Rahasia?

29 7 1
                                    

Apa ada hal yang tidak harus ku ketahui? Kenapa harus dirahasiakan?
-Kimberlyn Agressa-
.
.
.

Waktu terus berlalu tanpa disadari, pagi ini matahari masih tampak menyinari bumi. Banyak orang yang berlalu-lalang melakukan aktivitas mereka masing-masing.

(Kediaman keluarga Agressa)
-kamar Kim-

Kim tampak duduk di sebuah kursi dekat jendela. Matanya sangat sayu, wajahnya juga terlihat pucat. Ia terlihat sedang menatap langit biru yang sangat indah. Awan putih bergerombol, serta matahari yang bersinar terang.

Tok! Tok! Tok!

"Kim? Mau sampai kapan kamu di dalam terus?" Ucap Gita dari luar kamar Kim. Gita terlihat berdiri didepan pintu kamar Kim dengan wajah yang khawatir.

Tentu saja ia sangat khawatir, sudah sekitar 4 hari sejak ia pulang dari rumah sakit Kim hanya mengurung diri di kamar. Kim sama sekali tidak menyentuh makanan yang telah dibuatkan oleh bi Minah, maupun makanan kesukaan yang dibeli oleh papanya.

Mereka bingung, kenapa Kim tiba-tiba mengurung diri seperti ini? Biasanya ia sangat tidak betah jika harus berada didalam kamar terus-menerus karena baginya itu sangat membosankan. Lalu kenapa tiba-tiba seperti ini?

"Kim? Ayolah... Kamu bahkan belum ada makan dari kemarin. Kenapa kamu seperti ini? Apa ada masalah? Katakan saja pada kakak." Ucap Gita sambil mengetuk pintu kamar adiknya.

Didalam kamar, Kim tampak menoleh kearah pintu. Matanya terasa sangat panas dan terlihat berkaca-kaca. Tubuhnya gemetar karena menahan tangis.

Merasa tidak ada jawaban dari adiknya, Gita menghela napas panjang.

"Kim belum keluar juga?" Tanya Bram.

"Belum, pa... Sekarang Gita harus bagaimana? Sudah 4 hari Kim di dalam terus." Ujar Gita lirih.

Bram tampak sedih mendengar pernyataan anaknya. Ia tampak berjalan mendekati pintu kamar Kim, dan mengetuknya pelan.

"Nak? Kamu dengar papa, kan? Keluar lah, kenapa kamu mengurung diri seperti ini? Apa kamu marah pada papa? Katakan, nak..."

Deg!

Kim terdiam ketika mendengar suara papanya yang sangat lirih. Hatinya seakan teriris, bahkan setitik demi setitik air mata keluar membasahi pipi.

Tubuhnya gemetar, Kim mencoba bangkit dari tempat duduknya. Ia ingin memeluk ayah dan juga kakaknya. Tapi tubuhnya seakan menolak semua itu, bahkan untuk menggerakkan kakinya terasa sangat sulit. Tangan nya juga terasa sangat kaku. Kim menangis.

"Papa.... Papa tidak salah... Hiks! Kim tidak mau kalian melihat keadaan Kim yang seperti ini... Hiks! Maafkan Kim, pa... Maaf kan Kim kak..." Bathin Kim.

Didepan kamar Kim, Bram masih mencoba untuk memanggil anaknya agar segera membukakan pintu. Namun tetap saja tidak ada jawaban.

"Apa mungkin Kim masih tidur, pa? Dia tidak menjawab apapun.." Ucap Gita.

"... Seperti nya begitu..." Balas Bram lirih.

"Tuan? Non Gita?" Panggil Bi Minah yang segera datang menghampiri Gita dan Bram.

"Ada apa, bi?" Tanya Bram.

"Non Kim biar saya yang pujuk, tuan. Saya juga ingin mengantar sarapan kesukaan nya..." Ucap bi Minah sambil membawa sarapan kesukaan Kim.

Bram tampak diam sejenak, kemudian ia kembali menatap pintu kamar putrinya dan menghela napas.

"Baiklah, hari ini saya akan pulang secepatnya." Ucap Bram.

Spring FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang