Scandal | 18

1K 71 3
                                    

Aku kembali ke ruang tivi dengan segelas cappuccino di tangan. Kuletakkan gelas itu di atas meja dengan hati-hati. Takut terkena tumpukan kertas penting yang ada di atas meja.

Kenneth terlihat sibuk dengan telepon genggamnya. Aku menundukkan kepala, mencoba mengintip isi ponselnya. Namun, aku kalah cepat dengan Kenneth yang tiba-tiba saja mematikan layarnya.

"Kamu gak ada rencana pergi hari ini?" tanyanya tiba-tiba. Aku menggeleng.

"Bagus." Aku mengernyitkan dahi tanda tak paham. "Aku mau ajak kamu pergi," sambungnya.

"Ke mana?" Ia tak menjawab dan malah melirik ke arah Meri yang ada di belakangku.

"Kamu siap-siap aja. Sana, ganti baju!" serunya sambil mendorongku pelan.

Aku menatapnya bingung. Ia mengeluarkan ekspresi tak ingin dibantah yang membuatku menghela napas. "Mau kemana?" tanyaku lagi.

"Rahasia." Aku berdecak kesal mendengar balasannya.

"Aku mesti cocokin baju yang aku pake sama tempat yang akan kita tuju."

Ia mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Bebas. Buat senyaman mungkin. Kita hanya akan ke rumah seseorang."

"Siapa? Apa aku kenal? Cewek atau cowok?" tanyaku bertubi-tubi.

"No no no! There's no question! Just dress well."

Aku meniup poniku kesal lalu mengalihkan pandangan kepada Meri. "Ayo, Mer."

Baru saja aku berbalik, Kenneth kembali berseru. "Anneth, no!"

"Ck, apalagi sih?!" Aku berbalik dan berseru jengkel kepadanya.

"Meri di sini. Kamu pilih baju kamu sendiri."

"Apa yang salah?" tanyaku. Tak mengerti dengan sikap Kenneth yang aneh ini.

"Gak ada. Cuma, pilih baju yang mau kamu pakai. Meri tinggal di sini. Dia harus bantu aku beresin kertas-kertas ini."

Pandanganku seketika beralih pada Meri yang berdiri di sampingku. Ia mengangguk pelan.

"Oke. Just wait a minute. I'll be right back."

"Just take your time, Honey!"

***

Aku keluar kamar dengan dress polos berwarna kuning cerah. Kulirik Kenneth dan Meri yang telah selesai membereskan tumpukan kertas-kertas tadi.

"Yuk!" seruku kemudian. Mendengar suaraku, Kenneth dan Meri dengan kompak menatap ke arahku.

Aku berpandangan dengan Kenneth yang terlihat kaku. Apa aku salah kostum?

Aku kembali melihat penampilanku. "Aneh, ya?" tanyaku spontan.

Kenneth menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Nggak aneh. Gak sama sekali. Kamu ... Cantik."

Pujian dari Kenneth itu mau tak mau membuat kedua pipiku bersemu merah. 

Meri yang ada di sana pun seketika bertepuk tangan keras. Membuatku dan Kenneth terkejut. "Aww gemesin bengeus kalian ini!" Ia mendorong bahu Kenneth pelan hingga berada di hadapanku. "Sana sana! Pergi, cepet!"

Aku menunduk. Mencoba menyembunyikan senyum tipisku, hasil salah tingkah. Kenneth terkekeh pelan melihatnya.

Sialan!

Tangannya yang besar itu menyelimuti tanganku dan menggiringku keluar apartemen.

"Kita pergi dulu, Mer! Jangan lupa kunci pintu!" seruku kepada Meri yang masih menatap kami dengan kedua tangan yang menangkup pipinya.

Scandal |  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang