Scandal | 65

775 44 7
                                    

27 November 2020 - Hari Pemberkatan (Private Party)

Hari berganti hari. Tanpa terasa, inilah hari yang kami tunggu.

Setelah beberapa hari sebelumnya disibukkan dengan urusan fitting gaun, cincin dan tetek bengek pernikahan lainnya yang masih belum terurus, akhirnya tibalah kami di hari yang sakral ini. Hari di mana kami akan mengikat janji sehidup semati.

Kami memutuskan untuk melakukan prosesi pemberkatan dengan tema outdoor. Garden party.

Bukan apa-apa. Hanya saja, garden party terlihat lebih keren akhir-akhir ini.

"Gimana? Udah siap?"

"Deg-degan gak, Neth?"

"Gaunnya gak kesempitan, 'kan? Diet lo sukses, 'kan?"

"Gimana perasaan lo, Neth? Gue selalu kepo sama perasaan orang-orang yang mau kawin kayak lo gini."

Pertanyaan bertubi-tubi yang berasal dari teman-temanku yang mendatangi tempatku berdiam diri membuat aku terlempar kembali ke dunia nyata.

Kulirik pantulan wajah mereka satu per satu dari cermin yang ada di hadapanku. Hari ini, mereka semua kompak mengenakan gaun berwarna biru dengan model yang senada--jadi bridesmaid ceritanya.

"Kalau kalian nanya kesiapan gue beberapa bulan yang lalu, jawabannya pasti nggak. Gue gak siap. Tapi, sekarang semuanya udah berubah. Dan sekarang, gue udah siap. Gue udah siap jadi Nyonya Reyes," jawabku dengan mantap. Kelima temanku memberikan senyuman jahil yang mau tak mau membuatku terkekeh.

"By the way, abis ini giliran kalian yaa yang nyusul gue," lanjutku sambil mengingatkan perihal taruhan kami.

"Tuh, tuh. Giliran Agni lagi, nih. Lo cari lakinya ngebut dong, Ni! Malu dong kalau next round lo masih belum kawin juga!"

Agni berdecak mendengar ucapan dari Ferli. "Heh, onta! Lo kira nyari laki gampang apa? Enak aja lu ngomong! Lancar bangett... Liat aja pas udah bagian elo, ya! Gue ketawain sampe mampus kalo lo kalah."

Aku melihat perdebatan kecil antara Agni dengan Ferli sambil tertawa pelan. Tidak sabar juga melihat teman-temanku yang lain menikah. Akan seperti apa yaa pertemanan kami nanti?

"Oh ya, Neth." Aku berdeham pelan sambil menatap ke arah Maura yang memanggilku pelan. "Kenneth udah dateng. Gue liat dia barusan, lagi ngobrol di luar bareng temen-temennya."

Entah mengapa, mendengar nama Kenneth semakin membuat perasaanku tak karuan. Aku merasa senang, terlampau senang hingga membuat dadaku sesak. Lama-lama, aku tidak dapat menahan rasa yang kurasa itu.

"By the way, congratulation my bestie." 

Aku menatap Laura yang baru kudengar suaranya. Padahal, ia ada di sini sejak tadi.

Aku tersenyum lebar ke arahnya. Faktanya, Lauralah yang memiliki peran penting dalam pernikahan ini. Tanpanya, pernikahan ini tidak akan ada. 

Dan seperti yang pernah kubilang, Laura hanya menginginkan yang terbaik untuk teman-temannya meski kuakui caranya sedikit melenceng.

"Makasih juga, Lala. I love you so much! Tanpa lo, pernikahan ini gak akan ada."

Nyatanya, perkataan yang tulus keluar dari dalam hatiku itu mampu mengeluarkan sisi pongahnya. Laura mengangkat sebelah alisnya, belagu. "Tuh, kan! Kalian denger sendiri testimoni dari orang yang udah jalanin taruhan dari gue. Jadi gue harap, next round, jangan pada misuh-misuh!"

Tintan menaikkan sebelah bibirnya, mencibir Laura secara implisit. "Liat aja nanti. Next round kan giliran lo juga, La. Kita liat aja nanti siapa yang bakal misuh-misuh!"

Scandal |  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang