Awal yang buruk

230 15 0
                                    

Terkadang Tuhan memiliki cara yang unik untuk mempertemukan kita dengan seseorang yang berharga bagi kita...
.
.
.

Cuek atau perhatian?

Cool atau humoris?

Yah, semua orang pasti memiliki tipe yang diinginkan dan sesuai dengan karakter nya. Tapi kebanyakan orang akan menyukai cowok yang bersikap cool dan misterius, kan? Dan dia memenuhi kriteria tersebut. Bertubuh tinggi, ketua club basket, aktif dalam berbagai kegiatan, dan pastinya dia pintar. Banyak sekali anak-anak disekolah yang mengagumi nya dan ia selalu dikelilingi oleh para siswi yang terus mengejar-ngejar nya. Namun meskipun begitu tidak ada satu orang pun yang berhasil menghancurkan dinding pertahanannya yang sangat tinggi dan kokoh. Bahkan di coba dengan cara apapun, tetap tidak akan berhasil. Ia seakan membentengi diri dengan dinding kokoh yang sangat sulit untuk dihancurkan. Dia adalah...

"Arga?!!"

Dengan wajah datar ia mengacuhkan seseorang yang memanggil namanya. Ia terus berjalan di koridor tanpa menoleh sedikit pun.

"Ugh! Dasar! Cuek banget sih!!"

Aneh nya, meski di acuhkan dan tidak diperhatikan sedikit pun mereka justru makin menyukai sikap Arga yang terkenal 'dingin' itu. Bahkan mereka menjuluki Arga dengan sebutan "Pangeran Es". Tentu saja julukan ini sama sekali tidak mengusik Arga sama sekali karena itu benar adanya.

"Woi? Arga?!"

Seseorang memanggil Arga dari kejauhan, mendengar suara yang tidak asing Arga segera menoleh ke belakang.

"Roy?" Gumam Arga.

"Widih widih! Pagi-pagi lo udah buat keributan aja, nih!" Ledek Roy sambil menepuk bahu Arga.

"Apaan? Bukan gue yang buat keributan. Mereka saja yang heboh! Bikin sakit kepala!"

"Santuy, Ga! Haha! Paling mereka kangen nggak ketemu lo sejak libur akhir semester! Haha!"

"Terserah lo!" Balas Arga singkat.

"Dasar! Padahal lo sekarang udah di semester akhir! Bikin kenangan dikit, kek!"

"... Bikin saja sendiri, jangan ajak orang."

"Wow... Sifat lo nggak berubah, ya? Haha!"

Arga hanya menghela napas jika harus bicara dengan Roy yang cerewet dan tidak pernah diam. Dia adalah teman Arga sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Dari sekian banyak orang yang mengelilingi Arga, hanya Roy saja yang tetap bertahan dengan sikap Arga yang dingin seperti es di Kutub. Mungkin karena hal ini Arga sudah menganggap bahwa Roy adalah teman dekat nya.

Pada saat mereka tengah santai berjalan di koridor, tiba-tiba...

"Em... Permisi, kak?!"

"Eh??" Ucap Roy terkejut. Langkah Arga dan Roy menjadi terhenti karena ada seorang siswi dari kelas 11 dengan penuh kepercayaan diri datang dan menghampiri mereka. Arga hanya fokus pada ponsel pintar dan headphone yang di pasang di kedua telinga nya.

"I-itu... A-ada yang ingin saya katakan!" Ucap siswi tersebut dengan suara gemetar karena gugup.

"Ya? Ada apa? Ada yang ingin kamu katakan?" Balas Roy dengan gaya bicara yang sok akrab.

Spring FlowersWhere stories live. Discover now