5 | Dengan Cara Gaga.

3.8K 206 3
                                    

Hari masih terlampau pagi bagi para penikmat tidur. Bahkan, kegiatan minggu rutin untuk sarapan bersama di keluarga Raya baru saja diselesaikan, dan Raya beserta Ginas dan sang ayah sedang sibuk memperebutkan remote televisi.

Sedang sang mama hanya mendengar perdebatan yang tak asing itu sembari menggelengkan kepala nya dan membersihkan sisa sarapan mereka.

"Loh Gaga? Udah sarapan? Duduk dulu, duduk."sapa Rahman - Ayah Ginas - yang baru saja melihat Gaga memasuki ruang tamu mereka.

Gaga tersenyum dengan lebar, "udah Yah. Mau ngajak Raya keluar boleh Yah?"tanya Gaga to the point dan duduk di sofa single yang masih kosong.

Raya berdecak pelan, melihat sebal Gaga yang sudah siap dengan celana training dengan kaos hitamnya. "Masih pagi Ga, anak ayam aja belum memperdengakan suara merdunya. Dan lo ngajak gw olahraga? Salah orang Ga.'jawab Raya dan menggeleng.

"Lo itu harusnya bersyukur, dasar gendats. Itu tuh sebenernya kode, lo udah gendutan sekarang. Gituuu maksudnya."ledek Ginas dengan kerlingan mata jahilnya.

"Kak Ginas ih! Ayah itu ya, emang...,"

"Ganti baju Ray, kasian Gaga nya capek nunggu. Cepet, bangun, sebelum papa potong belanja kamu."potong Rahman dengan epat membuat Raya mendengus dengan sebal, kemudian bangkit dari duduknya dengan cepat.

Ginas yang sudah memastikan Raya pergi jauh dari mereka terkekeh pelan karena gadis itu dengan cepatnya bangkit dari duduknya dan menuruti apa yang dititahkan oleh sang ayah, meski harus dengan gerutuan panjangnya.

"Loh, Gaga disini? Kenapa nggak cepet datengnya. Bunda masih ada sarapan, mau? Atau bunda buatin yang baru gimana?"tawar Raina - sang bunda - yang datang dengan nampan ditangannya.

"Enggak usah bun, tadi Gaga udah sarapan dirumah."tolak Gaga dengan senyuman khasnya.

"Ck, jangan coba-coba bohongin bunda ya Ga. Awas aja asal ketahuan. Kalo nggak mau, kamu harus makan buah dulu. Harus ya Ga, supaya olahraga nya lebih seger. Sebentar, bunda siapin teh anget."ujar Raina dan bangkit dari duduknya.

"Ehm bunda nggak perlu repot-repot, Gaga Cuma nunggu Raya ganti baju."ujar Gaga sembari memperhatikan punggung Raina yang mulai menjauh.

Sangat tidak mengherankan melihat panggilan hangat yang mereka pergunakan, sebab bagaimanapun, selain menjadi kekasih Raya, Gaga juga adalah sahabat dari Raka sejak mereka masih kecil.

"Kalo gitu, habis olahraga jangan lupa mampir. Ayah emang nggak ada, tapi harus."timpal Rahman yang diangguki Ginas yang sudah bersandar dibahu sang Ayah.

"Bener Ga. Kalo mau sih jangan lupa ke cafe, sekalian jadi pelayan sama Raya, lumayan kan. Kencan yang bermamfaat."ujar Ginas dan terkekeh pelan dengan lucu, membuat Rahman menjulurkan tangannya untuk mengacak pelan rambut anak gadisnya itu.

"Wah, lucu ya kak. Kurang ajar. Di gaji enggak, dikasi makan gratis nggak, disuruh jadi pelayannya. Ayah denger tuh, kak Ginas selalu aja jahat sama adeknya. Denger kan Yah."adu Raya yang ada dibalik punggung mereka dengan manjanya.

Rahman terkekeh pelan, "kalo nggak dikasi curi aja Ray, pasti halal, kakak sendiri juga. Lagian, Ginas sebenernya Cuma iri liat kalian pasangan."ledek Rahman.

Mendengar itu, Gina mencebikkan mulutnya, kemudian mendengus pelan dengan posisi yang masih begitu nyaman.

"Raka mana om?"tanya Gaga, menyadari tak ada tanda-tanda keberadaan Raka yang seharusnya selalu mengganggu semua orang yang ada dirumah.

"Ah iya, Raka tadi tiba-tiba lari dari kamarnya dan bawa mobil. Gw kira kalian ada masalah. Kayaknya masalah penting banget. Mukanya juga nggak sante."jelas Ginas sembari membangkitkan tubuhnya dan bercerita dengan anda hebohnya.

"Ngurus ceweknya kali kak. Tinggal lo aja, lo nggak malu apa nanti nikahnya di lompatin sama dua adek lo. Ckck, ngenes amat kak. Yah, kami pergi dulu. Kalian terlalu banyak buang waktu buat gosip."uarjr Raya dan menarik pelan lengan Gaga untuk bangkit dan keluar dari rumah itu, sebelum Ginas mengeluarkan tanduknya pada Raya.

"Kamu beneran udah sarapan kan?"tanya Raya saat mereka mulai berlari kecil menuju taman yang ada di dekat kompleks.

Gaga menoleh pada Raya, kemudian mengangguk. "Serius. Tadi bibik masak nasi goreng sosis."jawab Gaga.

"Tumben mau sarapan dirumah."gumam Raya.

Gaga mengangguk pelan, "ya masak gw sarapan di rumah lo mulu. Gambarannya kayak gw nggak punya beras gitu buat dimasak. Takutnya, ayah lo nggak percaya lagi buat nitipin anaknya ke gw."jawab Gaga dengan nada biasa saja, sedang wajah Raya sudah bersemu mendengar perkataan itu.

"Ga, jangan gaul sama Bagas lagi ya. Kasian otak lo mulai kena virus nggak baik gitu."peringat Raya yang membuat Gaga terkekeh dengan pelan.

Dalam prinsip Gaga, meminta seorang gadis menjadi pasangan nya bukanlah suatu hal yang main-main. Sebab, menjadi pasangan bukan sekedar tentang panggilan sayang dan sebuah perintah untuk menjalankan makan dan berbuat baik lainnya. Tapi, menjadi pasangan adalah sebuah ajang menunjukkan perlakuan yang berbeda untuk orang lain. Bukan hanya sebuah perkataan.

Pagi itu, mereka habiskan dengan berolahraga bersama, yang disusul dengan membersihkan diri dirumah mereka masing-masing, dan dipertengahan siang Gaga menghampiri Raya lagi ke rumahnya.

"Ga, udah lama?"tanya Raya yang baru saja menuruni anak tangga dengan wajah fresh nya.

Gaga menoleh, mendapati Raya dengan hoodie putih dan gambar kartun gajah biru ditengah bajunya, dan dengan topi putih yang ada ditangan sebelah kanannya.

"Mau kemana?"tanya Gaga dengan heran saat melihat Raya.

Raya yang membelokkan arahnya ke dapur mendengus pelan, "jadi kita bakal disini aja seharian? Itu nggak ada di ekspetasi gw sih."jawab Raya sembari membuka lemari pendinginnya.

Gaga terkekeh pelan, "rencana gw gitu sih."timpal Gaga dengan nada santainya.

Raya berdecak pelan setelah meletakkan piring yang berisi buah yang sudah dipotong, dengan segelas jus strawberry didepan Gaga, "kalo gitu aku pergi sendiri aja."timpal Raya.

"Kemana?"tanya Gaga setelah menyuapkan sepotong buah strawberrynya.

"Ke cafe kak Gin. Nggak ada tempet ternyaman selain disana. Itu buah dari bunda. Nggak mungkin banget aku diem disini sendiri, Raka pasti lagi sibuk sama Cinta. Kayaknya aku bakal ngehubungin Bagas aja deh, aku yakin dia nggak sibuk."jawab Raya dan mengeluarkan ponsel yang tadi dimasukkannya kesaku celana.

Gaga menjulurkan tangan nya untuk mengambil pelan handphone milik Raya, dan meletakkan nya di saku baju bermodel kemeja dengan garis biru putih yang dipakainya, membuat Raya menoleh dengan bingung.

"Nggak ada Bagas. Ayo jalan."ajak Gaga dan bangkit dari duduknya, setelah meneguk setengah gelas dari jus strawberrynya.

Raya berdecak pelan, "nggak ada orang segaje kamu yang aku temuin. Duluan deh, aku beresin ini dulu."ujar Raya dan beranjak dari duduknya sembari membawa nampan dan gelas tadi.

Gaga hanya bergumam mengerti, kemudian melangkahkan kaki terlebih dahulu untuk menyiapkan mobil yang akan membawa mereka melesat jauh ketempat yang Gaga inginkan.

Bonus

"Ketika sudah dewasa, tidak akan ada lagi pemikiran bahwa pacaran adalah ajang permainan untuk membuktikan diri seberapa larisnya kamu sebagai manusia."-Gaga.

"Sudah lama sekali, dan aku tak menyadari bahwa kamu dan aku sudah bertambah dewasa kian harinya."Raya.

RAGAWhere stories live. Discover now