28 | Kenyataan nya

1.1K 70 1
                                    

RAYA masih saja ditemani sisa tangisnya karena kejadian beberapa menit yang lalu.

Bahkan, meskipun napas nya sudah teratur, gadis itu masih saja sesegukan beberapa kali. Tak hanya itu, matanya mengikuti keadaan dan menjadi beberapa senti lebih besar dari biasanya.

"Kayaknya aku butuh makan. Mau ikut?"tanya Gaga dengan nada polosnya kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Raya yang berjarak beberapa senti dengannya.

Pasangan yang aneh. Saat ini, mereka sedang melihat pemandangan sekolah dari lantai dua, melalui kaca jendela yang terbuka. Dan jendela mereka berjarak oleh sebuah dinding beberapa senti.

Keduanya mengeluarkan kepalanya. Kemudian Gaga menoleh kepada Raya. Terlihat amat lucu.

Meskipun sudah lama menjalin kasih, Gaga juga tau posisi.

Sekolah bukan tempat yang tepat untuk pamer kemesraan, teman-teman.

Raya melirik dengan memutar bola matanya. Terlihat sinis, namun akhirnya mengangguk dengan begitu manja.

Gaga terkekeh kemudian ikut mengangguk dan membawa tangan Raya bersamanya. Mereka berdua melangkah keluar dari sana, meski sempat menyapa Arsya dan Adrian yang sedang duduk di sofa.

"Udahan nangisnya. Sejam lagi kamu bakal uji publik loh. Yakali bakal sesegukan pas jawab soal. Kan ngga cool."ujar Gaga ditengah perjalanan dengan nada lucunya.

Raya masih cemberut, kemudian sesegukan lagi, memutar bola matanya, lagi-lagi dengan begitu sinis.

Malas berbicara. Definisi Raya saat ini, oleh sebab itulah ia memilih tak menjawab apa yang dikatakan oleh Gaga.

Meski begitu, tetap saja telinganya dipenuhi oleh kicauan para siswi disekitar mereka.

"Ck, seandainya gw diposisi Raya, serius, bakal gw tempelin tiap hari."

"Menantu able banget buat mama gw."

"Apa-apa ditemenin. Cewek mana lagi yang ngga jatuh hati?!"

"Boro-boro ditemenin pas ada masalah gini, gw nanya pr aja doi mencak-mencak."

"Ya allah, sisakan satu macam kak Gaga!"

Tuhan, akan adakah hari tanpa ocehan disekitar Raya?

Sungguh. Ia mulai membosan. Namun tak bisa lari juga dari situasi ini. Kalo kata Bagas, siapa suruh bawa peliharaan modelan Gaga.

Gaga memesankan Raya makanan, sedang Raya menunggu sembari menopang dagunya dengan tangan. Masih terlihat tak berselera atas atas apapun.

"Ray, semuanya kan udah baik-baik aja."ujar Gaga yang baru saja datang, kemudian menyerahkan ketupat yang telah terpotong kehadapan Raya.

Raya menghela nafasnya kasar, kemudian menatap malas kearah makanan itu. "Itu, menakutkan."ujarnya dengan pelan.

Gaga mengacak pelan rambut gadis itu. "Liat kan, semenakutkan apapun itu, semuanya bakal tetep berlalu. Jadi, takut yang kamu punya jug barus gitu."ujar Gaga dengan begitu lembut.

Raya mendongak, menghela nafasnya lagi, kemudian memakan ketupat itu bersamaan dengan sate yang ada didepannya.

"Ngga makan?"tanya Raya sembari melihat heran kearah Gaga.

Gaga menggeleng, kemudian mencebikkan bibirnya dengan sebal.

"Tadi, ayah, bunda sama Ginas, bener-bener jago akting Ray. Demi apapun aku percaya aja kamu masih di dalem buat dandan. Hampir sejam loh aku nunggu kamu."cerita Gaga dengan nada heboh dan terimanya.

"Emang mereka bilang apa?"tanya Raya dengan rasa penasaran yang meningkat.

"Ayah bilang, kamu masih dandan gitu di dalem kamar karena telat bangun. Jadi kan, aku makan dulu. Lamaaa banget setelah makan, kamu ngga muncul-muncul. Terus, setelah sekian lama itu, Ginas dengan santainya bilang. 'Ga, lo masih bisa aja di bodohin sama pemain drama kayak ayah, ayo berangkat.'"

"Bayangin! Dengan ngga pahamnya, aku diseret sama Ginas kayak kucing, dan masuk mobil dengan wajah bingung."seru Gaga lebih heboh dan begitu ekspresif.

Tawa Raya langsung keluar begitu deras mendengar cerita Gaga yang menurutnya sangat menyedihkan.

Raya sangat bisa membayangkan, wajah polos Gaga yang ditarik Ginas dari rumah, dan wajah serius sang ayah yang pastinya terus mengajak laki-laki itu berbicara agar teralihkan fokusnya.

"Kamu sadarnya kapan aku udah berangkat duluan?"tanya Raya.

"Pas kamu nelpon. Bego kan? Serius deh, aku aja ngga sadar udah ngehabisin 30 menit ngobrol sama ayah. Tambah begonya pergi tanpa ngerti apapun."

"Kak Gin pasti ngakak. Hahaha. Bunda bilang apa?"

"Ah bunda, pantes aja dari awal ngekode, dia bilang, ngga papa, kamu berangkat dulu aja kayaknya Raya bakal telat. Ckck, emang peri tuh sebenernya selalu ada disekitar kita, tapi kita ngga pernah nyadar sedikitpun."omel Gaga pada dirinya sendiri dengan nada yang begitu menyesal.

Menyesal karena mempercayai ayah dan Ginas.

"Seharusnya, ayah tuh ngga jadi pebisnis dari awal. Dia cocok jadi pemain film Ray."ujar Gaga dengan nada kesalnya, membuat Raya semakin tertawa begitu keras.

Bahkan beberapa orang didekatnya mulai memperhatikan keduanya lebih intens.

Klasik? Mereka memperhatikan keduanya, sedang Gaga memperhatikan Raya begitu lekat.

Lekukan pipi gadis itu benar-benar bisa mengalihkan seluruh dunia nya.

Semenjengkelkan apapun kejadian tadi pagi. Itu benar-benar akan lenyap hanya dengan melihat senyum gadis ini.

Sejujurnya, kejadian antara ia dan ayah serta Ginas bukanlah masalah besar, setelah Raya menghubunginya dengan tangis.

Ia sadar, bahwa masalah besarnya adalah saat Raya menghadapi masalah. Entah ia tau ataupun tidak masalah yang dialami Raya.

Itu, adalah beban untuknya. Percaya ataupun tidak.

Sejujurnya, dihari kemarin, ia tak mengalami kekhawatiran sedikitpun terhadap Raya, karena sang bunda yang mengatakan bahwa mereka akan melakukan perjalanan bisnis.

Itu, sangatlah biasa bagi Gaga. Karena, memanglah tak asing lagi, bahwa faktanya, ayah tipe laki-laki yang tidak bisa jauh dengan keluarganya. Ia, sering mengalami itu.

Hanya saja, yang ia khawatirkan adalah Raya benar-benar tak membalas satu pesan pun dari nya. Bahkan dengan tiba-tiba nomor gadis itu tak bisa dihubungi.

Saat menghubungi Raka, ia benar-benar bertambah khawatir. Mereka tak bicara banyak. Saat Raka menjawab panggilan nya, laki-laki itu hanya berkata :

"Jangan hubungin gw. Gw lagi pengen ngebunuh elo."

Satu kalimat yang benar-benar bisa membuat laki-laki itu tak menentu.

Bahkan, hari itu benar-benar tak berjalan seperti biasanya.

Raya, gadis itu bisa membuat Gaga menjadi berbeda.

•••

Raya membawa dampak yang besar.

RAGAWhere stories live. Discover now