29|• Aborsi?

303 12 0
                                    

Vina berjalan pelan ke arah tempat duduknya. Saat melangkahkan kaki pun, dirinya disambut dengan kertas-kertas yang dilemparkan teman sekelasnya. Dirinya hanya mampu menunduk karena malu. Vina yang pemarah dan penuh keberanian sudah lenyap bersamaan dengan kehamilannya.

"Udah lahir sebagai anak haram, eh sekarang dia juga lagi ngandung anak haram," ejek orang di belakang sana.

"Gayanya aja selangit, padahal kenyataannya cuma di bawah bumi!"

"Cewek murahan kayak dia gak layak ada di sini!" ucap orang yang duduk di depan.

Vina diam dan tidak memberontak. Dia tahu kalau dirinya akan diperlakukan seperti orang yang hina, tetapi dirinya tidak habis pikir pada Mona dan Siska yang hanya diam menyaksikan. Mungkin benar jika mereka membenci dirinya saat ini.

"Ayo keluar lo!" seru orang yang tiba-tiba datang dan menariknya keluar secara kasar.

"Aw!" Vina hanya bisa merintihnya.

Tiba-tiba orang itu mendorong tubuhnya cukup kencang ke depan. Tak lama seseorang menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai. Vina pun bangkit dari dada bilang laki-laki itu.

"Lo bisa gak usah kasar sama Vina gak?" tanya Reon yang baru datang dan melihat banyak orang mendorong Vina karena pemberitaan itu.

"Ngapain lo belain cewek songong kayak dia?!" tanya salah satu cowok dengan menunjuk Vina.

Gadis itu diam seribu bahasa, berkali-kali ia mencoba membela dirinya, tetapi tak ada pembelaan dan bahkan dirinya sendiri tahu bahwa ia salah. Tak lama Siska dan Mona datang dengan diberi jalan oleh orang-orang yang menariknya keluar tadi. Mereka saling melempar pandangan, tetapi Siska dan Mona diam karena tidak tahu pembelaan apa yang benar dan tidak mengetahui nama mereka.

"Bubar lo semua!" teriak Gibran yang datang dan mengusir semua orang dengan amarah.

Reon berpindah posisi tak lagi di samping Vina karena ia tahu jika Gibran lebih pantas berdiri di samping gadis malang ini.

"Ada apa, sih ini?" tanya Rian dengan setengah otaknya yang masih berkerja normal.

"Yan, gue mohon untuk mengulangi kesalahan yang lalu atau resikonya adalah penyesalan," ceramah Azio.

Rian menoleh ke arah Azio, cowok yang ganteng, tetapi kadang sok bijak. "Lo gak usah sok bijak. Biasanya yang ceramahin gue itu Rifky, bukan lo!" cemoohnya.

Plak!

Satu pukulan mendarat tepat di kepala Rian, tak lain dan tak bukan pelakunya adalah Reon, lelaki yang banyak perbuat daripada berbicara kini melayangkan tangannya diwaktu yang tepat. Rian melongo saat mendapat pukulan itu, bukan hal pertama baginya kena pukulan atau semprotan dari teman-temannya.

"Mampus!" ejek Rifky dengan nada dinginnya.

Semua orang diam setelahnya. Seketika hening dan tak ada yang berani membuka topik karena mereka takut salah bicara setelah itu. Reon kembali pindah dan berdiri di samping Mona.

"Kamu kenapa diem aja liat Vina dibully?" tanya Reon pelan pada Mona dengan berbisik.

"Aku ..... Aku gak papa" jawabnya.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Where stories live. Discover now