Scandal | 64

672 57 1
                                    

"Kamu ... Bercanda," ucapku setelah beberapa saat diam membisu. Namun alih-alih membalas perkataanku, Kenneth hanya terdiam sambil menatapku lekat-lekat seolah tengah memperlihatkan keseriusannya.

"Kamu gak bercanda," ucapku lagi seolah tengah menyuarakan jawaban dari tatapan Kenneth yang ia jatuhkan kepadaku.

Aku tak sanggup berkata-kata. Semua ini masih terlalu mengejutkan bagiku.

Kenneth terlihat telah lebih tenang dari sebelumnya. Ia bergerak pelan menuju kamera dan mematikannya. Tak ingin bagian ini ikut diliput juga.

"Apa yang mengganggu kamu, Ann?" tanyanya kemudian. Aku menghela napas perlahan.

"Kita baru aja membatalkan rencana pernikahan kita kemarin. Dan sekarang kamu mau kita nikah. Maksudnya, yang kemarin aja, gagal. Apa ini gak terlalu cepat?"

Tak kusangka, Kenneth memberikan senyuman teduhnya. "Gak ada yang perlu kamu khawatirin, Ann. Kamu gak perlu cemas. Aku cuma lagi melanjutkan rencana kita yang batal kemarin."

Aku mengernyitkan dahi tanda tak paham. "Melanjutkan? Yakin? Bukannya kita lagi starting over?"

Kenneth menggelengkan kepalanya. "Ini yang belum kamu tau. Rencana pernikahan kita yang kemarin itu, gak ada yang membatalkannya. Itu semua hanya diundur, sampai tanggal 28 nanti."

"Apa?" tanyaku tak mengerti. Kenneth mencoba menjelaskannya dengan perlahan.

"Laura, orang yang kamu minta untuk membatalkan semuanya itu, gak ngikutin perintah kamu. Dia tau aku gak selingkuh, dengan wanita manapun. Jadi, dia coba untuk bantu aku dengan memundurkan tanggal pernikahan kita ke tanggal 28 November nanti."

"Maksud kamu... Laura tau kalau skandal itu bohong, terus dia bantu kamu dengan memundurkan tanggal pernikahan jadi ... Tanggal 28?! November ini?"

"Mm, sebenernya, itu tanggal gedungnya disewa. Tanggal pemberkatan kita di 27."

"Ya ampun! Itu ... Itu cuma beberapa minggu lagi dari hari ini, Kenneth!"

"Kita cuma perlu fitting doang, Ann. Konsep pernikahan udah jadi tanggungjawab WO dan undangan udah siap sebar. Aku yang pilih desain undangannya, by the way."

"Maksud ini semua tuh apa, sih?" tanyaku frustasi. Sebelah tanganku mengurut pelipisku yang tiba-tiba saja berdenyut.

Kenneth mencoba menggenggam sebelah tanganku yang berada di atas meja. "Maafin aku. Tapi Laura cuma ngasih aku tenggat waktu sampai akhir bulan ini dan aku juga gak mau rencana pernikahan yang udah kita persiapin dari awal berakhir dengan sia-sia. Tadinya, gak akan secepat ini. Tapi pekerjaan yang mengikat aku di Filipina buat semua ini terkesan terburu-buru."

Aku terdiam, sibuk mencerna semua ucapannya. Tak lama, pramusaji datang. Kenneth melepaskan genggaman tangannya padaku, takut menghalangi pramusaji itu bekerja. Aku menatap makanan yang tertata di atas meja tanpa minat. Rasanya aku sudah tak berselera untuk makan lagi.

Saat pramusaji itu pergi, aku kembali mengeluarkan suara. "Jelasin, jelasin semuanya ke aku. Aku ... masih gak paham."

Kenneth melembutkan tatapannya. "Bagian mana yang gak kamu paham?"

Sebenarnya, tidak ada. Aku tahu maksudnya, garis besar perkataannya.

Ini semua karena Laura yang ternyata tidak mengikuti permintaanku untuk membatalkan pernikahan ini, tapi kenapa?

"Gimana bisa Laura tau kalau gosip yang beredar itu gak bener?"

"Untuk itu, aku juga gak tau. Tapi bukannya Laura itu tipe orang yang tau segalanya? Kamu harus tanyain dia sendiri untuk tau jawabannya."

Scandal |  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang