27 | Pagi

944 65 0
                                    

PERNAH tidak, kalian merasa baik-baik saja sebenarnya, hanya saja belum ingin melakukan hal apapun yang berkaitan dengan hal yang menyakitkan sebelumnya?

Itulah yang sedang dirasakan Raya sekarang.

Gadis itu benar-benar baik-baik saja untuk kejadian di kemarin hari. Hatinya, sudah membaik.

Sudah menerima apa yang harusnya ia terima. Sudah menyingkirkan apa yang seharusnya ia singkirkan.

Karena orang-orang berarti disekitarnya.

Hanya saja, ia masih belum ingin melakukan hal apapun yang berkaitan dengan Gaga.

Bahkan, telpon Bagas yang sudah lebih dari puluhan kali pun masih ia abaikan hingga pagi hari. Karena ia tau betul, bukan Bagas. Itu pasti Gaga.

Bahkan, getaran notifikasi karena chat dari Gaga pun juga ia abaikan.

Ia hanya ingin menjalani harinya. Meski tak seperti biasa.

"Raka udah berangkat jemput Ayda?"tanya Raya dengan nada herannya, setelah meminum susu hangatnya.

"Tadiii banget, tapi katanya Ayda udah jalan duluan."beritahu sang Ayah dengan kekehan diakhir kalimatnya.

Raya memandang ayahnya dengan kaget, kemudian mengedipkan matanya berkali-kali untuk menetralkan keterkejutan nya.

"Kok, ayah tau?"tanyanya masih dengan nada kaget yanh begitu kentara.

"Mereka berdua kerjasama Ray. Ayah bakal jadi pembimbing Raka."jawab Ginas sembari menuruni tangga dengan begitu ceria.

Raya membentuk mulutnya sedikit lebar. Antara terkejut dan tidak menyangka.

"Kalo gitu, Raya juga berangkat duluan deh! Raya sama supir aja, ayah diem disini! Raya percayakan Gaga kepada kalian!"seru Raya dengan begitu ceria.

Kemudian menyalami sang ayah dengan cepat, bahkan mencium pipi ayahnya dengan kilat.

"Bunda, Raya janji bakal makan di kantin."potong Raya saat melihat sang bunda akan protes, kemudian mencium pipi sang bunda.

"Kak gin, semangat kerjanya oke!"seru Raya kemudian memeluk kakaknya itu dengan erat.

Saat akan berjalan menjauh, Raya membalik badannya lagi. "Oh iya, Raya ada uji publik hari ini. Jangan lupa do'ain!"serunya kemudian melambaikan tangan dengan heboh.

Gadis itu. Jika tak begitu bukan Raya namanya.

Ia melangkahkan kakinya dengan begitu ceria kearah bagasi, bahkan sng supir oun terkejut karena disuruh mengantarkan Raya.

Pasalnya, Raya biasanya tak pernah ingin berangkat sekolah bersama supir. Sang ayah adalah pilihan utama, jika tidak maka kedua saudaranya. Jadilah supir itu hanya seperti supir pribadi sang bunda yang memang tak punya nyali menggunakan kendaraan.

Di tengah perjalanan, ponselnya berbunyi lagi.

Bagas terkutuk is calling...

"Duh, apaan deh sepagi ini nge ganggu gw lagi!"protes Raya saat ia sudah menempelkan handphone nya ditelinga sebelah kiri.

"Lah, berani juga lo langsung ngomel."nada Bagas terdengar terkejut sembari menggoda Raya.

"Lo pasti tau ini bukan Gaga. Ck, dasar bocil. Lo dimana? Masih nangis ngga?"lanjut Bagas dengan nada yang semakin kental menggoda Raya.

"Kalo masih kenapa? Mau ngadu lo?!"tanya Raya dengan nada sebalnya.

Laki-laki itu, kalo tidak mengejek Raya, harinya tidak akan berjalan lancar.

RAGAWhere stories live. Discover now