7 | Karena Ada Dia

2.8K 156 0
                                    

Bagas menghela nafasnya berkali-kali, dengan tangan yang sibuk mengipasi wajahnya. Sedang Raya sedang sibuk dengan es lemonnya, dan Gaga yang sedang menyedot nikmat jus strawberry nya.

Ginas datang ke meja mereka dengan nampan yang berisi makanan ringan yang disediakannya di kafe, kemudian duduk didekat Bagas dan meminum ice lemon nya.

"Segini aja kak? Sumpah, gw capek banget diupah dessert sama es aja. Ckck. Parah sih."gerutu Bagas dan menggeleng heran.

Tangan Ginas langsung melayang ke kepala Bagas, "Cuma? Kurang ajar. Malah, harusnya tuh gw nggak ngasih kalian apa-apa. Toh kalian kesini karena mau secara sukarela, bukan kerja."jawab Ginas.

Bagas berdecak, "siapa juga yang mau, kalo bukan karena lo galak gw juga nggak kesini kak."Bagas menimpali dengan cepat.

"Apa? Coba ulang sekali lagi coba."titah Ginas setelah menendang tulang kering Bagas dengan tak segan.

Raya tertawa dengan keras, sedangkan Gaga hanya menggeleng melihat tingkah Bagas yang memang suka menggoda kak Ginas, dan tingkah kak Ginas yang tak segan untuk Bagas.

"Raka mana kak?"tanya Gaga setelah keduanya menyelesaikan pertengkaran.

"Nggak tau. Nggak kesini. Kurang ajar emang, kayak nggak tau aja rutinitas hari minggu. Masih aja kencan."jawab Ginas dengan nada menyolotnya.

"Adek lo emang selalu jadi budak cinta."timpal Bagas dan menggeleng heran.

"Terus lo? Budak Alya?"tanya Ginas dengan nada bingung yang disengaja dengan jelas.

Bagas mendengus sebal, "maksud gw cinta yang cinta, bukan cinta yang cewek. Ngapain pake nyebut nama sih. Sensor dikit."timpal Bagas.

"Sensor? Lo kira film bokep apa."timpal Raya dan berdecak heran sembari menggeleng pelan.

"Raya mulutnya."peringat Gaga yang dibalas cengiran oleh Raya.

"Btw kok Cinta nggak pernah diajak kesini lagi?"tanya Ginas, mengingat gadis yang pernah menjadi model cafe nya itu.

"Sibuk kali."jawab Raya acuh.

"Kenapa sih nyari dia?"tanya Bagas dengan nada herannya, yang diangguki oleh Raya tanda setuju dengan pertanyaan Bagas.

"Kenapa nggak boleh? Lo siapa ngatur gw hah?!"tanya Ginas dengan nada nyolotnya didepan wajah Bagas.

"Lah, biasa dong kak. Jangan ngegas-ngegas gitu."nada Bagas memelan saat melihat Raka sudah duduk diantara mereka, kemudian menyesap habis air milik Ginas.

Semua mata tertuju padanya. Raka menghela nafas pelan dan meletakkan gelas itu dengan tak santai, membuat Ginas yang ada disampingnya tergelonjak karena kaget.

"Lo baru dateng sante aja bisa kali."seru Raya sembari melemparkan buah strawberry yang ada diwadah milik Gaga.

Gaga melayangkan tatapan sebalnya pada tindakan Raya, sedang tangan Raka sudah handal menangkap itu dan memaknannya dengan santai.

"Lo pikir ini kaca meja murahan yang bisa lo pungut dirumah mantan? Mikir apa Ka. Mahal ini. Gw nyari uang nggak mungut siang malem."omel Ginas dan mengusap-usap permukaan mejanya dengan rasa sayang.

Semua orang menghembuskan nafas jengahnya, sedang Raka sudah mengambil waffle dengan toping greentea dan kacang milik Raya, membuat gadis itu melotot lebar.

"Rakaaaaa! Waffle gw sumpah Ka! Itu stock terakhir Rakaaaa!"teriak Raya dengan histeris dan membenturkan kakinya dengan ubin menggunakan kekuatan keras.

"Kenapa sih lo Ka? Kencan lo gagal lagi?"tanya Bagas yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Raka.

"Cinta nolak lo lagi?"tanya Gaga to the point.

RAGAWhere stories live. Discover now