20 | Mungkin

1.2K 81 0
                                    

Gaga terkekeh pelan, "apa lagi? Lucu ya? Aku ngelawak? Kamu ketawa? Dasar receh! Ngga ada lucu-lucu nya. Diem! Jangan gerak satu centi pun! Kalo iya, kita ngga sapaan satu bulan penuh!"lanjut Raya sembari melototi laki-laki itu, yang langsung membuat Gaga terdiam. Tak berkutik.

Setelah mengepalkan tangannya didepan Gaga, Raya kemudian keluar dengan cepat dari dalam mobil itu, menutup pintu dengan, cara tak santainya, kemudian melangkah cepat kedalam indomart yang ada didepannya.

"Mas, denger ya. Besok-besok tuh, kalo orang yang baru aja masuk ke mobil itu dateng kesini lagi, terus beli air yang sejenisnya, intinya berasa apapun merk nya itu. Jangan pernah dikasi! Meskipun cuma satu!"pesan Raya dengan nada mengomelnya dan dengan nada yang tegas.

Yang membuat sang penjaga itu langsung tergelonjak kaget dan menatap heran ke arah Raya.

Renungkan saja, laki-laki yang dimaksud Raya tentu saja ditaunya karena baru beberapa menit yang lalu datang dan dia yang terakhir.

Tapi, jelas saja ia tak tau siapa lelaki itu, karena sungguh ia tak sempat menanyai satu persatu nama pelanggannya, secantik dan setampan apapun orang itu.

Dan ya, ia tak tau siapa nama gadis yang sedang mengomelinya didepannya itu, darimana asal gadis ini, dan benarkah akan belanja atau tidak.

Lalu, hal selanjutnya adalah, haruskah ia selalu menunggu laki-laki itu datang lagi dan memarahinya untuk membeli minuman yang ia inginkan? Membunuh karir pekerjaannya saja baru pasti.

Aneh. Ia hanya pelayan, menghitung, menjawab pertanyaan pelanggan, bukan mengatur belanjaan mereka.

Meski begitu, laki-laki itu terlihat mengangguk patuh, tanpa perlu memprotes apapun, karena sepertinya bukanlah hal Bagus jika ia harus melawan apa yang dikatakan gadis yang sedang emosi ini.

Raya mendengus sebal, kemudian pergi dari hadapan sang kasir, menuju lemari yang berisi air mineral, lalu dengan cepat membayarnya dan keluar dari indomart itu.

Raya kembali kedalam mobil, langsung melemparkan air yang dibelinya kepada Gaga, yang ditangkap dengan sigap oleh Gaga meskipun laki-laki itu dalam keadaan terkejut.

Dibukanya tutup botol itu, kemudian menyerahkannya pada Raya, dan ia selanjutnya membukakan untuk dirinya air yang sama dengan Raya.

"Jangan diulang!"tegas Raya, menatap dengan tajam kearah Gaga.

Gaga mrnelan semua air yang ada didalam mulutnya, "ngga janji ya, Ray."jawab Gaga dengan nada santainya.

Raya mendengus sebal mendengar jawaban itu, memang Gaga tak pernah mau berjanji sedikitpun kepadanya, kecuali tentang satu hal, terus menemani dan tak akan membiarkan Raya merasa sendiri.

"Terus, minuman itu diapain? mubadzir banget kalo mau dibuang."ujar Gaga sembari melihat kearah minuman yang tadi dibelinya.

"Dikasi keorang."jawab Raya dengan singkat.

"Jadi, sama aja, bukan? Kamu mau nyelakain orang lain."jawab Gaga dengan nada herannya.

"Gini ya, Gaga pacar Raya, anak ips yang juara 1 olimpiade ekonomi tingkat nasional, dikagumi sama kepala sekolah bahkan yang punya sekolah dan semua guru yang ada. Liat ini."ujar Raya sembari menunjukkan air minum alkali yang selalu dibawanya kemanapun ia pergi.

Disiapkan oleh sang mama. Tidak boleh dilupakan. Jika terjadi, habislah dia dan seisi dompetnya.

"Jadi aku, mau ngasih orang yang mungkin ngga pernah ngerasain lagi air semacam ini karena nggak mampu, sekaligus ngasih dia air ajaib ini. So, aku bukan cuma nge hilangin haus mereka, bahkan juga sebagian penyakit yang mungkin aja ada ditubuh mereka. Selain itu, bisa ngebuat mereka merasa sedikit bahagia karena bisa ngerasain air berasa ini. Baik kan?"jelas Raya dengan penuh semangat.

"Ya terus, apa bedanya kalo yang minum aku? Toh aku bisa lebih banyak minum air ajaib itu dari mereka. Bisa tiap hari minta kan ke ayah bunda."timpal Gaga dengan nada herannya.

"Ya beda. Beda karena itu adalah kamu, bukan orang lain. Udahlah, ayo jalan. Cari orang yang membutuhkan itu."jawab Raya dengan nada sebalnya.

Gaga tak bertanya banyak lagi, hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Raya, mulai melajukan mobilnya dan mencari orang yang dimaksud oleh Raya.

Memang, kebiasaan baik yang selalu diterapkan oleh ayah dan bunda Raya adalah meminum air alkali sebagai air minum sehari-hari mereka.

Karena bagi mereka kesehatan itu penting. Sehat itu mahal.

Dan oleh sebab itu, anak-anak mereka dilarang keras membeli air berasa yang diedarkan diluar rumah, meskipun itu sebagai obat dan penyemangat mereka.

Sang bunda lebih baik membuatkan banyak jus buah daripada harus membuang uang untuk air berasa lainnya. Dalam merk apapun itu.

Karena, menurut pengetahuan mereka berdua, itu berbahaya, oleh sebab itu juga kedua orang tuanya membeli sendiri alat untuk air itu dan mengharuskan membawa air dari rumah dalam ukuran yang banyak. Karena selain meredakan haus, juga dapat menetralkan tubuh.

Bukan dokter tapi se-protektif itu terhadap kesehatan. Definisi yang paling tepat untuk sang ayah dan bunda.

Semua keinginan Raya sore hari ini telah selesai. Gaga dan Raya akhirnya sampai didepan rumah Gaga.

Mereka berdua turun bersamaan, kemudian Gaga dan Raya berjalan bersamaan menuju rumah Raya.

Sebelum sampai didepan rumah Raya,  handphone Gaga berbunyi, membuat laki-laki itu langsung menggarap pelan kantongnya, mengambil handphone yang sedari tadi dibawanya.

Melihat nama yang tertera, bunda.

Gaga sesegera mungkin berdiam diri, kemudian mengkode pada Raya agar gadis itu berjalan duluan daripda dirinya.

Melihat kode itu, Raya mendengus sebal. Memangnya, serahasia apa telpon itu hingga ia tak boleh mendengar apapun dari percakapannya. Menyebalkan.

"Iya bun. Santai aja sama Gaga. Maaf nih, Gaga bicara nya pelan, Raya ada didepen Gaga, nanti dia denger."ujar Gaga begitu pelan, bahkan tak terdengar oleh Raya yang sengaja berjalan pelan agar mendengar percakapan mereka berdua.

Setelah itu, Gaga mengakhiri telepon mereka, dan berjalan lebar untuk menyamakan langkahnya dengan Raya.

Laki-laki itu tersenyum dengan lebar kearah Raya, sedangkan Raya hanya mendengus sebal melihat senyuman Gaga itu.

"Apaan? Ngga lucu!"seru Raya dengan nada sebal kemudian mempercepat langkahnya.

"Lucu lah! Kamu kan selalu lucu!"seru Gaga sembari mengejar gadisnya itu.

Dengan cepat, ia menautkan tangannya meski Raya sempat memaks membuka tautan itu, Gaga tetap mempertahankan nya.

"Ck, Ga. Kamu balik deh, udah jam segini ntar kamu telat ke temet lesnya. Sana cepet balik."ujar Raya dan melepaskan dengan paksa genggaman Gaga.

Gaga mencurutkan bibirnya, "kalo emang bener nyuruh aku balik. Coba, liat aku."titah Gaga.

"Ga, udah aku bilangkan, aku bosen liat kamu terus. Kamu bisa ngerti bahasa manusia ngga sih?"timpal Raya dengan sebal.

Gaga menahan bahu gadis itu hingga mengarahkan tubuhnya kearah Gaga, "denger ya, Raya Anindya Syarief, ngga perlu kamu pungkiri, wajah aku itu ngga pernah ngebosenin selama apapun dipandang. Udah, ayo jalan."jawab Gaga dengan santai, kemudian merangkul tangan Raya agar berjalan bersamanya memaskluki kediaman Raya.

Gadis itu menghela nafasnya kasar. Sebal. Namun, juga bahagia dalam hatinya. Sebab, Gaga adalah sesosok laki-laki terbaik yang pernah ada.

Mungkin, kini dan nanti.

Mungkin.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang