Dan di sinilah dia, hidup di rumah sederhana bersama putrinya, menjadi guru honor di sekolah swasta serta menjalankan beberapa bisnis kecil secara online. Orang tuanya hampir setiap minggu datang berkunjung bahkan ibunya hampir setiap tiga hari sekali datang mengunjungi mereka,  sementara dirinya sama sekali tak pernah kembali ke Jakarta semenjak kepindahannya.

Sengaja ia lakukan, karena ia tak ingin bertemu kembali dengan Tama dan membuka luka lama.

"Gue lagi di Bali An sampai dua bulan ke depan. Gue udah janji bawain Joana hadiah, untungnya ada nyokap lo yang bantu bujuk Joana, kalau enggak mungkin gue bakal dimusuhin seumur hidup," keluh Ben dengan nada lesuh.

Any tertawa geli mendengar keluh kesah pria itu.

Entah bagaimana Ben seperti menjadi budak cinta dari putrinya, pria itu sangat menyayangi Joana seperti anaknya sendiri, sebenarnya bukan hanya Ben yang seperti itu. Hampir semua orang yang mengenal gadis itu akan jatuh cinta setengah mati padanya. Termasuk Alona dan Lia. Bicara soal dua gadis itu, sejak tengah malam mereka telah membanjirinya dengan pesan watsapp, mengucapkan selamat ulang tahun untuk Joana.

Sepertinya kedua sahabatnya itu sudah tiba di rumahnya sejak siang tadi. Mereka mengatakan akan datang hari ini untuk merayakan ulang tahun Joana bersama.

Setiap tahun ke dua gadis itu bersama dengan Ben tak pernah absen datang hanya untuk merayakan ulang tahun putri kecilnya, dan Any bersyukur untuk itu, dulu mereka pernah berjanji akan menjaga Joana bersama dan ternyata mereka tak berbohong. Mereka menepatinya.

"Ya udah, selama lo tepati janji untuk bawain Joana hadiah, enggak akan ada masalah. Jangan buat dia kecewa Ben. Joana susah bujuknya kalau lagi ngambek, jangan cuman janji doang," ucap Any sembari tersenyum pada Devi yang telah kembali bersama dengan kue ulang tahun Joana yang sudah dibungkusnya rapih.

"Enggak akan. Ya udah ya, istirahat gue udah selsai. Nanti malam gue telpon lagi. Bye An,"

"Bye." Any mematikan sambungan telpon dan memasukan ponselnya ke dalam tas.

Ia kemudian mengambil dompetnya guna membayar pesanannya.

"Sudah dibungkus rapi ya mbak. Sampaikan ucapan selamat ulang tahun saya untuk Joana," ucap Devi sembari menyodorkan kue ulang tahun yang sudah terbungkus dengan cantik.

"Makasih mbak, nanti akan saya sampaikan." Any menyodorkan lembaran uang guna membayar kuenya namun Devi lebih dulu menggeleng.

"Enggak usah mbak An, anggap saja hadiah dari saya. Dari ulang tahun Joana yang pertama sampai sekarang usianya lima tahun saya enggak pernah kasih hadiah. Jadi anggap saja ini hadiah saya untuk Joana ya mbak, mohon diterima," ucap Devi sembari tersenyum.

"Aduh mbak enggak usah, Joana udah cukup senang dapat ucapan. Enggak usah kasih hadiah," tolak Any.

"Enggak apa-apa mbak. Saya suka banget sama Joana, setiap ulang tahun selalu telat tahunya jadi enggak pernah saya kasih hadiah. Terima ya mbak, please." Devi tetap kekeh, ia mendorong kue itu agar lebih dekat dengan Any.

Dan pada akhirnya Any mengalah, sembari tersenyum ia mengambil kuenya dan menyimpan kembali lembaran uang tadi.

"Makasih banget loh mbak Dev. Joana pasti senang banget ini dapat hadiah dari mbak. Akan saya sampaikan ini hadiah istimewa dari mbak ya," ucap Any sembari terkekeh.

Devi mengangguk "Iya mbak, titip salam buat Joana, sekali lagi selamat ulang tahun untuk Joana."

"Sipp mbak akan saya sampaikan, makasih banyak ya. Saya pamit." Any lantas berbalik dan melangkah keluar dari tokoh kue itu dengan rasa syukur.

ReplaceWhere stories live. Discover now