37|• Kabar Gembira?

227 9 0
                                    

"Tante," sapa Mona yang berlari bersama teman lainnnya.

Ayu dan Reza menatap kedatangan Mona, Siska, Rian dan juga Reon. Sepertinya keempat temannya Vina tahu mengenai kelahiran Vina. Mereka memberi salam dan mencium tangan Ayu dan Reza.

Mona tampaknya cemas karena ia yang paling peka pada Vina. Kebersamaan mereka tak luput dari kisah-kisah yang tiada henti. Mona bersyukur Vina berada pada tempat yang tepat dan dikelilingi orang-orang baik.

"Vina di dalem, Tan?" tanya Mona.

"Iya."

"Kalau gitu saya permisi," ucap Dokter Diva.

"Makasih, Dok," ucap Ayu.

"Sama-sama." Dokter Diva pergi meninggalkan orang-orang yang ada di sana.

"Gibran lagi apa di dalem?" tanya Reon.

"Dia berdua doang?" tanya Rian terkejut.

"Sama suster lah koplok!" seru Siska memukul tangan Rian. Tadinya Siska ingin memukul kepala Rian. Siapa tahu saat dipukul Siska, Rian akan mengalami amnesia dan akan memiliki pemikiran yang bijak.

"Sakit, Yang," ucap Rian meringis mengusap tangannya.

Begitulah Rian, selalu merasa dirinya sebagai pacar Siska yang kenyataannya bukan.

Siska benci saat Rian manja dan memanggilnya 'Sayang'. Ia tak memiliki perasaan sedikitpun pada Rian dan tak akan pernah. Mungkin.

"Anaknya Vina cewek apa cowok, Om?" tanya Mona.

"Cewek," jawab Reza.

Mona tersenyum senang. Ia akan menjadi rich aunty untuk anaknya Vina. Ia berharap setelah pernikahan nanti, Leon tidak akan mengganggu Vina lagi.

"Masuk, yuk," ajak Siska.

"Bentar," cegah Mona.

"Denger, Gibran lagi azanin dulu bayinya," lanjut Mona.

Siska tersenyum setelah mendengar ucapan Mona. "Wah, Gibran sweet banget, ya." Siska memujinya.

"Aku lebih sweet dibanding Gibran. Udah gitu ada plusnya lagi," ucap Rian.

Siska memutar bola mata malas ke arah Rian.

"Lo punya kelebihan apa?" tanya Siska datar.

"Plusnya selain sweet gue anaknya ganteng, rajin menabung, soleh. Amiin. Jangankan azanin anak kita nanti. Azanin ayah kamu juga Mamang Rian bisa!" jawabnya seraya berseru.

"Elo kira bokapnya Siska meninggal?!" hardik Reon.

"Eh gak papa. Elo azanin bokap gue, terus gue kasih lima juta. Sok!" tawarnya.

Rian menggelengkan kepalanya ngeri. Rasa sakit hati Siska pada ayahnya tak berkurang sedikitpun. Mona meliriknya tajam, Rian ketakutan karena itu. Ia tahu Mona memberinya isyarat mengenai ucapannya tadi. Memang tanpa sengaja itu terlontar. Jika boleh, ingin rasanya menarik kata-kata tadi.

"Sorry Sorry. I am Humoris man!" ucapnya dengan bangga.

"Lain humoris sia mah nyericis," timbal Mona.

"Tuh bener kata Mona. Lo mah pericis!" seru Siska dengan salah mengucapkan bahasa sunda.

"Nyericis, Sis, bukan pericis," perbaiki Mona.

Reon memutar bola matanya malas lalu melangkah masuk ke ruangan Vina."Ayo masuk!" ajak Reon.

"Ayo, Om, Tante," ajak Rian.

"Kalian duluan aja. Kita bisa nanti," tolak Ayu.

"Mari," ucap Mona sopan dengan tersenyum ke arah Ayu.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Kde žijí příběhy. Začni objevovat