Chapter 2 - Fall

2.4K 308 28
                                    

Sebulan berlalu, dan selama sebulan itu juga aku sibuk mengerjakan tugas akhir semesterku. Untung saja pengorbananku untuk itu tidak sia-sia.

"Ngomong-ngomong Meyra-ya, bagaimana hubungan kalian?" Wanita satu ini memang selalu ingin tahu.

Sebenarnya aku malas ingin membahas hal yang berkaitan dengan pria itu, tapi karena Aydin temanku, sahabatku lebih tepatnya, jadi aku tidak masalah.

"Ya seperti yang kau tahu, tidak baik." Jawabku acuh dan lebih memilih untuk menikmati cake matcha favoritku.

Aku dapat melihat dia mengangguk sambil memuncungkan bibirnya, walaupun aku tidak menoleh ke arahnya.

Sebenarnya dia tidak perlu bertanya tentang hubungan yang terpaksa ini, jangankan bisa berjalan lancar, aku saja jarang melihat pria itu di rumah. Sudah hampir dua minggu dia tidak pulang, aku tidak terlalu mempedulikan, lagipula itu bukan urusanku.

Drrrttt...

Ponsel Aydin bergetar, "Meyra-ya, aku angkat telfon sebentar." Izinnya, aku mengangguk.

Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya, tapi jelas kalau dia terdengar sangat serius.

"Meyra-ya, maaf aku harus pulang sekarang." Dia tergesa-gesa dan bergegas mengemasi barang-barangnya, aku bingung tentu saja.

"Aydin-a, ada apa?!" Pekikku, tapi dia sudah lebih dulu berlari menuju mobilnya.

"Nanti aku ceritakan." Sahutnya tanpa berhenti berlari, dia melambaikan tangannya dari belakang. Orang-orang bahkan menatap heran padanya.

Semoga saja bukan hal yang serius, padahal baru saja kami ingin bersantai setelah tugas kami berdua diterima oleh professor, tapi dia sudah ada urusan lagi, benar-benar wanita yang sibuk.

*****

Sepulang dari kafe tadi, aku tidak langsung pulang, aku singgah ke toko buku sebentar untuk membeli novel. Berhubung malam ini aku tidak ada pekerjaan apa-apa jadi aku bisa bersantai sambil membaca novel.

Halaman rumah ini sangat luas membuatku kelelahan melewatinya untuk masuk ke dalam rumah. Belum lagi aku berjalan kaki dari halte depan sampai masuk ke dalam komplek ini.

Aku kehausan, dan sesampainya di rumah, aku langsung ke dapur untuk minum. Soda dingin sepertinya akan sangat menyegarkan.

"Abeoji dan Eommoni akan datang malam ini."

Praaakkk...

Sekaleng soda yang baru saja aku ambil dari kulkas terjatuh mengenai kakiku menciptakan rasa sakit yang luar biasa, aku bahkan sampai menjerit kesakitan sambil mengusap punggung kakiku.

Aku kaget mendengar suara itu dari belakang.

Pria satu ini memang selalu membuatku kesal, kapan dia pulang?

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya sok peduli.

"Kapan kau pulang?" Bukannya menjawab, aku malah bertanya balik.

Dia ikut mengambil sekaleng soda di kulkas dan aku mengambil kaleng sodaku yang terjatuh di bawah.

"Tadi siang." Dia meneguk soda yang diambilnya, "itu tidak penting, yang jelas nanti malam kau siap-siap, kita harus berpura-pura."

Baiklah, hancur sudah rencana bersantaiku nanti malam.

"Oh iya..." ucapnya seperti teringat akan sesuatu.

Aku tidak bereaksi, hanya menunggunya melanjutkan ucapannya.

"Jangan bicara apa-apa pada mereka, terlebih tentang aku yang tidak pulang selama dua minggu."

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITDonde viven las historias. Descúbrelo ahora