3•| Ibu Peri

822 44 6
                                    

Haloo temen-temen!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haloo temen-temen!

Apa kabar?

Maaf ganggu dengan kata REVISI. Tapi, aku janji akan buat cerita ini lebih bagus dan alurnya akan sedikit berbeda.

Sebelumnya. Aku minta maaf udah buat bingung antara 1 Hati 2 Raga sama 1 Hati 2 Raga 2. Aku lagi proses REVISI dan ini buat aku bingung banget temen-temen.

Buat kalian jangan sedih. Aku akan lebih memprioritaskan kalian lagi. Kemarin-kemarin aku lagi ada sedikit masalah. Jadi mohon di maklum ya.

Terimakasih❤

****

-

Semuanya hilang, tidak ada yang tersisa kecuali kenangan.

-

"Bangun, Sayang, udah pagi!" ucapnya duduk dengan mengelus rambut Vina penuh rasa sayang.

Vina tersenyum bahagia. Pertama kalinya Iren memanggilnya dengan sebutan 'Sayang'. Ia tidak menyangkan ataupun membayangkan hari ini akan sebahagia tanpa diduga.

"Pagi! Vina!" suara seseorang dari luar dan membuat Vina terbangun dari tidurnya.

Vina membuka matanya perlahan. Menarik sebuah bantal untuk menutup telinganya. Ia masih ingin masuk ke dalam mimpi indahnya. Mimpi yang selama ini ia harapkan. Kasih sayang dari Iren. Tak ada mimpi yang lebih indah dari itu.

"Lavina Fahreza!"

"Ck!" Vina berdecak sebal. Panggilan kedua dari Gibran adalah nama yang tidak Vina suka. Ia membuang bantalnya perlahan dan terbangun dari tidurnya. Bersandar dan menatap ke depan samar-samar.

"Vina!" teriaknya kembali.

Vina menghela napas panjang. Ia menutup matanya dan mencoba untuk sadar akan apa yang ia alami saat ini. Mimpinya tadi sangat indah. Vina ingin semuanya terjadi di dunia nyata. Vina berharap mamanya akan memberi perhatian lebih kepadanya. Namun, karena teriakan dari Gibran semua mimpinya jadi buyar.

"Bangun!" perintah Iren yang datang membuka pintu.

"Kamu gak denger Gibran manggil? Tuli kuping kamu?!"

Vina menatap kehadirannya. Tidak ada satu hari pun di mana ia dan mamanya tidak bertengkar. Vina berharap semua mimpi-mimpinya akan jadi kenyataan. Tidak ada tujuan lain dalam hidupnya selain mendapat kasih sayang dari Iren.

Perlahan Vina berdiri sedikit jauh dari Iren. Ia menarik napas sedikit panjang. "Mama bisa gak banguninnya baik-baik. Elus rambut aku, sambil bilang 'bangun, Sayang', bukannya buka pintu terus teriak," papar  Vina.

Iren memutar bola matanya malas. "Kamu itu udah gede!"

"Sana siap-siap. Mama mau buka pintu buat Gibran," pamit Iren.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Where stories live. Discover now