EP 32 - SOMEBODY'S GONE

808 117 6
                                    

SOMEBODY’S GONE

*

Eve

    Ketika aku  terbangun keesokan paginya, aku berada dalam pelukan tangan Draco dengan kepalaku yang bersandar di dadanya. Aku mengangkat kepalaku dengan wajah yang masih mengantuk untuk menatapnya, dan aku melihatnya yang belum menyadari kalau aku sudah bangun; Draco sedang duduk dengan kepala yang bersandar di kepala ranjang, tangan kanannya membungkus bahuku tanpa sadar saat dia menatap kearah luar lewat jendela yang ada di sebelah kami dengan mata yang sedikit sembab. Untuk sesaat, aku tidak ingat apa yang sudah terjadi, dan bibirku pun membentuk sebuah senyuman kecil.

    Tapi kemudian aku mengingatnya.

    Senyumanku menghilang begitu saja dan aku menutup kedua mataku untuk beberapa saat, bayangan Penguasa kegelapan yang berdiri di depanku terasa membakar kedua mataku---seakan aku tidak akan pernah bisa melupakan itu. Aku masih bisa mendengarnya berbicara padaku, seolah-olah suara dinginnya terjebak begitu saja di dalam telingaku bahkan setelah aku sudah tertidur.

    “Evelyn Hawkings… harus ku katakan, aku kecewa padamu…”

    Aku membuka kedua mataku lagi dan memajukan tubuhku pada Draco, menyelipkan kedua lenganku dibawah dagu supaya aku masih bisa bersandar di dadanya. Dia akhirnya berkedip dan berpaling dari arah jendela, memajukan kepalanya kedepan supaya dia bisa menunduk untuk menatapku. Draco menghembuskan nafasnya pelan dan, wajahnya hanya berjarak beberapa inci dariku, berbisik, “Hey.”

    “Pagi,” jawabku lembut, suaraku serak dan terdengar pelan sampai rasanya sulit untuk di dengar.

    Dan kemudian, kami hanya sibuk menatap satu sama lain. Aku menatap kearah mata pucat abu-abunya tanpa mengatakan apapun, melihat matanya yang merah dan kelopak matanya yang sembab. Mataku kemudian turun kebawah untuk menatap hidung mancungnya, berlanjut sampai akhirnya pandanganku tertuju pada bibirnya---melihat kearag bibirnya yang terbuka sedikit, nafasnya terasa di udara tanpa menimbulkan suara. Aku mengangkat kepalaku keatas dan menekan bibirku ke bibirnya, menciumnya sedikit lebih lama dari biasanya. Ketika aku menarik diriku darinya dan membuka kedua mataku lagi, Draco memajukan tubuhnya seperti tidak ingin aku berhenti.

    Dibandingkan dengan mengucapkan sesuatu, dia menjulurkan satu tangannya dan menyingkirkan beberapa helai rambutku yang terjatuh menutupi mataku, ujung jarinya mengusap dahiku dan membuat kedua pipiku memerah. Telapak tangannya terasa hangat di pipiku saat dia berkata dengan pelan, “Aku mencintaimu.”

    Aku memegang tangannya yang ada di pipiku dan berkata tanpa berfikir, “Aku juga mencintaimu.”

    Dan setelah mengucapkan itu, aku bisa merasakan kalau apa yang diucapkannya terasa lebih berarti dari yang biasa ia ucapkan sebelumnya.

    Kita mungkin bisa menghabiskan waktu disini lebih lama lagi, hanya saling menatap satu sama lain, tetapi tiba-tiba saja suara perutku terdengar dengan jelas.

    Tapi hal itu membuat kami berdua tertawa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dan Draco tersenyum kearahku dan bertanya, “Apa kau lapar?”

    “Sepertinya,” aku memberitahunya, melirikkan mataku dan duduk. “Maaf. Aku tidak makan malam kemarin.”

    “Oh,” Draco menjawab dengan sedikit rasa bersalah, dia pun ikut duduk dan mengayunkan kakinya untuk beranjak dari Kasur. Dia berdiri dan bergerak menuju lemari bajunya untuk menemukan baju bersih, sedangkan aku menarik rambutku keatas dan mengikatnya supaya tidak lagi menghalangi wajahku. Draco masuk kedalam ruang bajunya sambil memunggungiku saat dia berkata dari balik bahunya, “Kita bisa pergi kebawah dan makan. Orang tuaku sepertinya sedang tidak ada di rumah.”

Little Bird (Draco Malfoy) | translate bahasaWhere stories live. Discover now