EP 34 - HIS FEAR

721 89 5
                                    

HIS FEAR

*

Eve

Dua minggu berikutnya di rumah Draco berjalan dengan cukup cepat; yang mana itu terasa aneh, karena kami berdua sangat jarang meninggalkan rumah atau melakukan hal lain selain duduk sepanjang hari. Kami biasanya hanya berdiam diri di dalam kamarnya saat siang hari, duduk di atas ranjangnya sambil terdiam atau mengobrol dengan pelan. Walaupun orang tuanya sudah menyiapkan kamar tidur untukku, Draco biasanya selalu mengendap-ngendap dan pergi ke kamarku saat malam hari dan tertidur di sebelahku---karena dia tau aku tidak ingin sendirian.

Setelah dia memberitahuku kalau Penguasa Kegelapan akan kembali ke manor dalam waktu dekat, aku merasa sedikit ketakutan.

Draco berjanji padaku kalau Penguasa Kegelapan tidak akan memintaku untuk menemuinya, dia pun menyuruhku untuk diam saja dilantai atas ketika dia datang lagi kesini. Tapi aku tau Draco akan bertemu dengannya, dan aku tidak akan membiarkannya bertemu dengannya sendirian sementara aku malah menunggu dilantai atas dengan aman. Walaupun aku belum memberitahu Draco, aku tidak akan membiarkannya menemui pertemuan itu tanpaku---tidak peduli seberapa takutnya aku.

Tapi hanya beberapa hari sebelum Penguasa Kegelapan datang ke manor, aku terbangun di malam hari karena suara teriakan Draco.

Dia tidak ada di sisiku seperti biasanya, dan saat aku dengan samar membuka kedua mataku, aku sadar kalau aku bisa mendengar suaranya dari bawah sini. Aku menyingkirkan selimut dan bangkit dari Kasur tanpa harus berfikir lagi, tersandung sesekali saat aku berjalan melewati lorong gelap ini. Saat aku membuka pintu dan memasuki lorong, aku akhirnya tau apa yang Draco teriakkan dari dalam kamarnya.

"Kumohon----jangan, aku akan melakukan apapun---"

Aku berlari, secepat mungkin menelusuri lorong ini dengan kaki telanjang dan kaus kebesaran. Melewati lorong, aku meraih gagang pintu yang menghubungkanku dengan kamarnya.

"Jangan lakukan itu, kumohon---bawa aku saja, bawa aku saja---"

Jari-jariku tergelincir di gagang pintu, tapi aku pun bisa memutarnya dan mendorong pintu itu, berjalan dengan tergesa-gesa memasuki ruangan ini. Lewat cahaya bulan yang bersinar lewat kaca jendela, aku bisa melihat Draco berada di atas kasurnya dengan mata yang tertutup rapat, berteriak dalam keheningan ruangan ini.

"Tidak, jangan---kumohon-hentikan ini, hentikan ini, hentikan---"

Aku berlari kearahnya, tersandung sebuah sepatu di tengah kegepalan dan meraih bahunya. Aku mengguncang tubuhnya, menyahut ditengah teriakannya, "Draco, bangun---"

Tapi sepertinya dia tidak bisa mendengarku; Draco tetap berteriak dan bahkan mencoba untuk mendorongku menjauh dari tidurnya, tapi aku mencengkram lengannya dengan kuat dan berusaha membuatnya diam. "Berhenti----Draco, ini hanya mimpi, kumohon bangunlah---"

Matanya pun tiba-tiba terbuka, pupil matanya melebar saat dia menatapku---seperti dia masih belum sadar dimana dia sekarang. Di balik ketakutannya dia bergumam, "Tidak", aku memegang bahunya dan berkata sambil menghela nafas, "Draco, ini aku. Ini hanya mimpi, kau baik-baik saja---"

Kedua mata Draco akhirnya terfokus padaku, dan aku bisa melihat tatapan ragunya saat ia berusaha untuk mengenaliku. Kemudian dia meraihku, melihatku dengan wajah shock dengan nafasnya yang terengah-engah. Draco menarikku kearahnya dengan cepat sampai daguku membentur bahunya dengan cukup keras, rasanya tubuhku hampir remuk saat dia membungkus kedua lengannya dengan erat ditubuhku. Aku kesulitan bernafas saat dia memelukku sedekat mungkin---seperti dia berusaha meyakinkan dirinya kalau aku ini benar-benar nyata.

"Draco..." ucapku pelan, karena dia benar-benar mulai menakutiku dan aku tidak tau apa yang lelaki itu takutkan. Draco bergetar diantara tubuhku, ruangan yang asalnya bergema oleh suara teriakannya sekarang dipenuhi oleh suara nafas yang tidak beraturan. Aku bisa merasakan jantungnya berdetak dengan cepat lewat dadanya yang bersentuhan dengan tubuhku.

Little Bird (Draco Malfoy) | translate bahasaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora