14. Beda tapi sama

108 39 5
                                    



Jangan lupa pencet bintang terlebih dahulu.


*****

Semalam, Sani dan Mila sempat berkenalan walaupun cuma sesaat.

Semalam, Alka dibuat tidak tidur dengan semua perkataan Sani yang asal membuat keputusan.

Dan semalam juga, adalah malam yang paling membahagiakan bagi Alka.

Tidak ada kata-kata yang lebih indah dari kalimat 'aku mau' dari Sani.

Dia.. sungguh bahagia pagi ini.

Alka menyugar rambut dan sedikit memperbaiki penampilannya ketika melihat Sani keluar dari gerbang rumah. Cowok itu tidak lupa mengukir senyum semanis mungkin untuk menyambut paginya yang indah. Ditemani Sani tentunya.

Alka tidak sabar untuk selalu bersama Sani di sekolah, menemani cewek itu ke kantin dan duduk di meja yang sama, pergi ke perpustakaan dan saling berhadapan. Alka tidak akan melewati hari pertama mereka jadian. Di waktu pulang, mereka bisa ke suatu tempat, cuma berdua. Menghabiskan waktu. Menikmati sore dan melihat warna jingga bersama.

Membayangkannya...

Alka hanya bisa membayangkannya.

Karna sepertinya, Sani tampak tidak menginginkannya seperti Alka yang begitu mengharapkannya.

Cewek itu masih sama, begitu datar dan menutup diri.

"Kenapa?"

Sani tiba-tiba bertanya, membuat Alka heran.

"Apanya yang kenapa?"

"Lo. Lo kenapa disini?"

"Aku mau jemput kamu, emang ngapain lagi?" dahi Alka masih mengernyit.

"Sejak kapan panggilan lo-gue berubah jadi 'aku-kamu'?" Sani mengalihkan pembicaraan.

"Sejak tadi, emang kenapa?"

"Alay."

Alka meneguk ludah, nyatanya di sindir begitu lebih menyakitkan dari pada di tusuk seribu jarum. Dia.. alay?

"Kan kita pacaran, emang gak boleh?"

"Enggak! Entar ada orang lain yang curiga. Gue harap lo masih bersikap kayak biasa di sekolah, gak bertegur sapa sama gue dan jangan coba-coba beri tau orang lain sama hubungan kita. Lo harus selalu inget sama syaratnya."

"Gu-gue ngerti."

Alka mengangguk-angguk saja, bagai anjing penurut saat di suruh tuannya mengambil kayu yang sangat jauh dia masih mau. Kasihan..

*****

Alka mengaduk-ngaduk minuman di depannya dengan tidak selera. Pikirannya carut marut dan stres memikirkan sikap Sani yang sama sekali tidak berubah.

Status mereka yang berbeda tidak mempengaruhi Sani untuk sedikit lembut padanya. Alhasil, Alka seperti sedang menjalani hubungan tak kasat mata bersama Sani. Begitu datar dan netral.

AlkaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang