Hati

31 6 1
                                    

Jika memang dia bukan takdir mu, maka ada begitu banyak cara Tuhan untuk memisahkan.
.
.
.

Matahari bersinar dengan sangat terang, cahayanya yang menyilaukan mata. Angin berhembus lembut menyentuh kulit. Langit biru yang memanjakan mata, ditemani oleh awan bergerombol bewarna putih. Jika menatap langit, bisa dilihat burung-burung yang beterbangan dengan girang nya.

Di hari yang cerah itu bertepatan dengan akhir minggu. Di sebuah cafe, tampak seorang anak perempuan yang sedang melukis dengan wajah yang tersenyum di kedua sudut bibir nya. Kalian bisa menebak siapa dia, kan? Seorang gadis yang terkenal ceria, siapa lagi kalau bukan Kim?

Tapi di sana dia tidak sendiri, Kim pergi bersama dengan kakak dan juga teman masa kecilnya, Erick.

"Wah, kalian datang?" Sapa Fara, salah satu pegawai cafe green.

"Haha, iya nih. Tiba-tiba Kim pengen melukis di sini. Lagi pula dia sudah lama gak kesini, kan?" Balas Gita sambil tertawa.

"Iya, ya? Kalau diingat-ingat terakhir kali dia kesini bersama dengan seorang anak laki-laki," ucap Fara tersenyum.

"Ehh? Laki-laki? Siapa??" Tanya Erick kaget.

"Oh? Kim tidak ada cerita?"

Gita dan Erick serempak menggelengkan kepala mereka.

"Ha-haha! Sepertinya saya keceplosan.." Ucap Fara panik.

"Hem... Apa mungkin anak laki-laki itu Arga, ya?" Balas Gita tiba-tiba.

Erick tampak terkejut mendengar ucapan Gita. Dia tidak menyangka kak Gita juga mengenal Arga.

"Kak Gita kenal dia?" Tanya Erick kembali memastikan.

"Hem? Tentu saja. Kakak jumpa Arga saat dia membawa Kim ke rumah sakit."

"Oh, begitu..."

Erick mengangguk mengerti. Ia kembali melirik ke arah Kim yang melukis dengan wajah bahagia, kemudian ia tersenyum.

"Kira-kira dia bakal melukis apa, ya?" Gumam Erick tersenyum.

.
.
.

(Kediaman keluarga Vincent)

Arga tampak duduk di balkon kamar sambil membaca novel kesukaannya. Hingga konsentrasi nya buyar setelah mendengar suara dering ponsel yang begitu nyaring. Arga segera mengambil ponsel yang ia letakkan di meja kamarnya.

"... Roy? Kenapa dia menelpon?" Gumam Arga dan menerima telepon dari Roy.

"Halo, Arga? Lo dimana sekarang?"

"Di rumah. Kenapa?"

"Gak bosan apa di rumah terus kerja lo? Ikut gue kuy, cari angin."

"... Sekarang?"

"Tahun depan!"

"Oke."

"Woi! Enak aja lo bilang oke! Ya sekarang lah! Cepat siap-siap sono! Gue tunggu di ditempat biasa!"

"Iya iya!"

Tut---

Telpon terputus, Arga tampak menghela napas yang panjang. Setidaknya, untuk kali ini dia bisa menjalani hari nya dengan tenang tanpa beban pikiran.

Setelah bersiap-siap, Arga segera beranjak dari kamar. Saat ia berada diruang tamu, tiba-tiba...

"Mau kemana?" Tanya Zain yang berada di ruang tamu dan melihat Arga pergi dengan terburu-buru.

Spring FlowersWhere stories live. Discover now