36 | Pembahasan Masalah

526 31 1
                                    

Raya terbangun dari tidur nyenyak nya. Gadis itu menggeliat kecil.

Ia menyipitkan matanya kearah Raka yang baru saja masuk ke kamarnya. "Ngapain lo? Sepagi ini?"tanya Raya dengan suara seraknya.

"Pengen kesini aja."jawabnya singkat dengan tak acuh.

"Manusia aneh. Sana ah, pergi aja. Gw mau lanjut tidur."usir Raya dan menarik selimutnya untuk menutupi badannya.

Raka berdecak pelan. "Sini sini."ujar Raka dan menarik lengan gadis itu untuk bangun dari tidurnya.

"Kata bunda sama ayah sarapan dulu, baru lanjut tidur. Cepet ah. Gw udah laper."keluh Raka dan menarik badan gadis itu.

"Manusia iniii....."keluh Raya dengan kesal dan meringis kesal.

"Bilangin aja, gw mau lanjut tidur."ujar Raya dengan rengekannya. Persis seperti anak kecil.

"Ini penting Raya Anindya Syarief."jawab Raka dengan penuh penekanan pada setiap kata nya.

Raya terdiam sebentar. Me-loading ucapan Raka.

"Penting?! Lo ngasi tau bunda soal semalem yaaa!"tuduh Raya dengan kesal dan menunjuk wajah Raka.

Raka menatap gadis itu dengan alis yang mengkerut. "Jangan tunjuk-tunjuk. Maaf ya Ray, gw ngga suka ikut campur urusan pribadi orang dengan cara gitu."ujar Raka dan pergi dari sana.

"Kan, gw salah bicara lagi."ujar Raya dan menepuk jidatnya sendiri.

Gadis itu dengan cepat berdiri dan berlari untuk memeluk pinggang Raka, mengikuti jalan laki-laki itu dengan wajah manjanya.

"Rakaaa, maaf. Gw ngga bermaksud salah sangka. Hehe. Lo tuh harus paham lah, nyawa gw kan baru setengah. Wajar lah ngomong gitu."ujar Raya dengan wajah dan nada manjanya kepada Raka.

Raka terus saja berjalan dalam dekapan gadis itu. "Inget ya Ray, gw ngga akan ngasi tau bunda atau ayah masalah apapun itu, kecuali kalo menurut gw itu berbahaya buat lo."jawab Raka dengan tegas.

"Paham ngga?"tanya Raka lagi.

Raya dengan cepat mengangguk mengiyakan. Ia jelas tidak mau jika saudaranya ini marah kepadanya.

"Ngangguk gitu artinya apa?"tanya Raka dengan heran.

"Iya Rakaaaa."jawabnya dan berdiri tegak, lalu berjalan normal. Menuruni tangga bersama.

"Jadi iri,."ujar Ginas dengan nada nya yang sedikit kesal, menyaksikan keromantisan Raka dan Raya dari depan kamar hingga kedepannya.

Raka dan Raya saling memandang."iri? Sama kami?"tanya Raya dengan terkejut dan terheran.

"Ngga. Itu sama kucing tetangga."jawab Ginas dengan sinis.

Mereka berdua saling melihat lagi, dan tertawa pelan. Lalu berlari bersama menuju Ginas dan memeluknya. "Kak Ginas sayangggg. Ulu ulu ulu. Iri? Sini-sini, mau dicium pipinya?"ujar Raya dan mencium pipi kakaknya itu berkali-kali.

"Alah alah alah, sok iri iri. Sini sini pipi tembemnya."ujar Raka juga dan mencubit pipi kakaknya itu dengan gemas.

Keduanya kemudian memeluk Ginas. "Mulut gw sakit kena behel Rakaaa! Rayaaa!"seru Ginas dengan pekikan karena bibirnya yang terbentur dengan behelnya.

Keduanya tertawa tak bersalah.

"Kalian ini ngapain sih? Masih pagi gini."ujar sang bunda dan menggeleng pelan.

"Biar kak Ginas ngga sakit hati bunda."jawab Raka dan mengacak pelan rambut kakaknya, lalu duduk disampingnya.

"Kurang ajar. Rambut gw."keluh Ginas dan menata rambutnya dengan tangannya sendiri.

RAGAWhere stories live. Discover now