2 | Gaga Versi Receh.

9K 367 1
                                    

Gaga memperhatikan pergerakan Raya yang sedang membuka sabuk pengamannya. Saat tersadar, Raya menatap balik kearah Gaga dengan tatapan bingung nya.

"Kenapa? Ada yang aneh?"tanya Raya.

Gaga menggeleng pelan, kemudian tersenyum kecil, "nggak nyangka ya, udah sma aja."ujar Gaga dengan kekehan nya.

Raya mengernyitkan alisnya, kemudian mengambil tas miliknya yang sudah disodorkan Gaga. "Kenapa? Udah dua tahun dan baru sadar sekarang? Kamu kesambet?"tanya Raya lagi.

Gaga menggeleng lagi, "apaan deh, nanya gitu aja dikira kesambet."protes Gaga sembari membuka pintu, mengikuti pergerakan Raya yang sudah mendahuluinya.

"Ya gimana ya? Udah dua tahun berangkat-pulang bareng, dua tahun di lingkungan yang sama, dua tahun dikantin yang sama, dan kamu baru nanyain ini sekarang. Gila aja kali. Menurut kamu, selama ini aku apa? Ilusi kamu?"tanya Raya dengan satu tarikan nafas, setelah berdiri disamping Gaga.

"Ck, ngomong tuh jangan asal jiplak makanya. Disaring dulu. Yakali ilusi. Ilusi mbah kamu."protes Gaga sembari membawa Raya berjalan bersamanya, dengan tangan yang mengamit tangan Raya, begitupun Raya yang melakukan hal yang sebaliknya.

"Ya habisnya kamu. Kan kan, pagi-pagi gini udah ngajak debat, udah bikin mood berantakan. Nyebelin banget sih jadi orang."

Gaga terkekeh pelan, kemudian mengacak pelan rambut Raya yang sedang menampilkan ekspresi sebalnya.

"Maaf maaf, dicandain dikit aja udah se-sebel ini. Sebenernya, aku Cuma pengen bilang. Kalo setiap waktu sama kamu tuh emang selalu cepet berlalu."jawab Gaga dengan nada seriusnya.

Raya berhenti berjalan, melepaskan genggaman tangan nya dengan Gaga, dan mengubah posisinya agar berhadapan dengan laki-laki itu sembari menatap tajam Gaga.

"Nggak cocok."komentar Raya kemudian menggeleng dan berdecak meremehkan Gaga yang sudah melihat Raya dengan sebal.

"Yaelah Ray, aku udah berusaha, latihan semaleman gitu yakali komentarnya kayak gitu. Lebih manis banyak-banyak."pinta Gaga dengan suara manjanya, membuat beberapa gadis yang ada disekitarnya berteriak histeris.

"Ga tolong, sepagi ini jangan bikin jijik."pinta Raya balik dan mempercepat jalannya mendahului Gaga.

Gaga terkekeh pelan, menatap tepat dipunggung gadisnya itu, kemudian mempercepat juga laju jalannya, dan dengan cepat merangkul bahu gadis itu dengan senyumnya yang mempesona.

"Nggak papa jadi jijik, asal bisa sama Raya terus."ujar Gaga dengan nada yang tak pernah diperdengarkannya, kecuali jika sedang menggoda Raya.

Raya kembali berhenti berjalan, berdehem pelan, kemudian melihat kesekelilingnya. Matanya sudah sangat tidak terasa asing jika melihat pemandangan yang selalu memperhatikan gerak-geriknya dan Gaga sepagi ini.

Gaga selalu bisa membuat gadis itu berteriak histeris, bahkan hanya dengan senyuman yang pada dasarnya hanya Gaga serahkan pada Raya, namun bisa mempengaruhi segala aspek yang ada disekitarnya.

Raya melihat kearah Gaga, kemudian tersenyum lebar, membuat lekukan pipinya terlihat begitu jelas. Sejurus kemudian, kaki Raya langsung mengambil langkah begitu jauh menuju tangga hanya untuk menghindari Gaga yang menurutnya begitu menjijikkan hari itu.

Gaga memperhatikan langkah semangat gadis itu, kemudian terkekeh pelan, dan kembali melangkah lebar mengikuti Raya, hanya untuk memastikan bahwa langkah gadisnya itu dinapaki dengan benar hingga tak menimbulkan insiden apapun dipertengahan jalan menuju kelasnya.

Setelah sampai didepan kelas Raya, Gaga sudah melihat tubuh Raya yang tak bisa diam ditempat, gadis itu bahkan sudah menggerak-gerakkan badannya setengah memutar sembari mulutnya yang telihat menggumamkan sebuah lagu.

RAGAWhere stories live. Discover now