31|• Cerai

275 12 0
                                    

Di rumah mewah Abercio Jaya bukanlah sebuah hal biasa jika hari diawali dengan pertengkaran. Namun, pertengkaran ini bermula kala Iren masuk ke dalam rumah itu. Suasana siang yang cukup panas, tetapi kini semakin memanas kala Leon menarik paksa Iren dari kamarnya yang terletak di atas hingga ke bawah dengan menuruni tangga.

Leon terus berteriak memarahi dan memaki Iren, dengan naifnya wanita itu terus meronta minta dilepaskan dan tak menggubris semua cacian suaminya itu. Menurutnya Leon hanya terbawa suasana saja hingga mengajukan gugatan cerai. Ia tahu jika lelaki ini akan menyeretnya keluar dan segera mengajukan apa yang ia inginkan.
Semua orang keluar menyaksikan apa yang terjadi secara langsung. Baru saja Mona dan Reon pulang sekolah dan mereka mendengar keributan dari luar. Semua pandangan menatapnya.

"Keluar kamu dari rumah aku!" teriak Leon dengan kasar melepaskan tangan Iren dan membuatnya terdorong ke belakang.

"Ahh!" rintis Iren.

"Ada apa ini?" tanya Ratna.

Iren langsung menoleh pada Ratna yang berdiri tidak jauh darinya. Mona dan Reon menatap sang mami karena suaranya menarik pandangan. Wanita itu mengusap air matanya sembari berjalan menuju mertuanya.

"Mi, tolong jelasin ke Leon kalo aku ini istrinya, dan tolong jelasin ke Leon kalo aku lagi hamil anaknya," ucap Iren.

Ratna menoleh dengan tatapan tajam. "Gak mungkin kamu hamil anak Leon," sindirnya.

"Hamil?" tanya Mona pelan dengan saling tatap dengan Reon.

"Jangan percaya dia!" hardik Leon membuat Iren membalikkan badannya menghadap sang suami.

Iren menatap Leon dengan air matanya yang berlinang. Bagaimana bisa Leon sebiadab ini? Ia menggelengkan kepalanya karena itu.

Ratna menarik tangan Iren agar menghadapnya.

Plak!

Tamparan keras yang Iren dapatkan dari Ratna. Seketika itu Mona dan Reon terkejut, wanita naif itu hanya memegang pipinya yang terasa panas dengan perlahan mengangkat wajahnya.

"Kamu dengar Iren!" peringatan Ratna dengan menunjukan jarinya ke depan Iren.

"Apa pedulinya kami kalo kamu hamil anak Leon atau anak orang lain?..... Kita udah mendapatkan apa yang kita inginkan. Balas dendam kita terbalaskan, baik lewat kamu atau anak kamu Vina," ujarnya.

Mona kembali melongo karena ungkapan Ratna. Selama ini apa yang Leon lakukan kepada Vina itu adalah sebatas balas dendam bukannya cinta. Kematian satu orang telah menyakiti banyak pihak.

"Mi, aku ke Vina itu cinta bukan balas dendam," ungkap Leon.

"Sama aja..... Mereka sama-sama kamu hamili untuk ditinggalkan. Mami bangga sama kamu," ucap Ratna tersenyum bahagia.

Iren terduduk lemas karena ungkapan Ratna. Seketika tanpa tersadar Mona meneteskan air mata karena rasa iba. Wanita itu menangis dengan duduk di lantai, ia pun menghampirinya dan memberikan usapan manis tanpa meng-support.

Reon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue gak nyangka lo setega itu, Bang," sindirnya.

Leon menatap Reon yang memandangnya dengan kesalahpahaman. Ia dengan sungguh mencintai Vina dan tidak bermaksud menyakiti sahabat adiknya itu.

"Ayo Tante kita pulang," ajak Mona memegang bahu Iren agar wanita itu mau diajaknya pulang.

Perlahan Iren menuruti perintah Mona.
"Jangan pernah ke sini lagi," perintah Leon lalu pergi.

Reon sudah tidak paham akan isi hati kakaknya itu. Terlalu banyak perubahan pada diri kakaknya. Namun, ia masih belum mengerti. Sikap kakaknya seperti itu atau hanya sebuah perubahan?

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Where stories live. Discover now