𝗦𝗲𝘃𝗲𝗻𝘁𝗲𝗲𝗻。

1.8K 310 24
                                    

Saat jam istirahat kedua Sakura memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Hinata. Entah kenapa tiap istirahat pertama Sakura tidak pernah lapar sedangkan istirahat kedua perutnya tak berhenti berbunyi.

Hinata saat ini tidak bersama pacarnya, makanya Sakura mengajaknya. Agar tidak terlihat jomblo di kantin nanti.

Gadis yang memiliki poni indah itu mengernyit heran ketika Sakura melewati lokernya.

"Lo gak ngeliat isi loker lo dulu, sapa tau ada sticky note lagi."

"Gak ada pasti."

Hinata berhenti melangkah, membuat Sakura juga ikut menghentikan langkah. Ia menarik napas lalu menatap temannya itu.

"Liat dulu," suruh Hinata.

Sakura menggeleng. "Gak mau. Gak bakal ada sticky note baru lagi."

Hinata mengehela napas lelah, susah juga membujuk Sakura. "Kalo gak diliat mana tau."

Pandangan Sakura teralih pada loker yang tak jauh darinya. Ia menatap dengan pandangan kosongnya.

"Lo tau, berharap itu sakit. Semakin tinggi harapan semakin sakit rasanya."

Setelah itu ia tersenyum sedih. "Makanya gue gak mau ngarep ada sticky note lagi di loker gue."

Hinata menipiskan bibirnya. Kemudian mengelus pelan pundak Sakura.

"Gue ngerti, gue ngerti. Sekarang ayo ke kantin."

Selama mereka berjalan menuju kantin Sakura terus menunduk. Hinata jadi merasa tidak enak.

"Lo jangan makan pop mie lagi hari ini." Hinata bersuara sambil melirik Sakura.

"Iya."

Singkat banget herman. —Hinata Hyuuga.

"Eh ngomong-ngomong di kantin sekarang ada es krim. Coba beli yuk!"

Sakura mengangkat kepalanya, kedua netra hijaunya berbinar. "Beneran?"

Hinata mengangguk antusias.

"Kenapa gak bilang dari tadi. Ayo ih keburu abis nanti."

Sakura menarik pergelangan tangan Hinata. Menyuruh temannya itu ikut berlari bersamanya. Dalam hati Hinata bersyukur tahu apa yang jadi kesukaan Sakura.

Akhirnya mereka sampai juga. Perlu mengantri karena banyak sekali yang membeli. Mungkin ini karena baru pertama kalinya buka.

Dengan sabar Sakura menanti es krim strawberry-nya sedangkan Hinata memesan es krim vanilla.

Mangkuk es krim itu diberikan pada mereka bersamaan dengan uang yang diberikan pada penjual itu.

Senyum masih belum pudar di wajah Sakura. Mereka berdua hendak pergi, tapi suara penjual itu tadi menghentikannya.

Sontak Sakura dan Hinata menoleh lagi.

"Kenapa?" tanya Sakura.

"Neng satu-satunya cewek di sekolah ini yang rambutnya warna pink, ya?"

Sakura mengernyit bingung tapi ia tetap mengangguk. Memang hanya dirinya yang memiliki warna rambut beda sendiri.

Wanita paruh baya itu tampak menyondorkan sesuatu padanya.

"Ini dari cowok ganteng tadi."

Sebuah kertas berwarna merah. Rahang Sakura langsung jatuh seketika.

"Itu apa bi?" tanya Hinata.

"Liat neng, ini kertas. Bibi gak tau isinya apa, pokoknya bibi di suruh ngasih ini sama cewek yang rambutnya warna pink."

Sakura menyenggol lengan Hinata. "Kayaknya itu dari secret admirer gue deh."

Hinata langsung paham. Saat Sakura menerima kertas itu Hinata kembali bertanya.

"Bibi tau gak mukanya gimana?"

Wanita itu tampak berpikir sebentar lalu menjawab, "Mukanya ganteng banget."

"Pake baju apa?" tanya Hinata lagi.

"Ya pake seragam sekolah biasalah, ya masa pake baju tani," jawab bibi itu sambil menggelengkan kepala tak habis pikir.

Sedangkan dilain sisi Sakura rasanya ingin meledak. Ia terlalu senang sampai tak sadar telah meninggalkan Hinata bersama bibi penjual es krim itu.

 Ia terlalu senang sampai tak sadar telah meninggalkan Hinata bersama bibi penjual es krim itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sticky notes ✓ | sasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang