke lekat-lekat. Labium tipis yang jadi sorotannya ingin buka ragu-ragu. Netra Sasuke toleh kanan kiri, dari raut wajahnya ketara tengah pikir sesuatu.

Sakura tunggu dengan sabar, menatap lama-lama wajah Sasuke tidak pernah bosan.

"Eum..."

"Iya?"

Agak tersentak Sasuke dibuatnya. Masih dengan ragu-ragu yang kian ketara, laki-laki itu berucap sembari kasih tatapan meneduhkan pada Sakura.

"Soal pe-pengakuanku... yang waktu itu masih berlaku."

"Pengakuan?" ulang Sakura sambil mengerutkan dahi.

Dua detik barulah ia sadar. Pasal pipinya jadi hangat sungguh tidak terkendali. Ditambah lagi jantungnya berdebar hebat.

"Aku minta jawaban."

Sakura diam, bukan tidak mau membalas. Melainkan dalam benak dibuat kembali ingat semua hal yang dilalui mulai dengan kedatangan Sasuke.

Semuanya indah, tanpa dipungkiri.

Di hari rabu, Sakura ingin berseru, haruskah ia setuju?

"Kalo mau tolak aku, gak apa-apa."

"Enggak," sahut Sakura cepat.

Sasuke sedikit kaget, tidak lepas dari atansinya, tatapan laki-laki itu mulai penuh binar. Sembari juga menanti jawaban pasti dari sang taruni.

Sedang Sakura berusaha menormalkan detak jantungnya, bersama juga darahnya berdesir kencang.

Ini pertama kalinya Sakura menyukai seseorang. Rasanya membuat bahagia.

Baginya, masa-masa indah yang tidak mau diharap semesta datangkan untunya. Eksistensi Sasuke dihadapan jadi bukti.

Sakura suka, pada dia, laki-laki tampan dengan senyum menawan.

Dengan perasaan yang berbunga-bunga, bisa ia rasakan lepakan lepidoptera menjalar dari perut hingga keseluruh tubuh.

Dengan senyum manis tampil dikeduanya, kontras dengan keadaan sekarang. Teduh. Sang surya menyembunyikan diri.

Dengan pasti pula, Sakura mengangguk dua kali. Lalu menjawab,

"Aku juga suka kamu."

Senyum Sasuke melebar sampai batas, sama halnya dengan Sakura. Oh, kalau boleh diminta, hentikan sejenak waktu, suapya tidak cepat berlalu.

Masih ingin lebih lama menyelam ke dalam netra indah bersama-sama.

"Ayo pacaran."

✉ ✉ ✉

(a/n)
  makasih sudah baca, sayang kalian
  banyak-banyak ♡


sticky notes ✓ | sasusakuWhere stories live. Discover now