38 | Jika tanpa Gaga?

160 17 5
                                    

Gaga menarik nafasnya dalam-dalam, sedang raya menghela nafasnya dengan penuh beban. Keduanya sudah berada didalam mobil.

"Sebelum ke rumah, ngga mau beli sesuatu?"tanya Gaga, masih dengan suara seraknya.

Raya menggeleng pelan. Tanpa melihat kearah Gaga.

Ia tidak suka mata sendu laki-laki ini. Sangat-sangat tidak suka. Apalagi jika sebabnya adalah dia sendiri.

Gaga mengangguk pelan, menunjukkan ke pahaman nya. Ia pun melajukan mobilnya. Kali ini, benar-benar bukan ke rumah lagi. Tapi justru menuju mall yang biasa mereka kunjungi.

Raya mengedip pelan, saat mereka sudah ada di basement mall. Ingin bertanya, tapi suaranya terasa berat sekali untuk dikeluarkan.

"Mampir dulu, kayaknya aku lagi pengen makan jco."ujar Gaga karena menebak apa yang ada dipikiran Raya.

Gadis itu menggeleng pelan, kemudian melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil.

Gaga menghampiri Raya dan menautkan jarinya dengan Raya. Gadis itu terdiam.

"Ray, kita belum pisah aja kamu udah kayak gini. Aku ngga ngambil keputusan apa-apa loh Ray."ujar Gaga dengan pelan, membuat Raya menghela nafasnya pelan.

"Yaudah, ayo ke jco."ujar Raya akhirnya membuka suara dan mulai berjalan.

"Abis itu ke timezone ya Ga."ujar Raya dengan pelan saat mereka sudah sampai di jco dan Gaga sedang memilih makanan nya.

"Beli chatime dulu, buat kamu."ujar Gaga dan mengambil pesanan nya, lalu berjalan lagi, dengan tautan tangan yang tak pernah terlepas.

Raya mengangguk dengan cepat. Masalah makan dan main, itu adalah dua hal yang tak akan bisa tidak membuatnya bahagia.

Akhirnya, mereka benar-benar pergi ke chatime, kemudian bermain di Timezone dan diakhiri dengan jco.

Senyum Raya terlihat mengembang meski mereka sudah menyelesaikan permainan nya.

"Aku seneng karna kamu seneng."ujar Gaga dan melahap donatnya dengan senyum kecil.

Setelah tadi melihat wajah sendu Raya, akhirnya sekarang ia melihat senyum di gadis itu. Dan itu tentu saja adalah sesuatu hal yang menular untuknya.

"Iya, aku tau."jawab Raya dengan santai. Siapa yang tidak tau kenyataan itu? Ah, semua orang pasti tau itu.

Bahwa bahagia raya adalah bahagia Gaga juga.

"Abis ini, istirahat ya."ujar Gaga yang di angguki dengan cepat oleh Raya.

"Kamu ngga les?"tanya Raya balik dan menyelesaikan donatnya.

"Ngga." "Udah? Ayo bangun, kita jalan."ujar Gaga dan bangun dari duduknya, kemudian pergi kekasir dan mengambil box jco yang dipesannya.

"Buat siapa jco nya?"tanya Raya dan mengikuti laki-laki itu.

Gaga menautkan tangan mereka dengan santai. "Buat kamu lah. Satu kotaknya lagi buat orang yang dirumah. Biar ngga berantem sama Raka."jawab Gaga dengan santai.

"Tenang aja, Raka pasti ngga ada dirumah, soalnya lagi sibuk ngejer Ayda. Jadi ngga bakal rebutan. So, sekotak nya buat kamu aja."saran Raya dengan cepat. Meski sering dibelanjakan, tetap saja ada rasa tak enak hati dalam hati raya.

"Ngga ada yang bakal makan, kecuali kamu Dateng kerumah aku."jawab Gaga dengan santai, karena memang itu lah kenyataan nya.

Raya diam sejenak. Ia tidak mungkin berterus terang bahwa ia tidak akan datang kerumah Gaga demi menormalkan hati dan hubungan mereka.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Mar 26 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

RAGAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant