𝗧𝘄𝗲𝗻𝘁𝘆 𝗡𝗶𝗻𝗲。

1.7K 302 42
                                    

Bel sekolah berbunyi begitu nyaring. Ekspresi bahagia terlukis jelas diwajah siswa-siswi. Berbeda dengan tokoh utama cerita ini.

Baginya sekolah adalah tempat merenung akan nasib yang baik.

Membayang bagaimana nasibnya ke depan. Semesta belum berpihak padanya. Menunggu, walau tak pasti kapan bahagianya akan tiba.

Tungkainya lesu berjalan. Iya berjalan. Sakura cukup tahu diri untuk tidak terus menumpang pada Sasori.

Memilih jalan pintas adalah pilihan terbaik. Daksanya juga lelah. Walau tak ingin pulang, rumah adalah tempatnya beristirahat.

Dirasa angin sepoi yang menerpa cukup menenangkan. Sekian sekon kemudian, tapak tangan singgah dibahunya.

Mau tak mau hulu menoleh. Pupilnya melebar menatap sang puan. Jantungnya berpacu cepat. Sudah berpasangka buruk hatinya.

"Kak Hana?" senyum disunggingkannya dengan memanggil pelan.

Presensinya tak terduga. Sakura takut-takut menatap.

"Sebenernya udah lama gue tahan diri."

Hana mulai berucap. Dua turani di sampingnya mulai mendekat pada Sakura.

"Kenapa ya?" pelan Sakura menyahuti.

"Gue udah kasih peringatan berkali-kali. Jangan deketin Sasori. Dia pacar gue."

"Iya kak, gue tau."

"Kalo tau kenapa masih deketin?! Karna sahabatan? Seharusnya lo ngehargain gue sebagai pacarnya."

Hana mengeluarkan semua yang mengganjal dalam hatinya. Namun masih ada lara di simpannya.

"Gue minta maap kak."

Sakura mendongakan hulu. Netranya menatap turani cantik itu.

"Gue bener-bener minta maap. Gue bingung mau jelasin gimana, takutnya kakak salah nangkep."

Satu dorongan di pundak diterimanya. Daksa Sakura terhuyung ke belakang.

Bukan hanya sekali. Berkali-kali ia di dorong hingga jarak dengan tempok bangunan terkikis.

Raut kesal yang napak jelas pada Hana membuat Sakura bingung. Ingin melawan rasanya tak mungkin. Ia sendiri, sedangkan Hana bersama kedua temannya.

"Sebenernya gue gak mau kasar. Tapi lo minta dikasarin. Selama ini gue sabar ngeliat semua kelakuan lo. Centil banget sih jadi cewek."

Perkataannya menusuk hingga ulu hati. Memang seperti itu kenyataannya. Tak ada dusta. Namun bukan maksud Sakura melakukan.

"Gue minta maap." Sakura mengulangi sahutan yang sama. Netranya menatap sendu Hana.

"Minta maap terus! Abis tuh ulangin lagi!"

Setengah sekon tangannya terangkat. Seperti akan menampar Sakura. Sang empu yang tak siap hanya reflek menyembunyikan netra.

Terhitung seperkian sekon tak terjadi apa-apa. Perlahan ia membuka mata.

Hal yang pertama ia lihat adalah tangan Hana ditahan oleh tangan lain. Netranya bergulir sampai berserobok dengan netra yang menyawang khawatir.

Hana menarik tangan kasar. Raut kesal kian menjadi. "Lo gak usah ikut campur."

Menarik napas pelan taruna itu menjawab, "Gimana pun tetep gue harus ikut campur. Apalagi ini menyangkut pacar gue."

Sekarang Sakura lupa caranya bernapas.

✉ ✉ ✉

btw part selanjutnya agak panjang, jangan bosen2 ya...

sticky notes ✓ | sasusakuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu