Terselesaikan

34 9 1
                                    

Hidup itu penuh dengan lika-liku. Drama kehidupan yang penuh dengan misteri,
.
.
.

Seketika sorot pandang siswa dan siswi tertuju kearah Kim. Kim sontak terkejut. Kenapa mereka menatap Kim seolah-olah dialah penyebab bekas darah itu ada di lantai koridor. Kenapa mereka menatap Kim seakan-akan dialah yang membuat masalah.

"Jadi dia anak yang bernama Kim?"

"Sepertinya begitu. Apa dia biang masalah ini?"

"Apa mungkin? Lihat, ada bekas luka di kepalanya. Mungkin saja dia korban, kan?"

"Tapi bukan kah dia itu memang selalu membuat masalah? Mungkin saja luka itu hanya pengecoh saja!"

"Benar juga."

"Namanya tadi siapa? Agressa?"

"Iya! Apa dia salah satu keluarga Agressa's grup?"

"Apa mungkin? Anak pembawa masalah gitu?"

"Haha! Yang benar saja?!"

"Orang kaya mah bebas!"

"Haha!"

"Gue juga liat ada wali murid yang datang kesini!"

"Benarkah? Wah! Sepertinya benar-benar masalah besar!"

Deg!!!

Suara bisik-bisik dari siswa dan siswi jelas terdengar membuat telinga Kim menjadi panas. Ingin rasanya Kim membantah dan membalas semua perkataan mereka, tapi tubuhnya saat ini masih sangat lemah bahkan untuk berteriak apalagi marah-marah.

"Hey?" Ucap Arga menatap Kim yang sedari tadi diam.

"... Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir." Balas Kim tersenyum.

Deg!!!

Kim tersenyum ke arah siswa-siswi yang membicarakan hal buruk tentang nya dan berlalu pergi. Kim tidak ingin lagi menghabiskan tenaga hanya untuk meladeni orang yang menilai dirinya dari apa yang di dengar dan dilihat saja.

"Lihat?! Dia tersenyum!"

"Seperti nya benar dia biang dari masalah ini!"

"Kok bisa anak seperti dia sekolah di sini, sih?!"

Arga yang mendengar bisik-bisik siswa-siswi pun menjadi geram dan kesal.

"Ck! Kalian bicara seolah-olah tau segalanya ya?"

"Eh?"

"Jangan menyimpulkan sesuatu sebelum tau fakta yang sebenarnya."

"A-Arga?"

"Sepertinya kalian harus bertanya pada diri sendiri. Apa kalian pantas bersekolah di sini?"

Deg!!!

"Setidaknya dia lebih baik daripada kalian yang hanya tau cara untuk merendahkan orang lain." Ujar Arga ketus dan berlalu pergi.

Seketika siswa dan siswi yang berada di koridor terdiam mendengar ucapan Arga yang seakan menggema di telinga mereka.

.
.
.

(Ruang kepala sekolah)

Suasana di ruang Kepala sekolah sangat lah mencekam. Di sana, tampaklah tiga orang wali murid yang duduk di hadapan kepala sekolah dengan wajah yang tidak menyenangkan.

Spring FlowersWhere stories live. Discover now