Ungkapan(2)

32 6 1
                                    

Jika benar ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk ku, maka apa yang akan ku lakukan?
-Kimberlyn Agressa-
.
.
.


"Gue suka lo."

Deg!

"Lo tidak akan menolak untuk jadi pacar gue, kan?"

Terdiam, mendengar ucapan Arga membuat Kim tertegun. Jantung nya berdegup dengan sangat cepat. Wajah Kim juga terlihat memerah karena malu. Jika kalian berada di posisi Kim, apa yang akan kalian lakukan? Apa yang akan kalian rasakan?

Bingung? Tentu saja ia bingung. Kim sangat terkejut hingga tidak tahu harus mengatakan apa. Lidah nya seakan kelu, ia bungkam tak bisa berkata-kata. Satu persatu pertanyaan aneh mulai memenuhi pikiran nya. Kenapa Arga tiba-tiba mengatakan hal itu? Apa yang terjadi padanya? Apa dia bercanda? Apa ini semua adalah... Nyata?

Senang? Ayolah, jauh didalam lubuk hatinya, Kim merasa sangat bahagia. Kenapa? Apa karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan? Apa karena akhirnya Arga membalas perasaannya?

Namun dibalik rasa bahagia nya, Kim juga takut. Apa ini semua tidak terlalu tiba-tiba? Padahal beberapa waktu yang lalu ada seorang perempuan yang mengatakan bahwa ia adalah tunangan dari Arga, kan? Dan sekarang Arga justru mengatakan bahwa ia menyukai Kim.

Kim tampak menatap Arga, entah kenapa ia merasa ragu. Kenapa dia tidak yakin?

"Ha-haha! Kamu bercanda, kan? Kamu tidak mungkin--"

"Gue serius!"

Deg!

"Ta-tapi kamu kan--"

"Sudah gue bilang dia bukan tunangan gue. Lo lihat, apa gue ada menggunakan cincin di jari gue? Tidak kan?"

Lagi-lagi Kim terdiam, memang benar Arga sama sekali tidak menggunakan cincin yang membuktikan bahwa ia sudah bertunangan. Jadi sekarang apa yang harus Kim lakukan?

"Tapi Arga... Aku--"

"Lo masih tidak percaya?"

"Eh?"

"Apa gue belum bisa menyakinkan lo?"

Deg!

"Bukan... Bukan begitu. Hanya saja aku--"

"Kalau begitu apa jawaban lo?"

Kim tampak mengepal kedua tangannya. Bukankah ini yang ia inginkan? Sekarang cinta nya sudah terbalas, kan? Tidak ada lagi yang bisa di ragukan. Ia menatap wajah Arga. Kim dapat melihat wajah seorang anak laki-laki yang kini berdiri dihadapan nya ini. Entah kenapa semua terasa mimpi baginya, tapi ini nyata kan?

Apa akan baik-baik saja... Jika dia merasa bahagia untuk saat ini?

Aku senang...

"Aku..."

Bukankah ini kesempatan yang diberikan Tuhan padaku?

"Aku juga..."

Jika benar begitu... Maka aku tidak akan menyia-nyiakan nya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Arga."

Karena Tuhan telah memberiku kesempatan untuk mencintai mu.

.
.
.

Selama di perjalanan pulang, Kim dan Arga hanya diam saja karena canggung. Tidak ada satupun diantara mereka yang berani membuka topik pembicaraan. Kim tampak menggenggam kedua tangannya untuk menenangkan diri. Jantung nya masih kejar-kejaran. Jika begini terus, bisa-bisa Arga mendengar nya kan? Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Kim.

Spring FlowersWhere stories live. Discover now