Any tercenung, kembali terpukau dengan putri kecilnya dan segala pemikirannya yang lebih dewasa dari usianya. Ia tersentuh tapi juga kawatir karena merasa Joana tak tumbuh seperti anak-anak di usianya. Gadis kecil itu berpikir dan berperilaku seperti orang dewasa.

Apa ia salah dalam membesarkan putrinya? Apa selama ini ia terlalu keras hingga gadis kecilnya tumbuh dengan pikiran yang lebih dewasa, putrinya sangat pengertian, penurut dan tak banyak berulah, satu hal yang merepotkan darinya hanya rasa ingin tahu Joana yang sangat besar, itu saja.

Any mengehela napas pelan.

"Joana enggak bersikap salah. Bunda ngerti Joana ingin sama bunda, dan bunda bersyukur untuk itu. Enggak ada yang salah kalau Joana ingin memaksa bunda ikut karena ini pertama kali Joana akan menginap tanpa bunda, iya kan?" Any tersenyum lembut pada sang putri, yang dibalas Joana dengan menganguk.

"Jadi itu bukan salah sayang, Joana hanya ingin bersama bunda. Tapi oma dan opa juga sangat ingin bersama Joana. Mereka ingin Joana melihat rumah mereka dan menginap bersama mereka di sana. Jadi sebagai cucu yang sayang sama oma dan opa, Joana harus menurut karena itu merupakan bentuk rasa sayang opa dan oma. Walau tanpa bunda Joana akan baik-baik saja, ada opa dan oma yang menjaga," jelas Any.

Namun gadis kecil itu masih murung, wajahnya menuduk menatap sepatunya.

"Joana tahu kok oma dan opa akan jaga Joana. Tapi kalau Joana pergi bunda siapa yang jagain. Joana enggak mau bunda sendiri," ucap gadis itu sembari menengadah menatap Any.

Sekali lagi Any tersentuh, gadis kecilnya tak mengawatirkan dirinya sendiri melainkan sang bunda.

"Bunda baik-baik saja kok. Bunda kan sudah dewasa, enggak ada orang jahat di sini sayang, jadi Joana enggak usah takut ya." Any mengusap pelan puncak kepala Joana.

Walau masih murung, gadis itu akhirnya mengangguk lalu melangkah lebih dekat pada bundanya kemudian memeluk erat.

"Bunda baik-baik di sini ya, Joana enggak akan lama."

Any balas memeluk dan menciumi wajah Joana gemas.

"Iya anakku yang cantik, baik-baik di rumah oma dan opa ya sayang. Nikmati waktu kamu di sana. Love you.

"Love you too bunda," balas Joana.

"Aduh manisnya pasangan anak dan ibu ini. Kayak mau kemana aja pake pamit kayak gitu. Cuman pergi tiga hari doang kok, Joana enggak ibu bawa selamanya," Rita tiba-tiba masuk, mengganggu putri dan cucunya yang nampak tak rela meninggalkan satu sama lain.

Any terkekeh, ia melepas pelukannya dan melangkah mendekati ibunya sembari membawa tas jinjing berisi barang-barang Joana.

"Ini baju dan beberapa boneka, aku masukin sekalian ke dalam sini, biar enggak repot." Any menyerahkan tas itu yang langsung diterima Rita.

"Kamu yakin enggak mau ikut? Kan bisa ijin tiga hari. Bilang aja ada acara keluarga," cetus Rita sembari melangkah keluar kamar yang diikuti Any dan Joana.

Mereka lantas bergabung bersama Cristian--ayah Any yang sedang duduk di sofa.

"Iya kak? Kenapa enggak ijin aja. Toh kamu juga enggak pernah bolos ngajar. Pasti nanti diberi ijin." Cristian ikut menimpali.

Any menggeleng.

"Enggak bisa yah. Any enggak mau ijin kalau enggak ada keperluan. Siapa yang tahu ke depannya kita punya kesibukan dan mengharuskan Any untuk ijin. Takut di saat penting kita malah enggak bisa ijin karena udah duluan ijin untuk hal yang enggak penting" balas Any.

"Jadi mengunjungi rumah orang tua kamu enggak penting?" Rita berseru ketus.

"Bukan gitu. Ibu tahu sendiri apa yang nyebabin aku enggak balik Jakarta. Itu bukan kemauanku."

ReplaceWhere stories live. Discover now