26|• Vina Hamil?

283 11 2
                                    

Dua bulan sudah Vina berada di rumah Leon, dan dua minggu sudah kejadian itu berlalu. Kini seperti pagi biasanya ia ikut sarapan bersama keluarga Leon. Tak lupa mamanya juga berada di sana bersamanya. Namun, mamanya masih sama dinginnya seperti dulu. Ia paham jika mamanya sejak dulu tidak suka dengan kehadirannya di rumah ini. Tujuannya pindah dari rumah Leon pun karena mamanya. Ia tidak ingin menambah kebencian mamanya terhadap dirinya. Terlebih ia ingin menjauh dari Leon dan ingin melupakan malam di mana dirinya melakukan dosa besar itu.

Keputusannya untuk kembali ke rumah lamanya dan tinggal sendirian adalah hal yang paling benar sekarang. Vina harus pergi segera dibandingkan semua hal memalukan itu diketahui oleh mamanya. Dirinya tahu jika Leon tidak akan mengizinkan, tetapi ini benar yang terbaik. Hari ini juga dirinya akan pulang dan diantar Gibran.

Perlahan Vina masuk ke mobil milik Reon yang dulu, tetapi sekarang mobil itu milik Gibran. Setelah memasukkan koper berisi baju dirinya, kini ia mantap meninggalkan rumah seperti neraka itu.

"Kamu udah yakin mau ninggalin rumah itu?" tanya Gibran menunjuk ke arah rumah Leon dengan tatapannya.

Vina mengangguk pelan dengan pasti. "Menurut gue ini yang paling bener," putusnya.

Sampai kapan pun dirinya tidak bisa membujuk gadis itu untuk merubah sebuah keputusan. Vina adalah wanita yang cukup keras kepala. Jika ingin menang, dirinya harus berdebat berjam-jam dengan gadis itu. Gibran sendiri tidak pandai saat berargumen, itu sebabnya ia memilih diam dan melihat apakah keputusan Vina menguntungkan atau tidak? Baik untuknya atau tidak? Dirinya harus menjadi over protective saat bersama Vina.

Sejak tadi Vina hanya diam saja melihat pemandangan dari luar. Ia memikirkan beberapa keanehan yang ia alami belakangan ini. Bahkan dirinya senang menunggu gejala-gejala yang akan timbul setelah dirinya memakan cokelat. Ya! Belakangan ini Vina sering memakan cokelat padahal dirinya sendiri tahu jika cokelat akan membuatnya gatal-gatal atau memerah karena alergi, tetapi ditunggu sekian lama gejala itu tak timbul. Bahkan Vina hampir memakan cokelat setiap hari.

Pikiran Vina kini melayang pada malam pengantin yang seharusnya milik mamanya. Ia juga sudah telat datang bulan pada bulan lalu dan bulan ini. Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Keputusannya tidak lain adalah membeli alat tes untuk mengetahui segala kebenaran ini.

"Gib, mampir ke Indomaret," ucap Vina sambil  memegang tangan Gibran yang sedang mengemudi. Sontak Gibran langsung memutarkan kemudi ke arah Indomaret.

Mobil Gibran sudah terparkir di sana. Vina turun tanpa arahan, Gibran sedikit merasa kaget. Apa Vina kebelet buang air? Atau Vina kebelet minum jus stroberi? Pertanyaan itu menghantui Gibran.

Tak tanggung Vina masuk dan mencari alat tes kehamilan. Dirinya tahu jika Gibran tidak akan mengikutinya tanpa izin, itu sebabnya ia leluasa mencari apa yang ia butuhkan. Sebenarnya sedikit malu, tetapi ini sangat penting.

"Cari apa, Kak?" tanya salah satu pegawai Indomaret itu.

Vina sedikit terkejut dan berbalik menatapnya. "Em...saya lagi cari tes kehamilan, Kak," jawab Vina.

"Oh tes kehamilan di sebelah sini, Kak," ucap pegawai itu sambil menunjukan di mana tempatnya berada.

Vina berjalan mengikutinya dari belakang. Ia sedang memikirkan jawaban kala nanti pegawai Indomaret menanyainya. Sedikit ragu dan was-was karena tidak tahu akan hasilnya. Negatif adalah harapan Vina.
Dirinya pun mengambil satu alat itu dan membolak-balikkan dengan penasaran.

"Apa ada yang perlu saya bantu lagi, Kak?" tanyanya.

Vina mengangkat kepalanya menatap pegawai itu. Menjawab tanpa menatap mata itu tidak sopan.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Where stories live. Discover now