28|• Surat Skors

293 15 9
                                    

Hari ini Vina memiliki jadwal pelajaran olahraga. Setelah meminta izin beristirahat selama seminggu karena sakit, Vina gunakan waktu itu untuk menjauhi semua orang termasuk Leon dan yang paling penting adalah Gibran. Sejak Vina terpergoki membeli tes kehamilan, ia malu untuk bertemu Gibran dan ditanyai banyak hal. Tentunya ia belum siap untuk mengungkapkannya. Minggu lalu Leon membantah jika itu adalah kelakuannya. Sejujurnya Vina juga kebingungan dengan pelajaran IPA. Mengapa dua pasang orang yang melakukan hubungan badan satu kali bisa membuahkan hasil?

"Woy!" Siska berseru.

Vina mengusap keringat yang menetes dari dahinya. Vina bukan selesai berolahraga, dirinya mudah berkeringat kala terkena sinar matahari.

"Apa?" tanyanya angkuh.

"Hari ini lo mau basket?" tanya Siska tanpa basa-basi.

Vina sedikit kagum pada Siska. Banyak masalah yang membuat gadis itu down, tetapi gadis itu tidak terlalu memikirkannya. Ia harus mencontoh Siska.

"Of course!" jawabnya dengan mengangkat kedua bahunya.

Siska lalu tersenyum dan berdiri. "Ayo," ajaknya lagi dan pergi.

Vina memandang Siska yang sudah masuk ke dalam tim untuk bermain. Ia pun mengangkat tubuhnya dan berdiri dengan tersenyum karena banyak teman sekelasnya yang sudah ikut serta dalam pelajaran olahraga. Sesaat senyum Vina hilang kala ia mengingat bahwa tidak hanya dirinya yang harus ia aja. Akan tetapi, dirinya juga harus menjaga anak dalam kandungannya. Vina pun menunduk dan memegang perutnya.

"Vina!" teriak Siska kembali mengajaknya.

Vina pun mengangkat kepalanya tanda merespon. Tak lama bola mengarah ke padanya. Ia rasa Siska berteriak karena memanggil dan karena bola itu mengarah tepat ke arah perutnya. Sontak ia reflek menghindar dan badannya jatuh tersungkur di atas lapangan.

"Aduh!" Vina berseru kala jatuh dan tetap memegang perutnya.

Semua temannya datang melihat keadaannya. Vina kembali duduk dan cukup terkejut.

"Lo gak papa, Vin?" tanya Mona.

Tak lama Gibran and the gang datang dan diberi jalan seluas-luasnya oleh mereka yang mengerumuni Vina.

"Perut gue gak papa, 'kan?" tanya Vina sendiri dengan panik. Siska, Mona dan bahkan Gibran and the gang tidak paham dengan yang Vina khawatirkan.

"Perut lo gak papa kali, Vin. Lo cuma jatuh, bukan kena bola," tutur Siska.

"Tapi gue takut kalo perut gue kenapa-napa!" tangkas Vina tanpa menatap siapapun.

"Emang perut lo kenapa, Lavina Helsa Fahreza?" Gibran yang bertanya kali ini.

"Karena gue lagi hamil. Gue gak mau anak gue kenapa-napa!" teriak Vina menjawab dengan menatap Gibran.

Semua orang saling melempar pandangan satu sama lain karena kebingungan. Saat itu guru olahraga Vina mendengarnya. Dirinya sungguh reflek untuk mengatakan hal itu. Penyebabnya adalah pertanyaan yang terlalu ditekan oleh Gibran dan membuatnya terkena masalah.

-1 Hati 2 Raga-

Vina duduk di ruang BK karena laporan yang disampaikan guru olahraga. Ia sudah bosan berhadapan dengan Mr. Arok, kini Ms. Rasti yang menghadapinya dengan kasus barunya yang akan menyeretnya pada surat skors.

"Kamu saya skors, Vina," putus Miss Rasti.

Vina terdiam. Ia sudah tahu jika skors adalah hukuman yang tepat untuknya.

"Mr. Arok sudah sangat cape ngasih tahu kamu untuk tidak berbuat hal buruk lagi, Vina. Tapi kali ini sudah di luar kendali. Saya akan panggil orang tua kamu dan meminta dia untuk melanjutkan kasus kamu tanpa menyeret nama sekolah," ucap Miss Rasti.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Where stories live. Discover now