Epilog

488 16 7
                                    

Sampai pada titik ini saya baru paham jika kebahagiaan diciptakan oleh diri sendiri.
Terlalu banyak orang egois diluaran sana yang memanfaat segala hal untuk bahagia.
Jika dengan menyakiti orang lain adalah sebuah kebahagiaan untuk saya, maka saya akan lakukan itu.
Orang lain menciptakan kebahagiaannya dengan keegoisan, maka saya juga.

Kita harus seimbang dalam hal ini. Anda pergi, maka saya juga pergi. Tak mungkin saya menetap lalu mengejar sesuatu yang sudak tak ingin lagi singgah.

•1 Hati 2 Raga•

****
Setelah semua keputusan sudah dipastikan, Vina pergi ke toko bunga dan membeli beberapa buket bunga untuk ia bawa pada satu tempat.

Ia tak pergi dengan Gibran ataupun Iren. Ia ingin sendirian dalam kedamaian penuh kebahagiaan.

Satu hari menuju hari pernikahannya dengan Gibran, ia sudah mempersiapkan dirinya matang-matang dan mengambil keputusan dengan bijak tentang kehidupannya.

Pilihannya untuk bahagia adalah Leon, tapi kebahagiaan putrinya adalah Gibran. Itulah tanda tanya besar baginya saat ini.

Vina pergi tanpa memberitahu siapapun. Iren juga pergi membawa putrinya pergi ke rumah Gibran untuk tinggal di sana, karena Reza lebih tahu apapun jika putrinya kenapa-napa.

****
Vina berjalan di sebuah permakaman umum dengan satu tangan penuh membawa bunga. Sepertinya Vina akan mengunjungi makam ayahnya. Rasa rindu sosok superhero selalu melandanya. Tak ada sosok pendengar yang lebih baik dari ayahnya, sebelum ia menemukan keluarga Gibran.

Vina berjongkok dengan senyum palsunya. Kebahagiaan tergambar jelas diluar, tetapi kesedihan tampak begitu jelas pula pada sorot matanya.

Ia mengusap nisan sang ayah dan meletakkan bunga diatas makamnya.

"Assalamualaikum, Ayah. Vina janji akan datang kalo Vina merasa sendiri. Saat ini Vina ngerasain hal itu lagi. Berkali-kali Vina bertanya tentang hal baik mana yang harus Vina pilih?" ceritanya.

"Ayah, hati ini tidak pernah salah saat menentukan pilihan, tapi hati juga terkadang menunjukan jalan kebodohan karena otak yang selalu menunjukan jalan keegoisan."

"Ayah, hati senantiasa menerima luka, tapi otak selalu mendapatkan kebahagiaan walau dengan cara menyakiti orang lain."

"Setiap anak perempuan menginginkan pasangan seperti ayahnya atau bahkan lebih baik dari sosok ayahnya. Aku gak tau yang sekarang sama aku itu orang baik, atau ada yang jauh lebih baik dari dia."

"Andai Ayah juga melihat semuanya, aku pasti diberi saran atas kejadian ini, tapi sayangnya Ayang cuma disa denger."

"Vina cuma mau cerita itu. Vina mau pulang dan lanjutkan kisah ini sampai selesai. Ayah doain Vina agar dapat titik terang dari semuga kejadian ini."

"Vina pamit, Ayah. Assalamualaikum."

****
Vina sampai di rumah dan tak melihat siapapun, mungkin Iren masih di rumah Gibran dan belum pulang.

Vina melihat sesuatu yang aneh diatas laci yang ternyata itu adalah tes kehamilan.

"Tes siapa ini? Dua garis biru artinya hamil. Setau gue tes pack gue udah dibuang, terus ini punya siapa?" tanya Vina menatap tes itu.

Tiba-tiba tangan seseorang merampas tes pada tangan Vina, dan membuat Vina sedikit terkejut. "Mama," lirihnya.

"Kamu ini cari apa, Vina?" tanya Iren.

"Itu punya siapa, Ma?" tanya Vina menunjuk pada alat tes yang ada pada tangan Iren.

"Bukan urusan kamu!" tolak Iren.

"Punya Vina udah dibuang, Ma. Bentuknya juga gak kayak gitu. Apa itu punya, Mama?" tanya Vina penasaran.

Iren terdiam. Mungkin ini saatnya untuk memberitahu Vina akan hal yang mungkin akan menyakitinya.

"Ma, jawab Vina. Semalam Mama bilang udah ikhlasin aku buat nikah sama Bang Leon, kenapa ada tes itu, Ma?!" bentak Vina.

"Iya, Mama emang sedang hamil anak Leon!" jawab Iren berteriak.

"Apa, Ma?" tanya Vina.

"Aku udah bilang ke Bang Leon untuk ketemu di KUA hari ini dan nikah disana. Kenapa Mama gak bilang dari awal kalo Mama hamil?" tanya Vina.

"Leon gak mau sama Mama. Dia tolak Mama dan anak kita. Mama pikir Mama bisa jalanin ini semua sendiri, itu sebabnya Mama ikhlas kamu sama dia," terangnya.

"Tapi Mama gak bisa egois kayak gini? Pokoknya kita harus ke KUA sekarang!" pinta Vina.

"Mau apa? Mama gak ngizinin kamu nikah sama Leon karena sekarang kamu tau rahasia Mama," tolaknya.

"Mama ikut aja!" seru Vina menarik Iren.

****
Vina sudah sampai di depan KUA, disana Leon sudah menunggu kedatangannya. Akan tetapi raut wajah Vina yang berubah menjadi marah memancing rasa penasaran Leon.

"Kenapa ini?" tanya Leon.

"Kenapa kamu nolak Mama sama adik aku?" tanya Vina.

"Kamu kasih tau kehamilan kamu ke Vina agar pernikahan ini gagal?" tanya Leon.

"Bang? Apa masih kurang dengan menghancurkan masa depan aku, terus sekarang kamu mau menelantarkan Mama?" tanya Vina.

"Pada saat itu Mama kamu datang ke aku memberitahu kehamilannya. Aku memang menolak Mama kamu, tapi dia juga yang bilang bisa sendiri," jawab Leon.

"Vina gak mau tahu. Sekarang kita ada di KUA, Mama sama Bang Leon harus bersama lagi demi anak kalian. Vina udah ambil keputusan buat menikah dengan Gibran dan Vinabaru sadar kalo Vina gak bisa hidup tanpa Gibran," ujarnya.

"Ini gak mungkin. Pasti Mama kamu yang sengaja gagalin pernikahan kita, Vin. Aku gak bisa menjalani hidup dengan orang egois seperti dia!" tolak Leon pada Iren.

"Aku emang sengaja simpan tes itu sembarangan agar Vina tau dan gagalin pernikahan ini. Aku masih cinta sama kamu, dan gak akan pernah rela siapapun mengambil apa yang seharusnya jadi hak aku," jelas Iren.

"Kamu dengar sendiri, Vin. Dia cuma jebak kita!" bela Leon.

"Apapun alasannya jawaban dari segalanya itu adalah Gibran. Aku gak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya. Tolong ikhlasin aku buat bahagia!" pinta Vina.

"Kalo itu mau kamu. Aku terima dengan berat hati," ucap Leon menarik Iren ke dalam KUA untuk menyelesaikan apa yang dipinta oleh Vina.

Leon terpaksa kembali hidup dengan Iren karena ia adalah ayah dari anak yang dikandung oleh Iren. Sebagaimana mestinya ia harus bertanggung jawab.

Kini, keikhlasan antara melepas dan menerima. Leon belajar mengikhlaskan Vina yang mengambil keputusan untuk hidup bersama dengan pilihannya.

Terkadang perlu waktu yang lama untuk menyadari bahwa kita benar-benar membutuhkan sosoknya dan dialah yang selama ini kita cari tanpa disadari.

****

Terimakasih banyak udah mau baca.

Tinggalkan Komentar kalian!

Loveyou🌹❤

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Où les histoires vivent. Découvrez maintenant