Scandal | 21

979 71 5
                                    

Kini, mobil Kenneth telah terparkir di basement salah satu mal di Jakarta. Aku melirik ke arah Kenneth yang tengah melepaskan seatbelt-nya.

"Ngapain ke mall?" tanyaku.

"Mm, nge-date 'kan?"

Aku mendengus. "Kamu mau ngajak aku nonton?"

"Kamu mau nonton?"

Aku berdecak kesal. "Kenapa balik nanya, sih?!"

Kenneth terkekeh pelan dan mengalihkan pandangannya padaku. Ia lantas menekan tombol merah pada sabuk pengamanku dan berlalu keluar setelah mengatakan, "Ayo, turun!"

Aku berlari kecil mengejar Kenneth yang berada di depan dan berjengit pelan begitu Kenneth menggenggam sebelah tanganku erat. Aku mencoba melepasnya, namun gagal. "Jangan dilepas! Nanti kamu hilang."

Kutiup kasar poniku yang menutupi mata. Menyebalkan! Memangnya aku anak TK?

Seperti yang telah kuduga sebelumnya, Kenneth membawaku ke Cinema21. Aku menatap poster film yang berjajar di sampingku satu per satu.

"Eh, kamu ada film baru?" Aku menghentikan langkahku secara tiba-tiba begitu melihat poster film yang menampilkan foto Kenneth.

Kenneth menjawabnya dengan dehaman pelan. "Ayo, nonton ini!" ajakku dengan antusias.

Ia mengeratkan genggamannya. Seketika, aku menatap ke arahnya yang mematung dengan sempurna.

"Kenneth?"

Ia tak bergerak. Aku berinisiatif untuk mencubit pipinya. Kenneth mengaduh dan menatapku kesal.

"Ayo, nonton ini!" ajakku lagi.

"Gak usah! Aku mau nonton yang lain."

Aku memandang Kenneth yang terlihat aneh. "Kenapa, sih? Aku belum pernah nonton film kamu sama orang lain. Aku penasaran, akting siapa yang lebih bagus?"

Kenneth tak terlihat tertantang dengan ucapanku. Aku jadi semakin curiga. Selama ini, ia selalu membangga-banggakan kualitas aktingnya kepadaku hingga aku kesal sendiri.

"Ada adegan ranjangnya, ya?" tanyaku kemudian. Ia lantas menyentil dahiku dengan cukup keras. Aku mengaduh pelan dan mengusap-usap bekas sentilannya.

"Sembarangan! Adegan ranjang aku cuma sama kamu."

Aku cemberut saat ia lagi-lagi membahas kejadian di hotel tempo lalu.

"Ayo, nonton yang lain aja!" serunya sambil menyeretku pelan menuju loket.

***

Aku tersenyum puas melihat dua tiket nonton di tangan.

"Puas, hem?" sindirnya. Aku mengangguk-anggukkan kepala.

"Kapan lagi bisa nonton kamu akting sama cewek lain?"

Ya, setelah perdebatan panjang di loket karcis tentang judul film yang akan kami tonton, Kenneth akhirnya menyerah.

"Masih ada satu jam lagi sebelum filmnya mulai."

"Mau jalan-jalan dulu?" Aku mengangguk mengiyakan tawarannya.

Jalan-jalan di mal tidak hanya berarti 'jalan-jalan' bagi para wanita. Tapi berarti juga belanja.

Aku tidak tahu ini toko ke berapa yang telah kukunjungi, tapi sepertinya Kenneth tidak masalah. Malah, ia membayari semua belanjaanku ini. Kan aku jadi senang!

Ia tidak terlihat keberatan dengan itu semua. Bahkan ia juga membawakan semua belanjaanku. Padahal aku tak masalah kalau harus membawanya sendiri. Hanya ada lima paperbag saja. Mungkin akan menjadi enam bila ditambah dengan high heels di hadapanku ini.

Scandal |  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang