"Tapi takutnya dia ketularan sinetron yang suka ibu tonton tu. Dia belum cukup umur nonton begituan," ucap Any.
Rita berdecak " Jangan terlalu membatasi anak kamu An. Selama tontonannya pantas, biarkan saja. Nanti Joana sendiri yang tentukan mana yang dia suka dan tidak suka. Sekali-kali biarkan dia putuskan sendiri apa yang dia mau. Biarkan rasa ingin tahunya membawanya, jangan kamu larang-larang. Toh kalau dia enggak suka, dia akan berhenti sendiri." jelas Rita.
Any mengehela napas pelan.
"Masalahnya sinetron jaman sekarang enggak ada yang mendidik, isinya kacau balau." balas Any ketus.
"Loh sinetron kan buat hiburan, bukan untuk mendidik. Kalau mau nonton hal-hal yang mendidik, itu ada acaranya sendiri. Kalau sinetron yah dibuat untuk menghibur, mana peduli penulisnya isinya mendidik apa enggak." ucap Rita tak kalah ketus.
Any memutar matanya kesal, ibunya termasuk orang yang sulit saat diajak berdebat, selalu pandai menyerang. Kadang Any yang harus mengalah agar tak memperpanjang masalah.
"Terserah. Tapi aku enggak mau Joana nonton sinetron atau apapun itu. Kasih dia main lego atau suruh dia gambar saat ibu lagi nonton, biar dia enggak ikutan kayak ibu."
"Kamu ini kaku banget sama anak sendiri." ucap Rita.
Any hanya mengangkat bahu tak peduli.
"Bundaa!" suara teriakan Joana terdengar mendekat, sosok kecil itu tiba-tiba muncul dengan wajah antusias.
"Kue! Kue Joana mana Bunda?" gadis itu berlari mendekati bundanya dengan semangat.
"Jangan lari-lari sayang. Nanti jatuh," ucap Any.
"Kuenya di sini. Tante Devi kasih gratis sebagai hadiah buat kamu. Nanti telpon tante Devi dan ucapkan terimakasih yah?" lanjut Any sembari mengangkat Joana untuk duduk di kursi agar lebih dekat dengan kue ulang tahunnya.
Joana tak langsung menjawab, ia menatap takjub pada kue ulang tahunnya yang dihias cantik dengan krim coklat serta motif-motif berbentuk bunga cantik yang digambar di atas kuenya, ukurannya yang besar jelas membuat gadis itu semakin takjub.
"Uuaa! Kue Joana cantik! Joana suka Bunda. Nanti kuenya jangan dipotong ya bunda, sayang." ujar gadis itu sembari menatap memelas pada bundanya.
Perkataannya sontak membuat mereka yang berada di ruangan itu kerkekeh geli.
"Loh kok enggak dipotong? Kan kuenya buat dimakan sayang." ucap Alona sembari mendekati gadis kecil itu.
"Kasian tante Devinya, udah susah-susah buatnya malah enggak dimakan." lanjut Lia.
"Tapi kuenya cantik, kalau dipotong nanti rusak. Joana kasian sama tante Devi. Tante Devi udah buat susah-susah bunda, kasihan kalau kita rusak kuenya." Joana berkata lesu.
"Enggak kok, kan kuenya buat dimakan, kalau enggak dimakan nanti malah kebuang percuma." jelas Any, namun Joana masih menggeleng dengan ekspresi sendu.
"Ya sudah kalau gitu. Gimana kalau kita telpon tante Devi dan Joana tanya sendiri kuenya boleh dimakan atau enggak?" bujuk Any yang dibalas anggukkan semangat dari Joana.
Any lantas mengambil ponselnya dan menghubungi Devi, saat akhirnya wanita itu mengangkat panggilannya, Any langsung memberikan ponselnya pada Joana.
"Halo tante Devi. Selamat sore, ini dengan Joana tante." sapa Joana dengan formal yang justru mengundang tawa geli orang-orang di sekitarnya.
Mereka saling berpandangan heran mendengar cara gadis itu berbicara di telepon. Siapa lagi yang dia tiru kini.
"Tante. Joana mau bilang makasih untuk kuenya. Joana suka, kuenya cantik, makasih banyak ya tante." lanjut gadis itu lagi.
Any menatap bangga pada putri kecilnya itu, Joana seperti tahu apa yang harus dikatakan tanpa diberitahu secara kusus olehnya. Any sering merasa heran dengan perkembangan gadis kecilnya itu.
"Eum.. Tante, Joana boleh tanya?" gadis itu terdiam beberapa saat, menunggu jawaban dari lawan bicaranya.
"Joana boleh enggak potong kuenya? Kuenya cantik, Joana takut ngerusak kuenya, kasihan tante Devi sudah buat susah-susah untuk Joana. Kalau dipotong nanti kuenya enggak cantik lagi." jelas gadis itu dengan sendu, seolah lawan bicaranya bisa melihat ekspresinya.
Gadis itu terdiam beberapa saat dengan ekspresi yang sama sampai jawaban di seberangnya mengembalikan senyum gembiranya.
"Benaran tante? Makasih banyak ya tante. Tante Davi baik, Joana suka." ucap gadis itu lantang juga bersemangat.
Sekali lagi semua orang dalam ruangan itu tersenyum geli menatap gadis itu dan kata-kata ajaib yang keluar dari bibirnya.
"Bye tante Dev." gadis itu lantas mematikan sambungan telponnya lalu tersenyum pada Any.
"Boleh Bunda, Joana boleh potong kuenya." ucapnya penuh semangat.
Any tersenyum sebelum mengacak-ngacak pelan rambut gsdis itu.
"Memang boleh sayang. Enggak akan ada yang ngelarang, karena ini kue milik kamu," ucap Any.
Joana tersenyum sembari mengangguk.
"Eh.. Tapi Bunda. Jangan lupa simpan buat opa sama om Ben ya. Harus disimpan buat mereka juga kuenya. Mereka harus makan juga kue ulang tahun Joana." wajah gadis itu berubah serius, ia menatap bergantian antara kue dan bundanya.
Any meringis. Tentu saja putrinya tak akan melupakan dua orang pria panting yang paling disayangi putrinya, untuk hal ini jelas tak bisa diganggu gugat. Any terpaksa mengangguk setuju. Untuk ayahnya jelas kuenya akan dimakan nanti malam saat ayahnya tiba, tapi Ben? Tidak mungkin kue ini menunggu sampai dua bulan kan?
Sunggu, putrinya dan kebaikan hatinya memang sedikit merepotkan.
***
Any mantap dua garis merah yang terlihat jelas dari benda mungil itu, wajahnya memucat. Ia mematung di tempatnya, sebelum tubuh gemetarnya luruh begitu saja di balik pintu kamar mandinya.
Dia positif hamil.
Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Rasa takut mulai merasukinya.
Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan.
Ia hamil, dan pria yang telah menghamilinya sudah tak ingin bertemu dengannya. Pria itu bahkan menghilang dan tak tahu dimana keberadaanya, kalaupun mereka bertemu kembali, akankah pria itu bertanggungjawab? Any tak yakin, ia masih mengingat tatapan kebencian Tama padanya di saat terakhir kali mereka bertatap muka.
Lalu bagimana dia akan menghadapi semua hal ini?
Dengan tangan gemetar dia kembali meneliti dua garis merah itu, hingga berjam-jam lamanya dua garis merah itu tak berubah sama sekali. Gadis itu tetap hamil, dan ia sendirian.
Cutttttt...
Halohaaaaaa.. Jangan lupa vote dan komen kalian yaaa!!
Part selanjutnya akan segera menyusul secepat mungkin 😉😘🤓
MissOne
🤓🤓
Vote vote voteee..
Komen komen komen..
ESTÁS LEYENDO
Replace
RomanceBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
Part 3
Comenzar desde el principio
