2. Rifshania

221 71 18
                                    

Comen and Vote 🙃

*****

Sani sibuk membolak-balikan selembaran buku yang dibacanya, kelas yang sepi dan hening saat ini Sani manfaatkan untuk menyendiri. Jika yang lain pada keluar mencari makan, Sani cukup di kelas sambil belajar.

Ya, katakan saja Sani gila buku dan sebagainya. Ini juga salah satu dari sekian hobi baiknya dan juga buruknya.

"Lo kenapa kesini? Entar Caca nyariin."

Ah ya, Sani sempat lupa jika Zion sedang berada disini sekarang. Entah kenapa cowok itu menghampirinya. Caca yang Sani sebutkan itu adalah pacar cowok di depannya sekarang.

"Lagi berantem gue sama dia. Biasa, sensitif Caca udah melebihi kucing yang lagi bunting. Kemarin Caca ngeliat gue sama Gina, teman sekelas gue, Caca cemburu dan ngambek gak jelas. Padahal kemaren itu gue sama Gina lagi kerja kelompok, belajar. Bukan selingkuh," gerutunya.

"Bukan urusan gue."

Zion mendengus, si Sani ini emang ngeselin banget orangnya. Dia ini lagi curhat! Dengerin dong!

"Gue lagi curhat San."

"Oh, bodo sih."

Melupakan keacuhan cewek jutek di depannya, Zion membahas hal lain yang lebih seru dari pada membahas pacarnya yang sensian.

"Alka masih ngejar lo ya?"

"Gue gak mood kalau lo mau bahas cowok itu."

"Gue nanya San, hargain gue kek. Lo kayaknya udah ketularan si songong Alka nih, lo makin ngeselin!"

"Iya, dia masih ngejar gue."

"Lo gak ada niat kan buat nerima dia? Awas aja kalau lo kepikiran ke situ, gue gak setuju."

Sani mengernyit, sepertinya Zion sangat tidak menyukai Alka.

"Kenapa? Karna dia pernah bikin lo cemburu? Karna dia deket sama Caca? Atau karna lo pernah berantem sama dia?"

Sani akhirnya mendongak setelah sekian lama menunduk, lalu menatap tajam Zion. Si cowok tengik ini terlalu sering menganggunya.

"Bukan, lo tau sendiri apa alasan gue gak setuju kalau lo nerima Alka, dia--"

"Oke oke, gue tau. Lo gak usah nekanin itu mulu, cukup Mama."

"Ya, gue gak lagi ngomongin itu. Ngeliat lo kayaknya lagi sibuk banget sama tumpukan buku, gue gak mau ganggu deh, gue pergi ya."

Zion berjalan meninggalkannya, kelas kembali sepi dan senyap. Sani memijit pelipis, perjanjian Mamanya sungguh konyol, yang mengharuskan Sani menampung segala beban pikiran dan hati. Kalau saja, kalau saja Mamanya tidak--

"San, ada apa?"

Dia lagi! Ni bocah satu bisanya cuma nambahin masalah di otak Sani dan menyebabkan kabel di otak Sani semakin kusut. Alka, ya Alka, dia cowok yang harus ia jauhi.

"Please Ka, jangan ganggu gue sekarang, gue gak lagi mood buat mukul orang."

Sani adalah seorang senior karate di sekolah, kemampuan bela dirinya tidak perlu di ragukan lagi. Mendapatkan mendali sudah menjadi kebiasaannya tiap tahun.

AlkaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang