32 | Egoisme yang Terkontrol

1.3K 74 0
                                    

Perpisahan dini selama satu minggu itu bukanlah hal yang remeh menurut keduanya.

Bahkan sudah berbelas tahun hidup, ini adalah perpisahan terlama mereka berdua.

Kalian tidak akan mengerti rasanya.

Bahkan sehari pun mereka jarang berpisah, paling lama hingga kurang dari 10 jam, itupun karena kesibukan les Gaga.

Semenjak Raya kembali dari acara olimpiade itu, Gaga terlihat lebih aneh. Mata panda nya terlihat, bahkan meskipun begitu semangat menemui Raya untuk yang pertama kalinya, Raya tetap saja bisa melihat kelelahan di wajah laki-laki itu.

"Bunda mau ke supermarket dulu beli daging. Ada yang mau kalian titip?"tanya sang bunda yang sudah siap dengan tote bag nya.

Raka dan Bagas dengan sedia bersorak, "snack nya bundaaa!"ujar mereka bak anak kembar, padahal mereka sedang sibuk bermain ps didepan sofa.

Tapi, nitip time tak pernah bisa dilewatkan.

"Bunda, biar Gaga sama Raya aja yang pergi belanja."ujar Gaga menawarkan diri dengan senyum yang merekah diakhirnya sembari menegakkan badannya yang awalnya terdampar santai di sofa.

Raya yang awalnya begitu santai menyelesaikan puzzle sulitnya di atas meja mendongak karena ia tidak seperti Gaga yang sedang tiduran di sofa.

"Ngga usah! Bunda ngga papa belanja, udah biasa. Nitip apa, Ga?"tanya sang bunda.

Gaga menggeleng keras, kemudian berjalan kearah bunda.

"Palingan modus biar bisa jalan sama Raya bun."timpal Bagas dengan nada meledeknya.

"Bunda ngga peka sama modusan nya Gaga ih, belajar dari pengalaman dong bun! Udah bertahun-tahun ini."jawab Raka dengan nada serius nya meski matanya tetap mengarah kearah layar TV.

"Mati lo mati gol nih gw."

"Gocekan lemah gitu ngira gol. Mimpi lo ketinggian bray."

"Lemah idung lo."

"Tutu gw siap gw siap."

"Goll!"

"Hahahahahah. Haluuu."

Ramai sekali. Benar-benar seperti tempat rentalan ps, padahal yang bermain hanya mereka berdua.

"Yaelah lemah amat gas, 2-0 gitu. Emang, yang bisa nandingin gw main ps cuma Arka aja."ujar Raka sembari menatap sombong kearah Bagas yang hanya mendengus sebagai jawaban.

"Kalo gitu, bunda lanjutin desain pesenan pelanggan dulu, yang belanja kalian berdua. Ini, daftar belanjanya. Tambah beli snack juga tuh buat para bolang."beritahu bunda sembari menyodorkan daftar belanjaan nya.

"Bun, belanja nya boleh dimana aja kan?"tanya Raya dengan nada exited nya.

"Iya, terserah kalian."

"Bunda, kalo di supermarket deket rumah Ayda boleh kan?"tanya Raka dengan nada hebohnya membuat sang bunda terkekeh.

"Boleh."ujar sang bunda dengan lembut sembari melanjutkan perjalanan nya menuju ruang kerja.

"Bunda jangan lupa minum air bening yang banyak biar fokussss."teriak Raka lagi seperti di hutan kemudian melambai kan tangannya dengan semangat.

Sang bunda hanya menggeleng pelan melihat kelakuan sang putra yang sangat kekanakan itu.

Ia terlampau terbiasa dengan hal itu.

mereka semua akhirnya berangkat dengan mobil yang ada di rumah, dengan Gaga sebagai sopir kali ini. Seperti permintaan Raka, berbelanja di supermarket dekat rumah Ayda.

"Ka, lo mau makan jajan apa?"tanya Raya sembari melepas sabuk pengamannya.

"Apa aja, yang bisa kita makan. Gw ke rumah Ayda dulu ya, hehe."ijin Raka sembari terkekeh pelan dengan begitu jahilnya.

"Mulai nge-bucin deh. Ck, seandainya gw ngga ngikut."gerutu Bagas dengan sebal.

"Ikut kami aja, milih jajan."tawar Gaga dengan kekehannya.

"Sama aja. Sama sama bucinnya. Gw mau makan mie di luar supermarket aja. Kuy."ajak Bagas dan keluar dari mobil terlebih dahulu.

"Gas gas!"panggil Gaga secara tiba-tiba saat Bagas sedang menaruhkan air panas ke mie nya.

"Apaan deh?"tanya Bagas sembari menghampiri kedua makhluk itu.

"Sinii."ajak Gaga sembari menarik Bagas ke tengah rak kemudian menyerahkan handphone nya.

"Biar hits, fotoin kami dulu."ujarnya dengan begitu ringan saat Bagas menatap bingung keduanya.

Bagas melongo kemudian berdecak pelan sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Aneh saja, saat melihat Gaga menjadi seperti ini.

"Nih. Udah 50 foto."ujar Bagas sembari menyerahkan handphone nya.

"Gas, lo didik Gaga gini amat, ckck."gerutu Raya sembari turun dengan susah dari trolly belanjaan tadi.

"Gw? Monmaap, gw itu positif vibes. Gaul gw ngga se alay Gaga ya."jawab Bagas kemudian mengedikkan bahunya dan berlalu dari hadapan keduanya dengan wajah tak acuh.

"Bagas, kenapa?"tanya Raya.

"Kayaknya, cemburu deh."jawab Gaga dan terkekeh pelan.

"Secara, dia kan gaul tapi jonblo."lanjut Gaga membuat Raya ikut terkekeh pelan.

"Ya gimana, siapa suruh nge-bucin sama kakak Arka. Masalahnya Arka aja secuek itu, apalagi kakaknya."jawab Raka dengan nada sebalnya.

"Ramahan kakaknya kali. Cuma ya gitu, agak sinis."timpal Gaga.

"Ga."panggil Raya dengan nada pelan nya.

Gaga menoleh kearah Raya kemudian menaruh tangan nya keatas kepala gadis mungil itu.

"Kenapa? Mau nanya apa?"tanya Gaga dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.

"Kamu ngapain aja? Sampe mata kamu seitem itu?"tanya Raya sembari melirik Gaga dengan sinis.

Gaga terkekeh pelan. "Menurut kamu?"tanya nya dengan nada yang menggoda.

"Ga, aku serius loh. Kamu begadangin apa? Belajar?"tanya Raya dengan nada sebal dan seriusnya.

Gaga terkekeh pelan. "Kamu liat aku mata panda aja se-khawatir ini, apalagi luka-luka."jawab Gaga dengan ringan.

"Kamu luka-luka beneran aku tonjok ya."ancam Raya dengan nada tak main-main nya yang justru semakin membuat Gaga terkekeh pelan.

Gadis ini memang monster.

"Jadi, kamu ngga mau cerita kamu begadang ngapain?"tanya Raya dengan nada yang lebih lembut dengan wajah menunduk nya.

"Main game, Raya."jawab Gaga sembari menaruh tangannya di kepala Raya.

"Hm, belajar sama dengan maun game di dalam kehidupan Gaga."timpal Raya dengan nada malasnya.

"Gini ya Ga, kamu ngga harus nunggu aku pergi dari kamu baru kamu belajar. Tapi, aku juga protes berat karena kamu belajarnya sampe berlebihan gitu. Pada dasarnya, kamu itu cuma perlu belajar keras tanpa ngerelain kesehatan kamu sedikitpun. Menurut aku itu lebih baik."

"Daripada kamu belajar dengan berlebihan kayak gini. Bukannya kita udah sering bahas ini ya?"

"Hmm, maaf."

"Bukan maaf Ga, tapi jangan diulangi terus menerus. Meskipun aku ada disisi kamu pun. Kamu ngga perlu ngurangin waktu belajar kamu dengan selalu di samping aku. Aku ngerti kamu perlu belajar banyak."

"Aku bener-bener pengen kamu disini Ga. Tapi, seperti kata kamu, egoisme harus selalu kita kontrol."

•••

Batinku terluka, tapi lebih terluka lagi saat kamu terluka.

RAGAWhere stories live. Discover now